Bab 8 : Menggenggam dalam Sunyi

508 75 51
                                    

Selamat Membaca!

B a b 8 : Mengenggam dalam Sunyi

B a b 8 : Mengenggam dalam Sunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sumber : Pinterest.

Salahkah jika memilih untuk kembali tanpa melepaskan?

***

WAKTU sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Callina dan Raja masih di posisi yang sama, duduk di sofa dengan mata yang tidak terlepas dari film yang ada di depan mereka.

Namun tidak dengan pikiran mereka, keduanya terjebak dalam pikiran dan perasaan masing-masing.

Mengetahui Callina sudah mempunyai pengganti membuat perasaan Raja janggal, seperti ia tidak ingin ada seseorang pun yang dapat menggantikan dirinya di hati gadis itu.

Padahal ia pun juga sudah menemukan pengganti, egois? Itu lah kenyataannya.

Raja ingin semuanya kembali seperti dahulu, bagaimana dulu ia menggengam tangan Callina dengan erat, mencubit pipinya, melihat pipinya yang merona akibat kata-kata manis yang sering ia lontarkan.

"Ja, kamu nggak mau pulang? Ini udah jam sembilan malam, nggak enak kalau tetangga sampai tau ada laki-laki di rumah sampai malam, apalagi mereka tau orang tuaku lagi nggak di rumah."

"Bahaya, Lin. Perempuan sendirian di rumah apalagi keadaan kamu lagi sakit."

"Aku udah lumayan enakan, Ja."

Raja menghela nafas, "Dasar keras kepala, yaudah aku pamit pulang dulu ya."

"Besok mau di temenin nggak? Atau mau aku antar ke kampus?"

"Besok aku masih mau istirahat dulu, tunggu sampai benar-benar sembuh," jawab Callina.

"Yaudah, hati-hati ya. Kalau ada orang yang ngetuk pintu malam-malam jangan di bukain."

"Siap!"

"Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa jangan lupa buat hubungi aku."

"Iya, Rajaa!"

Setelah mobil Raja sudah menjauh dari perkarangan rumahnya, Callina langsung menutup pintu rumahnya dan menguncinya.

Ia melangkah menuju ke kamarnya, senyum tak terlepas sedikit pun dari wajahnya.

Callina kembali merasakan kebahagiaan yang sudah lama tak pernah ia rasakan, beberapa tahun ini rasanya hampa, walaupun candaan Samuel selalu terdengar di telinganya.

Tentang Kita dan Sunyi (SELESAI)Where stories live. Discover now