Bab 46

35.1K 4.2K 258
                                    

GRAYSON

Warning : Mature Content

Aku nggak merencanakan ini. Sama sekali nggak berpikir tentang bercumbu di dalam mobil saat merencanakan makan malamku dengan Melody. Aku memang belum pernah melakukannya, bercumbu di dalam mobil maksudku. Terlalu riskan. Buat apa bermain dengan bahaya jika aku bisa memesan kamar hotel mewah yang aman dan privasinya pasti terjaga? Tapi bermain dengan bahaya adalah salah satu pemicu gairah, sensasi mendebarkan kalau siapa saja mungkin melihat kami adalah penyulut hasrat yang sangat hebat.

Apalagi dengan Melody yang duduk menunggangi pahaku dengan rok mini terangkat, celana dalam tipisnya bersentuhan langsung dengan bagian depan celana jeansku yang menggembung. Momen yang nggak akan kutukar dengan apa pun. Ini adalah salah satu fantasi erotisku yang akhirnya jadi kenyataan. So, aku memang nggak merencanakannya, tapi aku menyelamati diriku sendiri karena sudah mengambil keputusan spontan. Tadi aku nggak membiarkan otakku berpikir. Aku langsung bertindak. Well, lebih tepatnya organ bawahku yang mengambil alih situasi.

Organ bawah yang sudah bereaksi sejak Melody menari. Atau bahkan mungkin sejak melihatnya berjalan menuruni tangga dengan mengenakan secarik kain yang menamakan dirinya rok tapi nyaris nggak menutupi apa pun. Bukannya mengeluh, aku hanya tersiksa setengah mati karena celana jeansku yang mendadak rasanya terlalu ketat.

Adalah sebuah pencapaian luar biasa, aku bisa melewatkan makan malam tanpa menyentuhnya sama sekali. Well, terbantu oleh makanan yang lezat, obrolan ringan yang menyenangkan dan tentu saja kue ulang tahun yang sangat berkesan. Melody membuat sendiri kue itu untukku. Aku nggak bisa berhenti tersenyum karena perhatiannya sungguh menyentuh hatiku. Bahkan absennya ucapan selamat ulang tahun dari orangtuaku nggak bisa merusak kebahagiaanku. Aku benar-benar menikmati malam ini. Thank God, malam ini belum berakhir. Sekarang tiba waktunya untuk acara yang paling menyenangkan, acara yang paling aku nanti-nantikan.

Aku membenamkan wajahku di leher Melody, menghidu aroma tubuhnya yang feminim dan teramat manis. Kabut hasrat yang begitu pekat menyelimutiku. Aku tersesat, hilang arah, nggak bisa memikirkan apa pun selain Melody dan hanya Melody. Fuck, aku nggak habis pikir, bagaimana seorang perawan lugu bisa membuatku kalang kabut seperti ini.

"Gray, apa kamu sudah gila? Kita ada di pinggir jalan, bagaimana kalau...aaah." Suara protes Melody lenyap berganti desah saat bibirku menyesap lehernya, menikmati kulitnya yang mulus tanpa cela.

Bibirku merayap naik, meninggalkan jejak basah kecupan, terus ke atas hingga mencapai rongga telinganya yang mungil. Lidahku menjulur, menjilat di sana, memberi sensasi basah dan geli yang memancing birahi. Aku ingin dia berhenti berpikir. Nggak adil rasanya kalau dia masih bisa berpikir saat pikiranku sudah terhempas entah kemana.

Melody menggelinjang. Kejantananku rasanya bagai digiling. Goddammit, ini namanya sama saja dengan menyiksa diri sendiri. Tubuhku panas dingin karena rasa ngilu yang mendera di bawah sana. Dengan suara parau berlumur hasrat aku berbisik di telinganya.

"Apa kamu benar-benar berpikir bisa kabur begitu saja setelah menari seperti tadi, Melody? Setelah memakai rok super mini, memamerkan belahan pantatmu yang seksi lalu menggodaku dengan goyangan pinggulmu yang sensual? Apa kamu benar-benar berpikir kita akan pulang, mengucapkan selamat malam, lalu tidur di kamar masing-masing, melupakan fakta kalau di bawah sana kejantananku membengkak kesakitan? Think again, Babe, karena menurutku kamu pantas mendapat hukuman." Kedua tanganku merayap ke bagian belakang tubuhnya, menyelinap masuk ke dalam roknya, lalu meremas bongkahan pantatnya yang sintal.

"Menurutmu hukuman apa yang pantas untuk gadis yang nakal?" Aku bertanya dengan suara rendah. Mataku yang berkobar oleh gairah memerangkap mata coklatnya yang sayu. Dia hanya menggeleng, menggigit bibirnya, berusaha keras menahan desah karena sensasi yang ditimbulkan belaian tanganku di kulit bokongnya yang telanjang.

Broken MelodyWhere stories live. Discover now