84 - SELESAI

697 116 110
                                    

Siap" naik roller coaster yaa hari ini! 🎢😆✌

Aku ngetik part hari ini sampe nyesek" & hampir banjir, awas aja kalau ada yang seneng sama endingnya! 🙄

Selamat membaca! 💜💜

****

Gamma menutup bukunya setelah berhasil menyelesaikan dua puluh soal Kimia yang menjadi pekerjaan rumahnya. Dia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal lalu bergerak mengecek ponselnya yang sedang diisi daya baterainya.

Notifikasi pertama yang Gamma buka adalah dari Delta yang mengatakan dirinya akan pulang terlambat dari lapangan basket hari ini. Notifikasi kedua dari Vivi. Gadis itu mengirimkan foto terbaru unggahan idolanya yang kemudian Gamma balas seadanya. Notifikasi ketiga ... Bagaimana Gamma bisa lupa kalau malam ini dia harus menepati janjinya untuk jalan bersama Alva? Jujur, Gamma bukannya tidak mau bertemu dengan Alva, tapi ada yang sedang dia pertimbangkan dan keputusan itu harus diambil saat bertemu dengan Alva.

Gamma mengembuskan napasnya beberapa kali sebelum dengan terpaksa membuka dan membalas pesan dari laki-laki itu. Tak lama berselang dari jawaban Gamma yang ala kadarnya itu, layar ponsel Gamma berubah karena sebuah panggilan masuk.

Gamma menepuk dahinya pelan sambil memejamkan mata. Dia menghela napasnya sekali lagi sebelum akhirnya menekan dial hijau. "Halo?" sapa gadis itu ogah-ogahan.

"Sudah selesai PR-nya?" tanya Alva dari seberang sana.

Gamma mengangguk. "Sudah."

"Masih ada kesibukan? Jadi jalan nggak malam ini?" tanya Alva hati-hati.

"Kalau Gamma bilang nggak jadi, Kak Alva marah nggak?" tanya Gamma polos.

Alva tersenyum simpul. "Nggak. Take your time," jawab lelaki itu lembut.

Gamma mendengus. Dia benci dirinya sendiri yang selalu merindukan Alva setiap kali mereka bertengkar. Apalagi, lelaki itu selalu bersikap manis dan sangat tahu cara membujuk Gamma. 

"Jadi, masih nggak mau ketemu gue?" Alva melempar pertanyaan lagi agar Gamma semakin tidak teguh dengan pendiriannya.

Helaan napas Gamma terdengar sekali lagi. "Ih!" gerutu gadis itu frustrasi, "Ya udah, Gamma siap-siap sekarang. Cepat otw."

Alva terkekeh senang. "Okay, kalau sudah di depan rumah gue kabari ya."

"Iya."

"Bye, Sayang."

Gamma berdecak kemudian memutus sambungan telepon begitu saja, tidak terima dirinya sendiri yang masih selalu salah tingkah jika Alva berlaku seperti ini.

****

"Sudah makan?" Alva memecah keheningan antara dirinya dan Gamma setelah sepuluh menit mereka berada di dalam mobil.

Gamma menoleh lalu menggeleng. Gadis itu masih terlalu berprinsip untuk sedikit "jual mahal" agar Alva lebih berusaha untuk membujuknya.

Alva tersenyum lalu mengelus kepala gadis itu lembut. "Mau makan apa?"

Gamma menggedikkan bahunya. Dia mengalihkan pandangannya ke arah jendela di samping kiri, menahan mati-matian agar sufut bibirnya tidak terangkat.

Alva mengangkat satu alisnya. "Terakhir ada yang bilang pengen makan sushi, 'kan, ya? Masih pengen?"

Astaga. Alva lebih pintar dari yang Gamma kira. Lelaki itu dapat dengan mudah memenangkan hatinya.

"Kata orang-orang kalau diam berarti jawabannya iya."

ALVABETHWhere stories live. Discover now