66 - GIRL'S TALK

488 104 108
                                    


Hari ini kita akan melihat kalau nggak semua mantan dan pacar ribut terus! 😝

Selamat membaca! 💜💜

****

"Abang serius nggak mau ikut turun?" Gamma menyerahkan helm yang ia gunakan pada Delta kemudian mengambil paper bag berisi oleh-oleh.

"Mau, tapi nggak bisa." Delta mendengus. "Gue ada janji sama pelatih basket, Bocil. Ada pertandingan tingkat provinsi dalam waktu dekat."

Gamma membulatkan mulutnya sambil mengangguk. "Ya sudah, hati-hati, ya."

Delta tersenyum lalu mengacak puncak kepala Gamma. "Iya. Lo juga hati-hati. Nanti kalau sudah selesai, telepon gue. Gue jemput, no debat."

"Iya, siap!"

Gamma memutar tubuhnya kemudian menekan bel yang ada di dekat gerbang rumah. Ya, hari ini Gamma mengantarkan oleh-oleh dari Eropa untuk Betha dan keluarganya. Mama dan papanya ada urusan bisnis lagi sepulang liburan. Jadi, Gamma menyanggupi untuk membagikan oleh-olehnya sendiri atau bersama Delta jika lelaki itu sempat ke semua kerabat mereka.

"Hai." Sapaan ceria dari dalam mengalihkan fokus Gamma yang sedang menatap langit.

Gamma menoleh kemudian tersenyum ramah. "Hai, Kak," sapanya balik.

"Kesini sama siapa, Gam? Eh, Ma, eh, kok gue bingung, sih!" Betha tertawa seraya membuka gerbang rumahnya agar Gamma bisa masuk.

Gamma ikut tertawa mendengar ocehan Betha. "Thea aja, Kak," ralatnya, "Tadi kesini sama Abang, tapi dia langsung pergi lagi. Katanya ada janji sama pelatih basketnya buat lomba tingkat provinsi."

Betha manggung-manggut mengerti. Gadis itu menutup pintu rumahnya dan menggemboknya lagi karena Mama Kintara dan Papa Arsen sedang tidak di rumah.

"Kangen, ya?" goda Gamma iseng kemudian duduk di sofa ruang tengah setelah dipersilakan oleh Betha.

"Sama siapa?" tanya Betha pura-pura polos.

"Abang, lah. Masa sama Gamma," sahut Gamma protes.

Betha terkekeh kemudian geleng-geleng. "Ya, bisa dibilang sedikit," jawabnya cukup jujur. Betha kemudian berlalu untuk mengambil minum di dapur yang tidak jauh dari ruang tengah.

"Gimana Eropa?" Betha menyimpan nampan dengan dua gelas air mineral dan dua toples berisi biskuit.

"Seru, sih, tapi lagi dingin-dinginnya. Gamma sempat hampir hipotermia di hari kedua," jawab Gamma antusias.

"Lo nggak kuat dingin?" tanya Betha penasaran.

Gamma menggeleng. "Itu alasan pertama. Alasan kedua, jaket Gamma kurang tebal," jawab gadis itu kemudian terkekeh, "Tapi, overall menyenangkan, kok. Karena banyak tempat-tempat baru juga yang dikunjungi."

"Gue lihat story lo selama di Eropa, jadi pengen liburan juga," cerita Betha.

Gamma tertawa kecil. "Kakak ngapain aja di Jakarta selama sepuluh hari ini?" tanyanya balik, penasaran juga dengan kabar Betha.

"Ya, kebanyakan di rumah, sih." Betha mengambil buku Sapiens yang kebetulan dia simpan dengan asal di atas sofa tadi lalu menunjukkannya pada Gamma. "Nih, baca buku dari abang lo. Paling kalau bosan makan malam di luar sama Mama dan Papa. Terus, tanggal 27 main di rumah Kevin."

Baiklah. Sebuah cerita normal, bukan? Tapi, kenapa Gamma jadi merasa kembali ke kehidupan nyata begitu Betha menyebutkan kalimat terakhirnya?

"Malam tahun baru ngapain?" tanya Betha mencari topik lain.

ALVABETHWhere stories live. Discover now