part 4

47.1K 1.5K 64
                                    

deleted

***

"Emangnya situ mau nikah sama siapa?" cibirku, bleeh, dia kan udah jomblo sekarang.

Dia diam sejenak, mungkin mikir.

"Lho? Jaga malam juga?" Sebuah suara memecah keheningan di antara kami. Seorang lelaki dengan tinggi menjulang dan tampak tampan dengan jas dokternya tersenyum ke arah kami.

"Eh, Dokter Adit, iya nih, Dok, " jawabku tersenyum semanis mungkin, sama Dokter kece begini, senyumnya harus plus plus dong.

"Boleh gabung?" tanyanya.

"Oh, Boleh banget. Silahkan Dok," ucapku mempersilakan, sementara Dini masih tampak apatis di sebelahku.

"Bangsal lagi sepi, ya? Berapa suster yang jaga?"

"Kami berenam Dok, saya, Dini, Devy, Mbak Hanna, Mas Syamsul, sama Mas Eko, yah mumpung sepi lah, ngopi-ngopi dulu, hehehe."

Dokter tampan itu tersenyum manis, "Eh, suster Dini kok tumben diem aja?"sapanya melihat ke arah Dini.

"Iya lah, Dok. Masa mau salto disini?" jawabku asal. Dokter Adit terkekeh geli.

"Dokter Adit udah punya pacar belum?" tanya Dini tiba-tiba membuat aku dan Dokter Adit langsung menoleh ke arahnya. Ini bocah ngigo ya?

Dokter Adit tampak bingung dengan pertanyaan Dini malah menoleh ke arahku. Aku mengedikkan bahu sama tak mengertinya.

"Ehm," Dokter Adit tampak salah tingkah, namun akhirnya tetap menjawabnya," Belum, kenapa memangnya?"

"Ada niatan nikah dalam waktu dekat?"

HAH?! Sableng ni bocah!

"Eh? Ehm, ada sih."

"Udah punya inceran?"

"Hah?" Dokter Adit sudah tampak syok, tapi kemudian menggeleng pelan dan menatap horor ke arah Dini sambil sesekali menoleh ke arahku.

"Mau nggak nikah sama Fika?" Ia melirikku.

"HAH?!" Kali ini suaraku dan suara Dokter Adit menggema jadi satu. Kenapa jadi aku?

"Nggak mau, ya?" Dini masih memasang wajah sok polosnya," Kalau sama saya, mau?"

Aku nggak sanggup lagi. Aku nggak tau bagaimana reaksi Dokter Adit selanjutnya, yang pasti aku langsung mengeteuk-ngetukkan kepalaku ke meja di depanku. Dini kumat lagi gilanya.

***

deleted

***

Malam ini, selesai aku berjaga siang, Abay ternyata sudah menungguku di lobby, ia tersenyum manis, selanjutnya kami makan bersama di salah satu rumah makan di dekat rumah sakit.

"Mau pesan apa, Mbak?" Nah, tuh kan, dia aja masih manggil aku Mbak, mungkin sebenarnya ia juga hanya menganggap hubungan kami ini sebatas kakak-adik saja. Yasudahlah, toh aku juga tak berharap banyak padanya, ck, berondong gitu. Tiba-tiba saja hatiku terasa tercubit, hubungan kakak-adik? Sama nggak sih kayak pacaran terselubung? Padahal aku sedang berusaha untuk menghindari kegiatan itu. meskipun nggak bisa dibilang begitu juga. tapi mungkin seharusnya kami nggak sering-sering makan atau bertemu di luar seperti ini, ya? Rasanya aku sudah nggak bisa nggak peduli lagi dengan hubungan kami. Kalau emang nggak bisa lanjut ke tahap pernikahan mah mending aku fokus cari yang lain, ya? Habis perkara.

Aku menyebutkan pesananku, untuk kemudian ia juga menyebutkan pesanannya.

"Mbak, dapat liburnya hari apa untuk minggu ini?"tanyanya setelah kami menyelesaikan makan kami.

"Hah? 2 hari lagi Bay, berarti hari jum'at, ya? Kenapa?" jawabku masih sibuk menyedot sisa-sisa es jerukku.

Abay tersenyum manis, ia baru saja akan membuka mulutnya saat sebuah suara membuatnya menoleh cepat.

"KAK BAYU!"

Bayu? Eh? Oh iya, namanya kan Bayu, ya?

Seorang gadis muda mendekat ke arah kami, tersenyum lebar ke arah Abay, kok kayaknya aku nggak asing ya sama ini cewek?

