Bhuvi So Cool

25 20 9
                                    

Jidan duduk di ranjang paling ujung sudut ruangan. Ia mengeluarkan coki-coki dari dalam kotak yang diberikan Mia sore tadi.

“Hi, Bhuvi mau ini?”

Yang ditanya hanya menoleh dengan tatapan datar. Ia kembali bergeming memeluk tubuhnya sendiri.

“Nama kamu Bhuvi kan?”  Jidan menunjuk tulisan yang menempel pada tiang ranjang.

Bhuvi masih diam. Jidan bingung harus berbuat apa lagi, ia meletakan coki-coki di samping Bhuvi.
“salam kenal ya Bhuvi, aku Jidan. Maaf kalau kamu nggak nyaman, ini cokelat dari kak Mia, kata kak mia aku boleh bagi-bagi buat teman sekamar. Yang lain sudah aku kasih.”

Karena tak ada tanggapan lain. Jidan berhenti bertanya pada Bhuvi, ia kembali ke ranjangnya, tetesan air yang jatuh menimpa benda sepeti kaleng, mengusik Jidan. Ia berdiri di depan jendela, membuka gorden itu, dilihatnya sosok anak lelaki di halaman belakang tengah berdiri di depan sumur. Jidan menajamkan penglihatannya, di bawah siar rembulan, air hujan menghunjam anak itu, di tangannya tedapat benda cokelat seperti coki-coki.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh, namun ketika ia kembali melihat ke luar jendela tiba-tiba anak itu menjatuhkan dirinya ke dalam sumur, membuat Jidan tersentak.

“Aaa!”

Jidan terbangun dari tidurnya, keringat memenuhi wajahnya. Kaus yang ia kenakan terasa basah. Dengan napas yang masih tersengal ia bangkit dari tempat tidur dan mengganti bajunya. Jidan melihat ke ranjang ujung sudut kamar, Bhuvi tak ada di sana. Sementara kedua temannya yang berada di ranjang sebalah kiri dan kanan Jidan masih tertidur lelap.

Jidan merasa kejadia itu nyata, namun ketika dia tersadar, itu hanya mimpi. Ia keluar dari kamar,  mengambil air Wudhu dan melaksanakan Shalat subuh. Setiap hari Jidan melakukan aktifitas di panti seperti biasa, bahkan di setiap tidurnya ia bermimpi hal yang sama, melihat seorang anak kecil yang jatuh ke sumur. Sudah satu minggu belalu, Mia belum berkunjung ke panti, Jidan pun tidak menelepon atau mengirim pesan karena perintah kakak nya Aurora.

Jidan tidak menceritakan kepada Aurora keanehan yang terjadi selama di Panti, ia hanya mengatakan ingin segera kembali ke rumah dan tinggal bersamanya.

***

Tumbal Sinar BundaWhere stories live. Discover now