part 2

272K 3.7K 26
                                    

Tangan reina terikat kencang ke ranjang kasur, dia tidak bisa bergerak, hanya kakinya yang berusaha menendang untuk melawan Hazel. walaupun dia tahu, bahwa dia lemah dia bukan tandinga laki-laki yang berusaha menyerangnya.

Setelah pukulan mendarat berkali kali di wajahnya, pada akhirnya Reina tergeletak lemas, cahaya samar mulai menghilang, dia tidak sadarkan diri.  Sementara laki-laki itu melanjutkan aksinya tanpa ampun.

....

Hari sudah pagi reina memaksa untuk bangkit dari atas kasur. Dia merasa sakit di sekujur tubuhnya, pergelangan tangannya yang memar karena bekas ikatan.

Reina mengambil sebuah pisau di area dapur, berjalan pelan ke kamar Hazel. Sesuai perkiraan laki-laki itu masih tertidur di kamarnya reina bersiap menancapkan pisau yang ada ditangannya.

"Apa yang kau coba lakukan"

Suara itu mengagetkan Reina. Hazel bangun dan menatap reina dengan datar.

Reina  tetap mangayunkan pisaunya walaupun mungkin nyawanya dipertaruhkan.

Hazel menangkis dan mengambil alih pisau itu. "Kamu ingin mati?"

"Lebih baik aku mati" bagaimanapun Reina sadar bahwa laki-laki sudah melecehkannya.

"Baru kemarin kamu memohon untuk kuselamatkan, kamu juga memintaku untuk menyelamatkan ayahmu, apa aku harus membunuh ayahmu sekarang?"

"Bunuh saja aku sekalian"

"Manusia memang aneh kemarin ingin hidup dan hari ini ingin mati sungguh plin plan"

"Kamu tau, kemarin adalah hari pernikahanku, aku bahkan tidak bisa menjaga tubuhku, rico pasti sangat hawatir. Semuanya sudah hancur kamu merenggut semuanya, pernikahanku, kesucianku dan kebahagiaanku"

Hazel bangkit menatap Reina yang lebih pendek darinya 15cm. "kamu seharusnya berterimakasih tidak menikah dengannya"

"Apa maksudmu"

"Kamu fikir siapa yang membayarku untuk membunuhmu?"

"Siapa"

"Orang yang kamu cintai itu, yang kamu banggakan"

"Tidak mungkin" Reina menolak mempercayai ucapan Hazel. Rico adalah laki-laki yang sangat menyayanginya melebihi hidupnya sendiri.

Hazel mengambil hp yang ada di atas meja, memperlihatkan pesan dari Rico yang mengirimkan foto wajah reina, ayah dan ibunya sekaligus foto mobil yang mereka kendarai.

"Tidak itu bukan rico."

Hazel lantas menelfon nomor yang reina hafal sebagai nomor Rico.

"Halo" terdebgar suara hazel dari telfon

"Bagaimana dengan pembayanku" tanya Hazel pada Rico dengan memperbesar volume penggilan agar Reina juga bisa mendengar.

"Besok akan aku Letakkan di loker fitnes kemarin no 15,"

"Oke, jangan melakukan otopsi dengan mayatnya"

"Aku tidak bodoh, menggali kuburanku sendiri"

Telfonpun dimatikan, Reina berlinang air mata, dia masih tidak percaya atau sebenarnya dirinya menolak untuk percaya.

Bagaimana dia bisa di tipu oleh laki-laki yang sudah sangat lama menjalin hubungan dengannya, bagaimana dengan ayah dan ibunya, mustahil semua orang tertipu.

Reina terus berbicara pada dirinya sendiri bahwa itu semua tidaklah benar, dia seharusnya tidak mempercayai seorang pembunuh.

Akhirnya Hazel membuktikannya, dia membawa sebuah kamera tersembunyi di dekat loker yang disebutkan oleh Rico, disitu Reina  melihat dengan jelas detik-detik saat Rico meletakkan sendiri uang sisa oembayarannya di loker.


Sad Cruel PsycopathWhere stories live. Discover now