part 7

115K 3K 13
                                    

"Hentikan" tangan Reina melingkar erat di pinggang Hazel.

Reina menangis, sudah cukup dia ketakutan sejak semalam. "Aku tidak memiliki siapapun lagi..  ayahku tidak sadarkan diri, keluargaku yang lain ingin aku mati.. kumohon.."

Hazel berhenti, mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Sesekali ada kalanya bagi Hazel kesulitan mengendalikan emosi.

Matahari sudah tenggelam, hazel tertidur di atas paha reina dikamarnya.

Reina menatap tangan Hazel yang baru saja di balut perban olehnya. Darah yang mengalir dari tangan Hazel yang terkena pecahan kaca dinding yang dia pukul masih berceceran di lantai ruangan itu.

Saat tertidur laki-laki itu terlihat sangat lembut dan manusiawi, sesekali matanya meringis sakit seakan setiap terlelap mimpi buruk selalu menghantuinya.

Kini hidup reina telah berubah, dia menjadi istri dari seorang psikopath yang menyeramkan sekaligus menyedihkan.

Mata hazel terbuka, dia langsung bangun dengan ekspresi kaget menatap Reina.

"Kenapa"

"Apa aku barusaja tertidur?"

Reina mengangguk pelan "kenapa"

"Ini aneh, aku tidak pernah bisa tertidur tanpa bantuan obat tidur"

Reina meraih pipi Hazel dan menatapnya dalam "perhatikan aku" Hazel ikut menatapnya "jangan lakukan hal apapun yang membuatku takut, aku tidak ingin kamu melukai orang lain dan aku juga tidak ingin kamu terluka, aku hanya memilikimu saat ini"

Hazel mematung, bibirnya tertutup rapat. Dia merasakan sesuatu yang terasa sakit di dadanya, namun dia tidak tau perasaan apa itu. Selama ini dia hanya tau tentang perasaan, marah benci, dan perasaan puas.

"Aku menunggu jawabanmu"

"Jangan berharap pada manusia, atau kamu hanya akan kecewa bagaimanapun aku hanyalah manusia"

"Kamu akan melakukannya Hazel, kamu akan melakukan apa yang kukatakan"

Hazel tidak bisa mengelak, Reina memang berbeda, ketika akal fikiran Hazel ini mengatakan tidak, namun anggota tubuhnya menolak untuk melakukan hal yang diperintahkan oleh akal fikirannya. Sebelumnya tidak ada seorangpun yang mampu menghentikan Hazel namun Reina berhasil.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu"

"Apa"

"Apa yang terjadi saat kamu masih kecil"

Hazel langsung berdiri "tidak ada apapun. Dan jangan menanyakan apapun" sambil menunjuk reina dengan jarinya.

Reina berdiri menggenggam erat tangan Hazel, mengelus dadanya. "Tenanglah, aku istrimu, semua tidak lagi sama, kamu tidak lagi sendiri. Aku bisa mendengarkanmu, dan kamu bisa membunuhku kapanpun kamu mau, jadi tidak ada yang perlu kamu takutkan"

Hazel menunduk "aku membunuh kedua orangtuaku diusia ku yang ke 14 tahun, mereka pantas mati. Suatu hari bibi datang kerumah secara tiba-tiba, ayah dan ibu lupa mengunci pintu dan disana bibi melihat sesuatu dan melaporkannya pada pihak berwajib. Orangtuaku ditangkap aku fikir sekumuanya akan selesai rupanya tidak hanya disitu, wartawan datang menerobos masuk untuk mewawancaraiku, mengekspos wajahku, bibi paman dan anggota keluarga lainnya menatapku dengan aneh, bahkan orang yang ku sukai menjauhiku karena merasa jijik. Pada akhirnya aku membunuh mereka semua aku..."

Reina segera menutup bibir hazel dengan tangannya. Reina melihat mata hazel yang berkaca kaca hanya menunggu beberapa detik hingga air mata itu mengalir di pipi laki-laki yang dikenal sangat jahat, dan tidak berperasaan.

Reina mengelus pipi hazel, menatap matanya sesaat dan menegaskan kalimat dalam batinnya "aku istri laki-laki ini, apapun yang terjadi aku adalah istrinya"

Dengan perlahan Reina mencium laki-laki yang sudah sah menjadi pasangan hidupnya. Hazel kaget, dia masih belum percaya semua terasa hanyalah mimpi.

hasrat Hazel memuncak, terdengar dari deru Nafas yang keluar, Reina segera menghentikan Hazel.

"kamu harus bisa menahannya, hawa nafsumu, perlakuan kasarmu padaku"





Sad Cruel PsycopathWhere stories live. Discover now