2. Bertukar Tempat

10.9K 548 2
                                    

Rai memarkirkan sepedanya ke halaman. Diambilnya kunci rumah dari saku miliknya dan membuka pintu. Dia menghidupkan lampu karena ruangan itu masih gelap. Hari ini Sandra mendapat tugas jaga di Rumah Sakit Swasta soalnya dia bekerja sebagai perawat.

“Lama sekali kau pulang. Kakiku sampai kram menunggumu.”

Rai hampir saja berteriak saat dia menutup pintu dan melihat Derren sudah ada di sampingnya, untung tidak jadi. Jika tidak, tetangga pasti sudah berdatangan.

“Darimana kau masuk?” kata Rai melihat Derren dari atas sampai bawah dengan panik seakan-akan dia bertemu dengan hantu. Derren menunjuk jendela yang terbuka lebar walau masih sibuk memencet-mencet iPod-nya. “Kau tidak mencuri apapun kan?” Rai memeriksa barang-barangnya, siapa tahu ada yang hilang.

“Aku tidak melakukan level rendahan sebagai Pencuri,” kata Derren, matanya masih sibuk untuk menentukan lagu kesukaannya.

Rai mendelik kesal pada Derren. Baginya, Derren adalah makhluk tersombong yang belum pernah ditemuinya di muka bumi. Rai segera kearah Derren yang belum beranjak dari tampatnya. Rai mengecak pinggang. Siap meledak.

“Bagaimana caranya kau bisa tahu alamatku?” kata Rai dengan nada curiga. “Kai ini intel, ya?”

“Aku tahu dari Alex, orang yang meminjamimu uang,” kata Derren mengantongi iPod-nya setelah menemukan lagu yang dia inginkan. “Dia memaksaku membayar hutangmu.”

“Apa?”

Mata Rai dan Derren bertemu. Rai salah tingkah kemudian cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Salahmu sendiri menanyakan alamatku pada Alex. Dia suka sekali memeras orang jika orang tersebut butuh bantuannya.”

“Ya. Salahku sendiri karena punya wajah yang sama dengan wajahmu.”

Rai yang sedang berkutat dengan barang-barang elektronik menoleh cepat sehingga dia dapat mendengar suara derit tulang lehernya.

“Apa katamu barusan?”

Derren beranjak sambil membuka kacamata bingkai hitamnya. Rai tercengang saat melihat wajah Derren. Untuk sesaat dia tidak bisa berkedip. Walaupun tampak lain dengan gaya rambut dan warna mata, Rai dapat melihat dengan jelas kalau dia seperti bercermin. Baik wajah, hidung, bibir, semuanya sama persis dengan Rai. Rai tidak bisa berkata apa-apa. Dia sangat kaget.

“Apa kita bersaudara kembar?” Rai beranjak, memerhatikan Derren dari atas sampai ke bawah. Pantas saja waktu itu Derren mengitarinya. Semuanya sama. Postur tubuh, tinggi badan, cara berdiri... kecuali cara mereka saling memandang. Rai punya mata hitam yang bersinar dan kulit cokelat sementara Derren memiliki mata biru yang redup dengan tatapan dingin, kulitnya pucat kayak vampir tidak minum darah.

“Apa jenis golongan darahmu?” kata Derren dengan nada datar—satu lagi perbedaan mereka yang kelihatan jelas. Dia membiarkan Rai mengitarinya.

“Golongan darahku B,” kata Rai. Dia berhenti melangkah seakan menyadari sesuatu yang penting. “Jangan-jangan kau juga bergolongan darah B?”

Derren dan RaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang