part 32

12.8K 564 13
                                    

"Ibu, nenek, aku pulang" dengan senyuman.

"Makan malam sudah siap den"

Raff langsung duduk di meja makan, "makan nasi yang banyak biar sehat" ucap Reina

Raff hanya tersenyum, walaupun dia tau bahwa mengkonsumsi nasi putih terlalu banyak malah tidak baik untuk kesehatan, namun ibu dan neneknya justru akan khawatir jika dia makan terlalu sedikit.

Saat ini usia raff sudah cukup dewasa, dia sudah berhasil menjadi seorang dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit besar yang ada di dekat tempat tinggalnya saat ini.

"Bagaimana tempat kerjamu, dan teman temanmu"

"Aku sudah 1 tahun lebih disini bu, aku mudah menyesuaikan diri, jadi ibu tenang aja" sambil melahap nasi dan tumisan tempe kesukaannya.

"Baguslah, ibu seneng dengernya"

"Oh iya di deket rumah sakit tempat aku kerja ada toko kue yang rame banget, barangkali ibu pengen kue nanti aku bawain"

"Oh iya, toko kue itu, ibu dulu pernah kesana sama ay....ah.." kemudian terdiam.

Suasana mendadak berubah, raff bisa melihat kesedihan dalam raut wajah sang ibu setiap mengingat ayahnya.

"Non" neneknya segera menggenggam tangan reina.

"Ma maaaf" ucap reina ketika sadar bahwa dia hampir saja merusak selera makan malam raff.

"Besok, ibu sama nenek gak usah masak buat makan malem ya, aku besok pulang sore, aku bakal masakin makanan yang enak"

"Nggak capek?"

"Nggak bu, aku sesekali pengen masakin ibu juga"

Suasana kembali hangat, raff berjalan menuju kamar, raff menatap foto yang ada diatas meja.

Seorang laki laki yang sedang tersenyum ke arah kameja sambil menggandeng tangan anaknya.

"Sebenarnya apa yang terjadi, aku bingung dengan kenyataan ini ayah, tak  adakah orang yang ingin menjelaskan semuanya padaku?" Sambil memegang foto ayahnya.

Raff sudah membaca berbagai artikel diinternet, berita di koran dan semua menyatakan hal sama. Namun tidak ada yang bisa dia percaya, apa yang tertuang didalamnya sangat berkebalikan dari apa yang dia ketahui.

Banyak hal yang ingin dia ketahui, tapi tidak tau harus bertanya pada siapa, dia takut bertanya pada sang ibu  takut ibunya kembali patah hati dan terluka.

......

Cuaca sedang tidak baik, hujan kerap kali turun dalam waktu yang berdekatan, karena itu anak-anak banyak menjadi korban, sakit akibat cuaca dingin.

Cukup banyak pasien yang datang untuk nerobat, memang anak-anak lebih sangat rentan terkena flu dan batuk.

"Wah dokter sangat tampan" celoteh seorang anak perempuan yang menjadi pasien Raff.

"Kamu juga sangat cantik, apa cita-citamu nanti?"

"Aku ingin jadi dokter" ucapnya.

"Kemarin mau jadi guru karena ada guru yang tanpan, sekarang mau jadi dokter karena ketemu dokter tampan?" Ejek ibu anak itu.

Raff tertawa "kalau begitu, kamu harus cepet sembuh kalau ingin jadi dokter, masak dokternya sakit, terus siapa yang ngobatin pasiennya"

"Aku mau minum obat" ucap anak itu yang tiba-tiba bersemangat untuk sembuh.

"Bukan sekarang, pulang dulu, mandi makan lalu minum obat"

Anak kecil itu mengangguk, Raff akhirnya bisa pulang setelah seharian mengobati pasien.

Dia segera merapikan ruangannya, dan melepas pakaian putih khas kedokteran yang biasa dia gunakan.

Sebelum pulang Raff mampir ke toko roti yang disebut oleh ibunya, dia membeli 3 pck dessert box dengan toping yang berbeda.

"Raff?" Seorang wanita melihat ke arahnya.

"Lily?"

"Pas banget, mobilku mogok bantuin" langsung menarik lengan Raff.

Beruntung Raff masih bisa memperbaikinya, dia memang multi talenta apapun bisa dia lakukan.

"Ayo aku anter" ajak lily

"Gak usah, aku naik biss aja"

"Iihhh udah masuk aja lagian kita searah"

Raff pasrah, dan akhirnya masuk kedalam mobil berwarna cerah itu. Lily adalah wanita yang dia kenal tahun lalu. Dia adalah wanita pertama yang menjadi teman Raff di rumah sakit, walaupun mereka berada di bagian yang berbeda.

Raff adalah seorang dokter khusus anak sementara lily adalah dokter umum.

"Raff itu tangamu kenapa?"

"Ada anak yang takut disuntik, jadi awal ketemu langsung gigit lenganku"

"Astaga aku kira cuman aku yang kesulitan, ternyata ngurusin anak-anak juga susah"

Raff tersenyum "kamunya aja yang kurang sabar"

Setelah diperjalanan 20 menit mereka tiba dirumah Raff, dia segera turun dari mobil diikuti oleh lily.

"Sampek ketemu besok"

"Makasih udah bantu nyalain mobil"

"Sama sama"

Saat lily mau masuk kedalam mobil, tiba-tiba reina datang dan memukul bahu Raff.

"Aw.. ibu.." rengek raff yang kaget.

"Bisa-bisanya udah dianter pulang nggak ngajak mampir"

"Oh dia, namanya lily, dia buru-buru mau pul..."

Belum selesai berbicara lily sudah berada di samping reina.

"Boleh mampir tante?"

"Ya bolehlah, ayo masuk"

Dengan senyuman lebar lily masuk mengikuti reina dari belakang.

Saat mereka masuk ke dalam rumah, saat itu pula, reina dan bibi tin (nenek angkat raff yang dulunya sebemarnya adalah pembantu di rumah hazel) duduk sambil menatap Raff dan lily tengah masak untuk makan malam.

Gadis itu memaksa untuk membantu raff menyiapkan makan malam. Melihat mereka berdua membuat bibi tin san Reina melirik dan tersenyum sesekali.

"Berhenti menatap kami seperti itu" ucap raff menyadari tatapan aneh mengarah padanya.

Tidak lama makanan siap tersaji, bibi tin dan reina melihat menu hidangan yang sangat menarik selera.

"Wah ini sangat enak" ucap reina.

"Pelan bu makannya" ucap raff sambil menuangkan air untuk ibunya.

Lily tersenyum melihat laki laki lembut yang ada di hadapannya.

"Non lily juga makan.." ucap bini tin

"Iya bi"

Makan malam yang sungguh hangat, lily jarang makan malam bersama keluarga, ayah dan ibunya sangat sibuk sehingga mereka jarang berkumpul.

"Lily, gimana raff kalau di tempat kerja?"

"Maksud ibu apa? Tentu saja aku baik ditempat kerja"

Lily tersenyum "raff itu baik tante, sampek gak cuma anak-anak aja yang nempel sama dia, para susterpun ikut nempel sama dia"

Ucapan lily membuat nenek dan ibu raff tertawa bersamaan. Mereka mengobrol hingga larut malam, moment yang jarang terjadi, ini pertama kali reina melihat teman anaknya semenjak kembali kenegara kelahirannya. Dia bersyukur bahwa raff memiliki seornag teman dan bisa menyesuaikan diri di tempat barunya.

Saat jam 9 malam lily beroamitan untuk pulang, tapi siapa sangka mobilnya kembali mogok.

"Antar lily pakai pakai mobilmu ya, nanti biar mobil lily dianter pak adam ke bengkel"

Raff mengangguk, akhirnya dia mengantarkan lily kerumahnya, dia sedikit kaget melihat mobil ber plat khusus kepolian terparkir di depan halaman rumah lily.

"Ayahmu seorang polisi?"

Lily mengangguk "makasih ya.. udah mau direpotin"

Sad Cruel PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang