7. Siapa Pelakunya

6.7K 408 2
                                    

7.

Siapa Pelakunya

 “Dimana Derren?” kata Rai melihat kesekelilingnya. Tidak ada siapapun selain mereka berdua di ruangan itu.

“Tidur.”

“Tumben.”

“Terpaksa. Kalau tidak dia akan merintih kesakitan.”

“Maksudmu?”

“Tulang tangan kanannya retak ketika mencoba menolongmu. Tangannya dihantam pintu belakang mobil oleh salah satu penculikmu. Tapi tenang saja, kau tidak perlu cemas,” Deva buru-buru menjelaskan ketika melihat wajah cemas Rai. “Dia baik-baik saja dan tidak menyalahkanmu. Kejadian kali ini termasuk tanggung jawabnya. Jadi dia tidak ingin melibatkanmu sampai kau celaka.” Deva melanjutkan lagi ketika kerutan di dahi Rai semakin dalam. “Jangan khawatir, Rai. Derren anak yang kuat. Itu cuma luka kecil. Sudah diobati dan diberi obat penghilang rasa sakit oleh dokter. Tidak lama lagi dia pasti sembuh.”

“Begitu,” kata Rai pelan. Dia merasa tidak enak pada Derren. “Aku mau melihat keadaannya.” Rai bangkit dari atas tidur dan berjalan ke kamar Derren. Deva ikut-ikutan dengan kursi rodanya. Ketika sampai di depan pintu putih kamar Derren, Rai dan Deva terbengong ketika mereka membuka pintu.

Kamar Derren masih tidak berubah, masih serba putih dan berantakan dengan buku. Yang berubah hanyalah Derren. Dia duduk di dekat jendela dengan perban yang menggantung di lehernya, tangan kirinya bergerak lincah di atas keyboard komputer, sedangkan di telinga tertempel earphone; samar-samar terdengar musik mellow di ruangan itu.

“Sandra Marya Azuha, tiga puluh sembilan tahu. Kalau tidak salah dia bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Santa Louisa,” kata Derren pada seseorang di monitor. “Aku yakin ini ulah pelaku utama. Sebelumnya juga ada anak yang hendak diculik, tapi kami berhasil mematahkan serangan mereka.”

“Apa karena itu tangamu jadi begitu?” kata suara di dalam monitor.

“Tidak. Tanganku begini karena aku yang ceroboh, Agen Mike,” kata Derren memperbaiki letak earphone-nya. “Aku minta tolong untuk melacak Sandra Marya. Aku salah duga. Tidak kusangka kalau pelaku mengincarnya.”

“Akan kuusahakan.”

“Terima kasih.”

Derren memutuskan hubungan, lalu melepaskan earphone-nya. Belum lagi dia selesai memperbaiki perban tangannya yang melorot, sudah ada laporan masuk. Kali ini suara perempuan.

“J-EN BOARDLY 00569 JPN 11344. Apa kabar, Hosea?”

“J? Kupikir kau tak sudi lagi melihat wajahku,” kata Derren memakai kembali earphone-nya. “Kabarku tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk juga.”

“Aku tidak mau melihat Astyn tampak lebih hebat di matamu. Jadi kupastikan untuk mengesampingkan rasa cemburuku dan memutuskan untuk membantumu.”

Deva dan Rai segera duduk mengapit Derren. Mereka kelihatan tertarik sekali pada J. Kisah cinta Derren dimulai. Dia diperebutkan oleh dua orang wanita cantik: J dan Astyn.

“Aku sangat berterima kasih kau mau membantuku. Tapi kesalahpahaman ini harus diluruskan. Aku tidak menyukai gadis manapun sampai saat ini,” kata Derren mengambil kertas yang berserakan di lantai. “Aku tidak mau membuat kau berharap terlalu jauh padaku, tapi sebaiknya kau mencari pria baik yang lain,” tambahnya lagi membaca kertas-kertas itu dengan sikap tidak peduli. “Sekarang aku lebih berkonsentrasi pada penyelidikan penting dan tidak berminat pada urusan lain.”

Deva, Rai dan J menatapnya dengan tajam. Menurut Rai, Derren benar-benar mirip dengan Daris, tapi sikapnya yang serba tidak peduli dengan orang yang berbicara dengannya itu agak keterlaluan.

Derren dan RaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang