3. Masalah Dimulai

8.8K 487 5
                                    

“Kau... Putra Daris?” kata laki-laki botak bertubuh besar dan kekar yang ada di depan orang-orang itu. Dia menghabiskan ruangan lift untuk dirinya sendiri. Rai sedang menebak-nebak bagaimana cara Pria besar itu masuk ke dalam lift tanpa membuat gepeng orang-orang di belakangnya saat pria kurus ceking disampingnya berkata, “Tidak mungkin.”

“Daris adalah tipe orang yang tertutup. Kami saja tidak tahu dia sudah menikah atau belum. Kenapa sekarang ada anak yang mengaku Putranya?” kata laki-laki tampan di belakangnya. Dia melipat tangan dan bersandar di tembok lift.

“Benar. Wajah Daris masih muda tetapi kenapa anaknya sebesar ini?” lelaki lain, yang tubuhnya mungil kecil dan matanya jenaka, melompat-lompat di belakang pria besar itu. “Jeff, geser, dong. Aku tidak bisa melihat dan bernapas, nih. Aku kan pendek, tidak sepertimu yang tinggi besar kayak gorilla.”

Jeff—yang bertubuh besar—mengangkat tangannya yang besar lalu mengacak rambut laki-laki mungil yang besar tubuhnya hanya sepinggang Jeff.

Derren menyingkir dari lift dan membiarkan orang-orang itu keluar. Lelaki yang tampan mengibas-kibaskan tangannya, sementara tangannya yang satu lagi di kantong celana. Laki-laki kurus ceking seperti lidi itu menghirup udara banyak-banyak dan laki-laki mungil yang satunya memperbaiki rambutnya yang berantakan. Namun tampaknya selain laki-laki besar dan botak itu, semuanya berkeringat dan kehabisan napas.

“Kau menghabiskan oksigen untuk dirimu sendiri tahu,” laki-laki mungil itu menggerutu; menyatakan isi hati teman-temannya yang lain. Dia masih memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

“Diam, Kecil. Kalau kau bicara lagi akan kupastikan kau akan melayang dengan kepala di bawah,” ancam laki-laki bertubuh besar. Laki-laki kecil itu menggerutu pelan. “Seperti yang dikatakan mereka, kami tidak percaya kau anak Daris.”

“Aku hanya ingin tahu Ayahku ada dimana.”

Kebiasaan Derren kumat lagi. Dia berbicara tanpa mendengar perkataan si Gorilla dan memakai nada memerintah. Rai melihat ada tanda-tanda si Gorilla dan para kera di belakangnya (teman-teman berjasnya, maksud Rai) agak kurang senang. Apalagi si Gorilla itu—sepertinya—tipe orang pemarah.

“Kau tidak medengar perkataanku barusan?” suara si Gorilla menggelegar, menarik perhatian karyawan yang lebih banyak lagi.

“Aku hanya ingin tahu Ayahku ada dimana,” Derren mengulang perkatannya.

“Apa yang akan kau lakukan jika tidak memberitahumu dimana Daris? Apa kau akan mengobrak-abrik perusahaan kami? Atau kau mengancam akan bunuh diri?” Pria tampan itu angkat bicara, nadanya meremehkan sekali. “Bagaimana, Nak?”

Derren diam, masih belum memberi respon.

“Anak itu takut, padahal baru digertak sedikit,” gumam si Lidi.

“Harus kuakui, kau memang mirip Daris. Tapi hanya segini,” si Mungil menunjukan ujung ibu jari dan telunjuknya hampir bersentuhan.

“Konyol sekali meladeni anak kecil. Datanglah sekitar tiga puluh tahun lagi jika kau cukup pintar untuk jadi Putra Daris,” kata si Tampan dengan nada tidak peduli.

Derren dan RaiWhere stories live. Discover now