Mars dan Venus

205 53 38
                                    

"Ven, lo dah siapa tugas kimia kan. Bagi dong jawabannya, karena soalnya susah banget" pinta Celsa.

"Udah, nih bukunya." Venus memberikan bukunya pada Celsa.

"Makasih Ven." Celsa langsung mencatat semua jawaban Venus di bukunya.

Disisi lain...

"Mars, minta jawaban kimia lo" pinta Rio dan Kevin bersamaan.

"Eh Bambang, gue minta duluan" ujar Rio pada Kevin.

"Nama gue Kevin, bukan Bambang. Dan gue duluan yang minta sama Mars" balas Kevin tidak mau kalah.

"Jawaban ini maksud kalian." Alvin memegang buku tugas kimia Mars. "Sorry, gue yang pake duluan."

"Alvin, bagi jawabannya!" teriak Rio dan Kevin serempak. Mereka mengikuti Alvin sampai ke tempat duduknya.

Rio, Kevin serta Alvin sibuk menyalin jawaban kimia Mars. Dan Mars hanya sibuk memainkan ponselnya. Dan tanpa sengaja tatapan Mars beralih pada Venus, ada sedikit rasa penasaran dihatinya mengenai gadis itu.

Venus masih sibuk membaca novel, tak sadar jika sedari tadi diperhatikan oleh Mars.

"Demen lo sama Venus, Mars. Dari tadi liatin Venus terus" ucap Alvin sambil mengembalikan buku Mars. Dia sudah selesai menyalin jawaban Mars, kini bukunya sedang ada pada Rio dan Kevin yang masih belum selesai.

Mars gelagapan "Nggaklah. Gak sengaja lihat dia tadi."

"Ohh, gitu ya." Walaupun begitu, Alvin masih menaruh curiga pada Mars.

Kring... Kring...

Bel masuk sudah berbunyi, pertanda jam pelajaran pertama akan dimulai. Kelas XI IPA 2 pun memulai proses pembelajaran mereka.

Guru kimia masuk ke dalam kelas. Semua siswa diam tanpa suara. "Anak-anak, sekarang tugas kimia nya dikumpul sekarang" ucap guru tersebut.

Seluruh penghuni kelas XI IPA 2 pun mengumpulkan tugas mereka di meja guru di depan.

"Buka buku kalian dan catat bab 10" titah guru tersebut.

"Dan untuk Mars dan Venus, ikut Ibu sekarang." Guru kimia tersebut menyuruh Mars dan Venus untuk ikut dengannya.

Mars dan Venus yang kebingungan hanya melihat satu sama lain hingga mereka mengikuti guru kimia tersebut.

Mars dan Venus saling berjalan beriringan mengikuti guru kimia yang berada di depan. Hati mereka bertanya-tanya, kenapa mereka di panggil.

Mereka memasuki ruang guru. Mereka di sambut oleh mamanya Mars, Yuli.

"Mama?!" kaget Mars. Dia tidak menyangka kalau Yuli ada disekolahnya. "Mama ngapain disini?"

"Mars." Yuli mendekat pada Mars. "Mama kesini saking keponya sama cewek yang kamu bilang itu. Venus namanya, mana Venus, Mars?" Yuli greget sendiri pada Mars.

"Tante, saya Venus." Venus menunjuk dirinya sendiri ragu.

"Kamu Venus?!" Yuli langsung mendorong Mars dan mendekat pada Venus.

"Iya Tante." Venus agak gugup berhadapan dengan mamanya Mars yang tiba-tiba menanyakannya.

"Kamu jadi anak Tante ya" ujar Yuli yang membuat Mars dan Venus terkejut.

"Hah?! Mama apa-apaan sih. Mama repot-repot datang kesini cuman bilang omongan kosong begini" gerutu Mars.

"Nggak apa-apalah. Mama kenal sama kepala sekolah dan guru-guru disini, jadi nggak apa-apa" ucap Yuli santai.

"Bukan begitu maksud Mars, Ma..."

"Udahlah, Mama cuman mau ngomong sama Venus. Kamu diam saja" ucap Yuli yang beralih pada Venus.

"Jadi untuk apa Mars kesini, buang-buang waktu aja" dumel Mars.

"Hanya mastiin kalau kamu masih hidup" balas Yuli enteng.

"Jadi gimana Venus, mau jadi anak Tante?" tanya Yuli dengan berharap pada Venus.

"Maaf Tante, Venus tidak tahu" jawab Venus pelan.

Mars langsung menarik tangan Venus keluar dari ruang guru. "Mars! Mama belum selesai ngomong sama Venus!" teriak Yuli.

"Omongan Mama gak penting" sahut Mars.

Mars membawa Venus keluar dengan buru-buru. "Lepasin!" hentak Venus pada Mars.

"Sorry, gue gak sengaja." Mars menarik tangannya dari Venus.

"Apa yang lo katakan sama Mama lo. Sampai nanyain gue segala lagi" ucap Venus.

"Gak ada. Gue hanya bilang kalau ada anak baru di kelas gue. Dan Mama gue nanya nama lo dan gue beritahu. Mama gue terlalu heboh mendengar nama lo" jelas Mars.

"Gue gak ngerti maksud Mama lo tadi. But, sorry gue keganggu. Bukan Mama lo, tapi ucapan Mama lo buat gue kepikiran. Maksudnya apa coba jadi anak Mama lo" tungkas Venus.

"Mana gue tahu. Gue aja kaget kalau Mama datang ke sekolah" ucap Mars.

"Mars" panggil seseorang yang ternyata adalah Raya.

Venus menoleh pada Raya yang terus memandangi Mars. "kamu ngapain disini Mars dengan dia?" tunjuk Raya pada Venus.

"Bukan urusan lo" ketus Mars.

"Mars, kamu nggak capek giniin aku terus. Kamu tahukan, aku menyukaimu" ucap Raya.

"Tapi gue gak menyukai lo. Gue menyukai orang lain" balas Mars.

"Siapa Mars?" tanya Raya menahan kekesalan dihatinya.

"Dia." Mars merangkul pinggang Venus. Venus melototkan matanya sekaligus kaget. "Gue menyukai Abrianna Venus."

"Hah?!" Venus tidak percaya apa yang dikatakan Mars.

Apa-apaan ini, apa yang terjadi. Nggak mungkin kan sumpah Venus pada Mars jadi kenyataan. Kalau benar, Venus ingin menarik kata-katanya kembali.

"Kamu bohongkan Mars. Nggak mungkin kamu menyukai nya. Kamu tidak mengenalnya, dia kan anak baru disini" ujar Raya.

"Siapa bilang? Gue menyukai Venus dan sangat menyukainya." Mars mengecup lembut pipi Venus di depan Raya.

Dada Venus seakan meledak-ledak. Perasaannya bercampur aduk. Kesal iya, marah iya, deg-degan mungkin...

Raya ternganga melihat adegan cium pipi pada Venus. Raya membalikkan badan dan pergi dari situ. Dia tidak tahan melihat kemesraan Mars dan Venus.

Venus langsung mendorong kasar tubuh Mars. "Lo apa-apaan sih. Jijik tahu dekat-dekat lo."

"Eh! Seharusnya lo senang udah gue rangkul dan cium. Cewek lain mana bisa kayak lo" balas Mars.

"Dosa apa gue di masa lalu. Sampai-sampai ketemu cowok gila kayak lo." Venus langsung pergi dengan perasaan dongkol.

Di belakang Venus, Mars tersenyum tipis. "Pipinya lembut juga" gumamnya.

DESNINE [END]Where stories live. Discover now