28. Tunda kepulangan.

194K 24.7K 2.9K
                                    

" jika kau melihat dunia gelap, maka carilah penerangmu." - Gionatan -

                           ⚔️⚔️⚔️

Makan malam sederhana membuat mereka semua terkumpul dengan duduk lesehan di atas tikar, mereka baru mulai makan malam setelah jam setengah delapan sebab terlebih dahulu mandi atau bersih-bersih juga memasak lebih banyak. Memang tidak terlalu mewah hanya ada nasi, kerupuk, sayur hasil panen sendiri, serta ikan goreng juga di gulai.

" Makan ada apanya aja ye, Lo semua gak usah sok jijik." Kata Galang di tengah kunyahannya.

" Yoi, gini-gini gue gak pernah milih makanan ya!" Balas Franklin.

" Pipit, ambil lagi air minumnya di dapur ya_"

" Itu bukan Pipit nek. Yang di samping kiri baru Pipit." Galang menunjuk samping kiri nenek.

Nenek melihat ke kiri sedikit lama lalu beralih melihat samping kanan.
" Trus kamu siapa?"

Delon tanpa sadar tertawa pelan melihat tingkah laku wanita tua itu.
" Ngakak sampai banting_"

" BANTING APA?" tanya Galang melotot.

" Banting kursi bang..." Cengir Delon.

" Itu Rai atuh nek. Istri teman Galang." Jelas Pipit.

Nenek manggut-manggut seraya mulutnya membentuk huruf O.
" Kapan datangnya?"

" Astagfirullah, nanti aja ditanya-tanya ya nek. Sekarang makan dulu baru nanti di wawancara.." Galang berujar.

" Ohhh, iya, iya.."

Mereka kembali melanjutkan makan sedangkan Pipit pergi ke dapur untuk mengambil air minum lagi.

" Udah.." lirih Rai pelan pada sosok di sampingnya.

" Habisin." Balas Gio melirik sekilas.

Rai mendekatkan wajah pada Gio lalu membisikkan sesuatu. Raut wajah Gio sedikit berbeda, ia berdecak kemudian berdiri di ikuti Rai.

" Lo mau kemana? Pidato?"

" Bentar." Jawab Gio singkat, ia kemudian berjalan mengikuti Rai yang mulai menjauh dari sana.

Mereka berdua berjalan ke kamar lalu Rai langsung merebahkan tubuh ke atas kasur, keringat dingin mengalir serta tangannya meremas pelan perut bagian bawah.

" Sakit banget?" Tanya Gio menyingkirkan beberapa helai rambut istrinya.

" Udah berkurang, soalnya kalo duduk sama diri sakit banget." Jawab Rai lemas.

" Makanya gak usah sok-sokan mau ikut segala, gini jadinya kan nyusahin." Ketus Gio menaikkan beberapa oktaf suaranya.

" Jangan marah ih, nanti sakitnya makin parah." Ceplos Rai cemberut.

Gio tidak menjawab, ia sibuk mencari minyak kayu putih beserta jaket dan kaos kaki tidur istrinya. Setelah ketemu, ia mendekat lalu melemparkan jaket tersebut kepada Rai.
" Pake."

Rai langsung memakai jaketnya tapi ketika ingin mengancingkan terhenti sebab suaminya tiba-tiba menahan.

" Olesin ini dulu." Gio menyerahkan minyak kayu putih tersebut.

" Olesin aja nih." Tanpa malu Rai mengangkat bajunya sebatas bawah dada.

" Ck, bangsat emang." Lelaki tersebut berdecak kemudian mengoleskan minyak kayu putih tadi ke perut istrinya.

" Elus lama ya..." Pinta Rai.

Kembali tidak ada jawaban sebab Gio masih fokus pada perut tersebut, ia sesekali menghilangkan pikiran iblis yang memaksanya untuk menekan perut itu kuat agar Rai keguguran atau bahkan mencengkram kuat perut tersebut seperti malam pertama mereka dulu. Aishh, jiwa iblisnya meronta-ronta. Cukup lama ia mengelus dan langsung menghentikan sebelum pikiran iblis tersebut semakin menjadi-jadi.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now