Tanpa permisi, gadis itu langsung menarik kursi dan duduk mepet-mepet Abay, bah! agresif banget. Terus kenapa aku jadi mendadak gerah gini, ya? ACnya nggak jalan kah?

"Kak Bayu kemana aja? Kok nggak pernah ke rumah lagi? Kak Bayu lagi sibuk banget ya sampai nggak pernah main ke rumah?" cerocos gadis itu menatap penuh pada Abay, mengabaikanku yang jelas-jelas ada di hadapan Abay, jih, dasar bocah.

Tapi kok ngomongin rumah? Oh? Jadi Abay sering ke rumah cewek ini? Jangan-jangan mereka pacaran? Ih kok aku jadi kepo sih? Tapi bahaya juga kalau mereka pacaran, ntar aku dikira selingkuhannya, aduuh nggak keren banget kan, ya? Apalagi kalau sampai dilabrak di tempat umum begini, sama anak kecil lagi, halah...

Abay hanya tersenyum ke arah gadis itu, kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku. Ekor mata gadis itu mengikuti arah mata Abay, gadis muda itu menatapku dengan wajah ehm yang ya songong. Tapi beneran deh, aku nggak asing sama muka-muka songong begini.

"Ehm, Gina, kenalin ini...."

Gina? Wait! Yang ini beneran nggak asing.

"Tante kamu?" sahut gadis itu sebelum Abay melanjutkan kalimatnya. WHAT?! TA...TANTE?! Aku melotot lebar, emang mukaku tua banget, ya? Sampai dikatain tante? Ini kenyataan atau cewek ini yang terlalu, ah, sudahlah...

"Ha?"Abay mengerutkan dahinya, mungkin bingung.

"Ini Tantenya Kak Bayu, kan?"

Jangan bayangkan wajah polosnya saat menanyakan hal itu, karna yang aku lihat saat ini adalah wajah cewek kelebihan hormon yang tengah mengejekku dengan seringaiannya. Aku memang lebih tua dari Abay, tapi bukan berarti aku TANTENYA, kan? Errr...

"Ehm, Bukan, dia..."

"Tantenya Farah juga, Kak Bayu sama Farah sepupuan?"

Sumpah, ini cewek ya, selain songong sotoy juga ternyata. Tunggu! Farah? Ini cewek kan cewek sableng yang minta salad di warung lamongan? Pantesan aja...

"Oh, kamu temennya Farah yang kemarin ketemu di warung lamongan, ya? Masih inget sama saya? Padahal saya udah lupa lho..." aku tersenyum manis. Ia tampak memberengut kesal, biarin! Dasar nyebelin!

"Iya, TAN-TE!"Ia menjawab tak kalah menyebalkan, harus ya, panggil tante penuh penekanan gitu?

"Farah siapa?" tanya Abay menginterupsi kami. Gadis itu menoleh pada Abay dan kembali memasang wajah sok manisnya, dasar labil! Tadi aja pasang wajah songong ke aku, giliran ke Abay sok-sokan manis. Taruhan deh, ini cewek pasti cinta mati sama Abay!

"Farah itu temen kuliah Gina, Kak," jawabnya manis," Keponakannya TAN-TE ini!" ia melirikku masih dengan penekanan di kata-kata kutukan itu, haish!

Abay masih memasang wajah datar. Heh, memangnya sejak kapan Abay pintar berekspresi. Duh, aku jadi gerah ada disini, ngeliatin dua ABG ini lagi pedekatean? Apalagi sama cewek songong ini, ih ogah!

"Tapi kok, Kak Bayu bisa disini sama Tante ini?"

"Tante? Ih, emang kapan sini nikah sama Oom situ? Enak aja panggil Tante-tante!" sewotku langsung. Abay melirikku sekilas kemudian tersenyum kecil.

"Lah, kan emang Tante, Tantenya Farah. Masa iya aku harus panggil Budhe sih?"

"Budhe?!" Aku melotot hebat. Aduuuh untung masih bocah, lagian nggak elit banget kan kalau aku emosi cuma gara-gara ledekan bocah kayak gini.

Aku baru akan membalas kata-kata bocah tengil kelebihan hormon ini saat Abay sudah berdehem melihat hawa peperangan diantara kami. Belain aja cewekmu, belain sekalian biar aku bilang ke Mama nggak usah jodoh-jodohin aku sama berondong satu ini.

"Gina, kenalin ini Fika, calon istri saya."

Hah? Loh?! Loh?! Kok Calon istri? Kapan dia ngelamarnyaaaaa?

***

tbc


Cintaku itu Kamu, Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang