29. RAHASIA TENGGARA

37.4K 3.8K 187
                                    

Ini bumi, tempat dimana kamu semestinya tidak terus merasa di bandingkan dengan yang lain, ruang dimana seharusnya kamu tidak terus merasa tersisih. Mereka yang tampak 'lebih' seandainya memerankan sebagai kamu, belum tentu sekuat kamu.

29. RAHASIA TENGGARA.

Di dalam mobil Fortuner milik Tenggara. Legenda hanya bisa diam melamun di kursi belakang, menatap keluar kaca jendela dengan pandangan kosong. Legenda tidak menghiraukan Adista dan Tenggara yang ntah sedang membicarakan apa di kursi depan. Legenda terlalu takut ketahuan oleh Yuda jika Legenda dan Tenggara sama-sama menunjukan diri di hadapan orang lain.

Adista yang peka dengan keadaan Legenda pun, memberikan kode kepada Tenggara untuk memastikan kondisi Legenda.

“Bang, kenapa?” tanya Tenggara, melihat dari kaca spion tengahnya.

Kemudian, Legenda menjawab tanpa sadar. “Gue takut sama Papa, Gar. Gue takut Papa marah. Gue benar-benar takut kalau nanti Papa akan bunuh gue.”

Detik itu juga, Adista dan Tenggara saling melempar pandangan. Hanya karena Yuda, Legenda menjadi enggan untuk sekedar berdekatan dengan kembarannya sendiri di hadapan orang lain. Semenjak Yuda membuatkan makam kosong untuk dirinya, Legenda merasakan ada secuil rasa trauma di dalam dirinya. Tiga remaja yang ada di dalam mobil itu hanyut dalam fikirannya masing-masing. Tidak ada lagi yang membuka suara. Termasuk Adista yang faham dengan masalah di antara Legenda dan Tenggara.

Karena sebelumnya Alsava sudah diberi kabar oleh Adista. Alhasil, wanita itu Stand Bay di depan pintu butik. Wajahnya sumringah. Beberapa waktu lalu, Adista memberitahu bahwa Legenda akan datang bersama seseorang.

Pertama kali, Adista terlebih dahulu yang keluar dari dalam mobil. Sementara Tenggara masih berusaha membujuk Legenda dan meyakinkan Kakaknya itu bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, rasanya sulit bagi Legenda untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Mana? Kok, Legendanya nggak keluar?” Alsava celingukan.

“Sebentar lagi. Tapi, Mama jangan kaget, ya?”

Alsava dibuat semakin penasaran. Beberapa detik kemudian, kembar Angkasa mulai keluar dari dalam mobil secara bersamaan. Di saat yang bersamaan juga, Alsava di buat mematung. Matanya mengerjap-ngerjap beberapa kali. Ntah ekspresi apa yang Adista lihat dari Mamanya itu.

Aku akan panggil mereka Twins Angkasa,” Suara-suara itu berputar di pikiran Alsava. Wanita itu teringat kembali dengan momen-momen dahulu yang kini sudah menjadi kenangan.

“Angkasa itu indah, kan, Sav? Kalau nanti punya anak perempuan, aku mau kasih nama Aurora atau nggak Kejora. Agar Angkasanya di lengkapi oleh gemerlap warna-warni yang indah.”

“Tapi, Zan, kenapa Angkasa di taruh di belakang namanya? Alasan kamu memberi nama Legenda dan Tenggara, itu karena apa?”

“Selain indah, Angkasa adalah nama belakang Papa mereka, Yuda Angkasa.”

Alsava menarik napas panjang, dan mengeluarkannya secara perlahan. Matanya terasa memanas. Jika dulu Alsava melihat Twins Angkasa yang masih bayi. Sekarang, bayi itu sudah tumbuh dewasa.

“Legenda Negeri Angkasa. Aku memilih nama Legenda, agar semua kebaikannya suatu saat nanti dapat di kenang oleh semua orang, agar tentangnya menjadi sejarah yang melegenda di sebuah Negeri yang menjadi kota, tanah, dan tempat tinggalnya.”

“Tenggara Shaga Angkasa. Nama dari Tenggara, karena dia lahir di Indonesia. Negara ASEAN bagian Tenggara. Selain itu, Tenggara juga berarti mata angin yang arahnya antara timur dan selatan. Aku harap, dia bisa mengajak orang-orang agar bisa berjalan ke arah yang benar sesuai tujuannya. Kalau Shaga arti dari bahasa Inggris adalah petualangan. Berpetualang, mencari sesuatu yang menarik dalam episode hidupnya.”

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora