7. 2 kali seminggu

295K 32.1K 6.4K
                                    

" silahkan beristirahat tapi jangan menyerah." - Gionatan -

⚔️⚔️⚔️

" IHHHH... MAMAHHHH.."

" jaket mana jaket?"

Walk in closed sudah seperti kapal pecah dengan baju berserakan dimana-mana juga seorang gadis menangis histeris manakala tidak menemukan baju yang tepat untuk menutupi kiss mark di seluruh lehernya.

" Nyonya ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Seorang perempuan paruh baya berlari disertai wajah khawatir saat mendengar teriakan majikannya.

Rai dengan sigap menggeleng kepala sambil menutupi leher dengan baju yang asal ia gapai agar pembantu tersebut tidak melihat bekas cupang tersebut.

" Baiklah nyonya, kalo ada apa-apa panggil saya saja." Ujar perempuan paruh baya tersebut lalu berpamitan pergi dari sana.

Rai kembali menangis meraung-raung tetapi tidak terlalu kuat agar tidak ada mendengar. Ia menatap pantulan dirinya pada cermin besar di depannya, ia berusaha mengusap-usap leher walaupun sama sekali tidak ada efeknya.

Semalam, semalam adalah.....

" HUAAAAA..." Rai kembali berteriak sebab tidak sanggup mengingat kejadian tadi malam.

" Nyonya, kenapa lagi?" Pembantu tersebut kembali berlari terpongoh-pongoh disertai raut khawatir tetapi kembali mendapat gelengan kepala dari sang majikan.

Bik saron menghela nafas dan kembali berpamitan ke dapur.

Suara derap langkah kaki memenuhi telinga Rai, tercium aroma maskulin yang sangat familier.

" BIBIIIIII..." panggil Rai refleks ketika sosok yang sangat dia kenali memasuki walk in closed dengan santai.

Bik saron kembali berlari menahan untuk mengumpat majikannya itu.
" Kenapa nyonya?"

Rai menunjuk Gio yang bersender di kaca lemari sambil menatap gadis tersebut intens.

" Usir dia." Perintah Rai membuat bola mata bik saron hampir keluar, ya kali.

" Keluar bik." Perintah Gio terkesan tajam dan langsung di turuti.

Kini hanya mereka berdua di ruangan kecil itu, saling tatapan dimana satu dingin dan satu lagi ketakutan. Gio berjalan mendekat pelan agar memperlambat waktu melihat wajah ketakutan istrinya.

Ia berdiri tepat di depan Rai yang masih ketakutan dan saat ini tidak berani menatap Gio lagi. Ia hanya setia menunduk seakan-akan jika ia mendongak maka kepalanya akan di penggal.

Gio menjulurkan tangan sehingga dagu Rai terangkat paksa.
" Look at me."

Rai merinding saat bertemu pandang dengan mata elang tersebut, hampir setiap saat ia mengagumi ketampanan cowok itu. Bahkan ia sampai sekarang masih bingung apakah yang dialaminya ini sebuah anugerah atau kesialan sebab menikah dengan manusia berwajah dewa itu.

" Masih sakit?" Tanya Gio.

" Apa- apanya?"

" Anu Lo!" Spontan Rai kembali menunduk merasakan pipinya merah merona, ia memegang kuat-kuat ujung bajunya untuk menahan gugup.

" Gak usah cengeng, itu biasa dalam hubungan suami-istri." Ujar Gio kembali sinis.

Cowok itu tanpa malu malah berganti baju di sana membuat Rai semakin menunduk dalam agar tidak melihatnya, bahkan dengan sengaja ia malah melempar baju seragam yang dia pakai ke arah Rai untuk berusaha menggodanya. Rai ingin segera berlari keluar, tapi entah kenapa kakinya tidak bisa diajak berkompromi sama sekali.

Gionatan ( SUDAH TERBIT )Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα