Prolog

8.8K 743 169
                                    

"One Direction On The Road Again Tour, we're coming to Indonesia, Gelora Bung Karno, March 25th, 2015", aku menatap poster didepanku. Ya, aku tak bisa melihat mereka, padahal aku sangat mengidolakan mereka.

Awalnya kupikir semua akan berjalan seperti biasa, hidupku memang tidak berubah, namun suasana hatiku selalu dibebani perasaan yang tidak tenang, aku ingin mereka datang ke Indonesia tetapi aku juga berharap mereka tidak usah datang  jika aku tak bisa melihatnya. Itu menyakitkan. Sampai akhirnya aku sadar, aku masih menginginkannya, menginginkan untuk datang ke konser itu.

Aku sudah menyiapkan semuanya, kabur dari rumah, namun aku sedikit takut. Aku bingung.

"Feril, lo gak perlu ngelakuin itu. Bagaimana kalau lo coba Astral Projection? Yang penting lo bisa ketemu the boys di konser tersebut kan?", ucap Kania bersemangat.

Aku pernah mendengar sedikit tentang Astral Project, itu keren. Jika aku berhasil aku bisa masuk backstage, bahkan melihat Niall dari dekat. Namun bagaimana jika tidak? Astral butuh konsentrasi dan ketenangan pikiran. Lalu jika memang berhasil, bagaimana jika aku tidak bisa kembali?

"Kan, lo gak serius ngusulin ini kan?"

"Gue serius"

"Kalo gagal?"

"Ih, lo beneran mau menyerah sebelum perang? Apa lo mau tetap kabur dari rumah dengan resiko besar? Belum tentu rencana lo untuk nyuri KTP ibu lo dan nyamar buat masuk OTRAT terus pura-pura pingsan demi masuk backstage itu berhasil kan? Lagian strict parents kayak ortu lo mah balik-balik ke rumah paling lo dipecat dari KK", Kania melirikku sambil meledek ide gilaku yang aneh itu. 

Padahal aku merasa keren dengan ide tersebut, tapi setelah Kania yang berbicara, plan itu agak tidak masuk akal sih.

Kania merubah mimik wajahnya dan mendekat ke arahku, wajah meledeknya kini menjadi wajah prihatin sambil menatapku sendu, "Fer, gue tau betapa lo sayang banget sama mereka, gue tau dan gue ngerti. Kesempatan ini cuma datang sekali Fer, kita gak pernah tau seberapa lama One Direction bertahan kayak One Direction yang sekarang. Kalaupun ada kesempatan di lain hari, saat kita udah punya KTP, udah punya penghasilan pribadi, emangnya perasaan lo bakal tetep sama juga?"

"YA SAMA LAH! GILA, GUE KAYAKNYA DIRECTIONERS SAMPE MATI DEH", jawabku menggebu-gebu.

"OKE, IYA! Ganti pertanyaan deh. Emangnya pas lo punya KTP, duit banyak, One Direction lo itu masih ada?"

JLEB..

Kania benar, Kania super Benar, soalnya Kania Aries. Untuk anak remaja usia nanggung sepertiku membuat hal ini menjadi serba salah, tapi pertanyaannya, kapan lagi kesempatan itu? Memangnya ketika aku umur 22 tahun nanti The Boys masih ada ya? Argh, aku sakit kepala memikirkan masa depan yang masih panjang itu. 

"Feril, sorry banget gak maksud nyinggung. Semuanya balik lagi ke lo kok, gue gak maksa tapi gue selalu dukung apapun yang lo pilih", Kania terlihat panik melihatku terdiam.

Aku menimbang-nimbang, padahal ini seharusnya tidak terjadi kalau bunda dan ayah membolehkan, tapi masalah uang juga jadi hambatan. Terlalu banyak masalah yang tidak bisa lagi dipecahkan. Aku benar-benar tidak tau harus bagaimana lagi, mungkin memang satu-satunya cara hanyalah ini. 

Aku mendongakkan kepalaku dan menarik nafas perlahan lalu menghembusnya kembali.

"Kan, sekarang gue harus mulai darimana?"


***

Published  on February 2015. Edited on March 2022.

Lucid to OTRAT (on editing)Where stories live. Discover now