Truth or Dare

93 19 26
                                    

Satu kata yang ingin diucapkan Venus sekarang adalah kata menyesal. "Argh! Seharusnya, gue tidak tertipu dengan rayuan Celsa." Venus terjebak di antara semua teman kelasnya dalam permainan truth or dare.

"Gara-gara Celsa rayu gue dengan iming-iming makanan, gue sekarang disini. Gue juga, kenapa otak gue makanan mulu sih" batinnya yang kesal sendiri.

"Ven, kita mulai permainannya ya" ujar Celsa.

"Lo nggak bilang kalau bawa gue ke sini. Bermain truth or dare segala lagi" marah Venus pada Celsa.

"Kan gue sudah bilang ajak lo main" ujar Celsa.

"Tapi, kenapa nggak bilang kalau main truth or dare?!"

"Sengaja." Celsa menunjukkan sederet  gigi putihnya dengan senyuman lebar.

Venus menghela nafas panjang. Sebaiknya dia harus banyak-banyak bersabar.

Satu kelas mereka memainkan permainan truth or dare dengan botol kaca yang berada di tengah-tengah sebagai penentunya siapa yang menjadi korban.

Celsa memutar botol kaca tersebut. Botol kaca itu berputar dan ujung mulut botolnya berhenti ke arah Kevin.

"Heh?! Kok gue" ucap Kevin kesal.

"Ya mau gimana lagi." Celsa mengedikkan kedua bahunya. "Pilih truth or dare."

"Truth."

"Berapa kali lo nembak cewek?" tanya Celsa.

"10 kali. Tujuh orang terima gue, dan tiganya nolak gue dengan alasan sudah punya pacar. Gue pacaran dengan cewek hanya bertahan 2 bulan terus putus karena gue putusin" jawab Kevin.

"Playboy" cibir Mila.

"Gimana nggak gue putusin, kalau selingkuh dan cuman manfaatin gue" balas Kevin.

"Kita lanjut." Celsa memutar botol kaca lagi dan berhenti ke arah Alex, ketua kelas. "Pilih truth or dare?"

"Truth."

"Alex, lo ada niat gak putus dengan Mona?" tanya Celsa.

"Enggak" jawab Alex mantap.

"Sekalipun kalau Mona selingkuh dari lo, cuman manfaatin lo, matre, dan seorang gadis yang tidak baik dan polos seperti yang lo kira. Lo masih mau pacaran dengannya?" tanya Celsa yang membuat Alex terdiam dengan kebimbangannya.

"Asalkan gue nyaman dan suka dengan itu lebih dari cukup. Dan gue yakin kalau Mona tidak seperti yang lo katakan" jawab Alex serius.

"Dasar bucin!" teriak teman-teman Alex.

Celsa memutar botol kaca lagi ya dan berhenti ke arah Mars. "Mars, lo pilih truth or dare?"

"Dare."

"Cium cewek yang lo suka." Bukan Celsa yang berkata, melainkan Rio.

"Siapa tuh cewek?"

"Apa dikelas kita?" Semua orang bertanya-tanya siapa cewek yang disukai Mars.

Mars berdiri dan berjalan pelan ke arah cewek yang berada di tengah-tengah antara Celsa dan Adel.

Cup!

Mars mencium sudut bibir Venus dengan lembut. Semua orang yang disitu ternganga melihat adegan yang ada didepan mata mereka.

"Mars, main nyosor aja lo. Gue bilang cium, bukan berarti bibir juga kali, pipi juga bisa" ucap Rio kaget.

Rio tidak tahu kalau Mars hanya mencium sudut bibir bukan bibir Venus langsung, karena Mars melakukan pose yang seperti sedang berciuman langsung.

Selain Rio pun, teman-teman satu kelasnya mengira kalau Mars dan Venus berciuman, walau itu bukan kenyataannya sih.

"Lo apa-apaan sih." Venus mendorong Mars menjauh. "Lo ngapain cium-cium gue."

Mars menunjukkan smirk nya. "Karena gue suka." Mars pun kembali duduk ke tempatnya.

"Gila lo Mars, main nyosor aja. Belum halal juga" ujar Kevin.

"Lo beneran suka sama Venus, Mars? Jadi, selama ini lo bohong kalau nggak suka Venus?" tanya Alvin.

"Apa gue harus jelasin lagi" ucap Mars cuek.

Kevin dan Alvin pun diam, karena mereka sudah tahu jawabannya.

"Ven, tenang, tenang. Atur napas, biar lo tenang" batin Venus. Efek ciuman dari Mars membuat dia gugup dan deg degan.

"Ven, lo kenapa? Tarik-tarik napas begitu?" bisik Adel.

"Ah, gak apa-apa. Cuman mau hirup udara, soalnya kekurangan oksigen gue" elak Venus.

"Doni, lo pilih truth or dare?" tanya Celsa pada Doni. Doni menjadi korban selanjutnya.

"Dare."

"Lo chat ibu wali kelas. Bilang kalau lo cinta sama ibu wali kelas" tantang Celsa.

"Eh buset! Gak ada yang lain apa. Gue chat ibu kayak gitu, otw masuk ruang BK gue" ucap Doni kaget.

"Kalau lo nggak mau, siap-siap aja lo di make-up oleh Adel" ujar Celsa.

"Mending gue di make-up, daripada gue berdosa sama guru" balas Doni.

"Adel, dandanin Doni secantik mungkin" suruh Celsa pada Adel.

"Wongkeh."

Adel pun mendandani Doni dengan make-up yang tebal. Terus dia memfoto Doni, dan fotonya dikirim ke grup kelas mereka.

Semua teman-teman mereka menertawakan Doni yang penuh make-up.

"Make-up nya gak boleh lo hapus sampai permainan ini selesai" ucap Celsa.

"Iya, iya" ucap Doni pasrah.

Celsa kembali memutar botol kaca itu dan berhenti ke arah Venus. "Ven, lo yang kena. Pilih truth or dare?"

"Truth."

"Siapa cowok yang lo suka?" tanya Celsa sambil menaik turunkan alisnya.

"Hmm..." Venus mengalihkan pandangannya ke arah lain guna mencari jawaban.

Tanpa sengaja, tatapan Venus dan Mars bertemu. Mars menatap Venus dengan tatapan yang tidak bisa di artikan dan seperti menunjukkan kalau dia menunggu jawaban Venus.

"Gue suka Rio" ucap Venus dengan senyum mengembang.

"Ven, jangan nama gue dong. Nama cowok lain saja, misalnya Mars. Soalnya gue merasa ada hawa-hawa membunuh disekitar sini" ujar Rio takut-takut sambil melirik Mars.

"Kalau gue suka sama lo, gimana dong?"

"Tapi di hati gue, cuman ada Ellena. Nama lo gak muat di hati gue. Gini aja, lo bilangin lo suka sama Mars dan permasalahan selesai" ucap Rio.

"Sorry, gue gak suka sama cowok yang caper, sok peduli, selalu ikut campur, sok keren, sok ganteng, dan playboy" ucap Venus sembari melihat Mars.

Kevin dan Rio meringis mendengar kata-kata Venus yang menjelek-jelekkan orang dan tentunya mereka tahu, kata-kata tersebut ditujukan pada siapa.

"Udah ya Ven, kita lanjutkan lagi bermainnya." Mereka pun melanjutkan permainan truth or dare sampai selesai.

Vote dan komen 😉

DESNINE [END]Where stories live. Discover now