Salah Tingkah

81 16 9
                                    

Venus berjalan kembali menuju ke tenda nya. Venus benah-benar harus menahan emosinya yang meledak-ledak di dalam hatinya. Pengen teriak, tapi tidak bisa, pengen marah tapi sama siapa, lebih baik pendam sendiri walaupun ternyata sakit.

"Cowok itu benar-benar bikin gue kesal aja" geram Venus sambil meremas-remas tangannya.

"Udah buat gue salah tingkah dan malu sendiri lagi. Argh! Kenapa sih tadi gue berpikiran macam-macam" kesalnya. "Kalau dia tahu gue berpikiran macam-macam, gue jadi malu."

"Ini juga, jantung gue nggak bisa diajak kerjasama. Kenapa selalu kalau dekat Mars, bikin gue terus jantungan" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk dadanya kirinya.

"Kenapa lo Ven? Lagi PMS lo? Marah-marah sendiri nggak jelas" ucap Celsa menghampiri Venus diikuti dengan Adel dan Mila.

"Tanya sendiri sama planet" jawab Venus ketus.

"Planet? Maksud lo Mars?" ujar Adel tepat.

"Lo kenapa lagi sama Mars. Perasaan nggak kelar-kelar berantemnya" ucap Mila.

"Capek gue Mil" ujar Venus lesu. "Apa gue harus pindah sekolah lagi ya."

"Jangan!" ucap mereka bertiga.

"Lo jangan pindah sekolah Ven. Kasihan orang tua lo capek ngurus surat pindah lo" ucap Adel.

"Lucnut banget lo jadi teman" ucap Venus.

"Gue cuman memberitahu kenyataannya."

Venus menghela nafas berat, ia tidak habis pikir kalau kehidupan sekolahnya seperti ini. Bertemu mantan plus bertemu cowok gila yang dia temui dijalan, eh maksudnya cowok yang menabrak dia dijalan.

"Cewek yang bernama Raya itu, apakah pacar Mars?" tanya Venus pada ketiga temannya.

"Bukan. Dia hanya cewek yang terobsesi pada Mars" jawab Adel.

"Lo pasti disuruh jauhin Mars oleh Raya kan" ujar Mila.

"Kenapa tahu?"

"Karena hampir setiap cewek yang dekat dengan Mars, berakhir sial" jawab Adel.

"Apa gue juga begitu?" Venus menjadi khawatir sendiri karena Adel berkata seperti itu.

"Tidak berlaku bagi lo. Yang ada Raya pasti menjaga citranya" ucap Celsa.

"Maksudnya?"

"Dia takut kalau posisinya sebagai primadona sekolah akan tergantikan oleh lo. Jika dia macam-macam dengan lo, orang lain pasti mengira karena Raya iri dengan lo. Makanya Raya harus jaga-jaga image didepan semua orang terutama pada Mars" jelas Adel.

"Bermuka dua dong."

"Baru tahu ya" celetuk Mila.

"Udah ah, ngapain bahas yang gak penting. Lebih baik kita kembali ke tenda, kasihan Grace sendirian di tenda. Kita nikmati waktu malam ini, soalnya besok kita pulang" ucap Celsa.

Mereka pun kembali ke tenda, tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti kala mendengar suara tangisan cewek.

"Kalian dengar gak suara itu?" bisik Adel takut.

"Kalau ada tangisan cewek di malam hari, apalagi di sini banyak pohon dan dekat dengan hutan, itu..." jeda Celsa takut gemetaran karena dia sudah tahu jawabannya.

"Lo jangan takutin gue dong" ujar Venus yang mulai merinding ketakutan.

"Hihihihi...."

"Aaahh! Hantu!" Mereka pun langsung lari terbirit-birit setelah mendengar suara ketawa yang menakutkan, seperti suara... ah sudahlah.

*****

"Semuanya sudah selesai berkemas?" tanya Pak Bagas.

"Sudah Pak!"

"Jangan sampai ada barang yang tertinggal di sini. Kalian sudah mengecek barang-barang kalian?"

"Sudah Pak!"

"Sekarang kalian masuk bus, kita akan segera pulang" titah Pak Bagas.

Semua siswa masuk ke dalam bus. Venus merasa beruntung dia berada di samping Celsa. Dia tidak mau lagi kalau harus duduk berdampingan dengan Mars seperti pada awal keberangkatan. Apalagi kalau mengingat kejadian semalam, dia harus menjaga jarak pada Mars untuk sementara waktu.

Dalam perjalanan, bus yang ditumpangi kelas XI IPA 2 begitu berisik dan heboh. Bagaimana tidak, Rio menyanyikan lagu sambil memainkan gitar, membuat semua para penumpang ikut bernyanyi.

"Venus, lo kenapa gak ikut nyanyi?" tanya Rio setelah selesai bernyanyi.

"Malas."

"Alah, bilang aja kalau lo mau Mars yang nyanyi" goda Rio yang disambut suara riuh dari teman-temannya.

"Mars, lo mau nyanyi nggak?" tanya Rio pada Mars.

"Ngapain?"

"Gak peka amat lo jadi cowok. Udah di kode pula, masa nggak ngerti" tungkas Rio.

"Lo demen sama Mars, main kode-kode segala" celetuk Kevin.

"Gue masih normal ya bro" ujar Rio.

"Venus" panggil Kevin.

"Apa?"

"Lo masih suka sama Dirga?" Pertanyaan Kevin membuat suasana di dalam bus sedikit hening. Semua penumpang sepertinya ingin mendengar jawaban Venus.

Venus menoleh pada Kevin yang berada di sebelah Mars. Sengaja atau tidak sengaja, Mars dan Venus saling bertatapan.

Segera Venus mengalihkan pandangannya. "Sudah move on."

"Kalau gitu, boleh dong gue PDKT dengan lo" canda Kevin.

"Eh buaya darat, santai bener lo ngomong PDKT. Lo kira teman gue apaan, mudah banget lo bilang PDKT" sinis Adel.

"Kenapa lo yang sewot sih! Gue cuman bercanda barusan. Kalau beneran juga, nggak apa-apa" ucap Kevin.

"Kevin, kalo lo masih mau wajah lo selamat sampai di rumah mending lo diam" ucap Mars dengan senyum.

Kevin meneguk ludahnya takut mendengar ucapan Mars. Mars memang tersenyum, tapi kenapa menurutnya senyum Mars begitu menakutkan. "Semoga wajah ganteng gue masih selamat" batinnya.

DESNINE [END]Where stories live. Discover now