07

5K 480 41
                                    

Sepulang kau dari kedai ice cream kau berusaha mengingat pertemuanmu dengan Wonwoo sewaktu kecil dulu. Dan kau tidak merasakan hal yang ganjil.

Waktu itu kau yang baru saja ditinggal oleh ibumu di panti asuhan, berulang kali ingin melarikan diri. Saat kau ingin melarikan diri itu, kau bertemu dengan Wonwoo yang ingin membakar satu toples berisikan beberapa kupu-kupu cantik. Karena merasa tak rela, kau pun menggagalkan niatnya tersebut. Mulai dari sana, Wonwoo terus mengikutimu kemanapun. Bahkan saat kau disekolahkan di sekolah seadanya, Wonwoo tiba-tiba pindah ke sekolahmu.

Kau tak merasa aneh sampai suatu hari ia mengatakan bahwa ia menyukaimu dan ingin kau menjadi istrinya. Untuk anak kecil seusiamu saat itu, apakah wajar mengajak gadis lain untuk menikah? Kau yakin ia bahkan tak tahu apa artinya menikah saat itu. Tentu saja kau menolak perasaannya dan memintanya untuk menjauhimu.

Awalnya ia tak terima dan tetap mengikutimu kemana pun, tapi suatu hari kau menemukannya tengah berurusan dengan anak-anak SMP yang jauh lebih dewasa dan lebih tinggi darinya. Ia seperti tengah dikepung. Ia melihatmu saat itu, tapi karena enggan membantunya, kau pun memilih pergi dan membiarkannya dipukuli tanpa bisa melawan.

"Ahh... mungkinkah karena aku meninggalkannya saat itu? Dia dendam karena aku seharusnya membantunya keluar dari situasi tak menguntungkan itu." Gumammu

Wonwoo yang tengah menyetir mobilnya itu lantas mengangguk. Ia juga pasti sudah mengetahui semuanya, mengingat ia bisa mengetahui isi pikiranmu.

"Dan yang perlu kau tau adalah, Wonwoo kecil itu sudah sakit. Maksudku, bukan hanya fisiknya yang lemah, tapi sejak kecil ia sudah menunjukan tanda-tanda penyakit mental. Mulai dari terobsesi denganmu." Balasnya

"Maka, wajar kan, aku menolaknya dan pergi darinya karena aku merasa takut?" Tanyamu

Wonwoo mengendikkan bahunya acuh. Ia mungkin tak mengerti bagaimana manusia-manusia ini berpikir. Yang wajar baginya bisa saja tak wajar bagimu.

"Ini juga salahmu!" Kesalmu

"Kenapa aku?"

"Karena kau memberikannya kesempatan untuk hidup! Dia seharusnya sudah pergi ke alam sana dengan tenang. Tapi kau justru menerima tawarannya itu!" Jelasmu kesal

"Mana mungkin ia bisa pergi dengan tenang, sebelum ia mendapatkan wanita yang sudah meninggalkannya? Perlu kau tahu, sejak dulu Wonwoo itu  selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan kau adalah salah satunya."

Kau menghela napas pelan. Tak ada gunanya kau membela diri dengan perlakuanmu di masa lalu. Lebih baik kau fokus untuk membangun hidup yang lebih baik dan menikmatinya. Lagipula, Wonwoo yang kau kenal dulu berbeda dengan Wonwoo yang saat ini menjadi suamimu. Pada dasarnya kau menikahi seorang iblis, tapi rasanya jika dibandingkan Wonwoo, iblis ini jauh lebih baik dari Wonwoo kecil yang punya penyakit mental.

"Kau belum mengenalku, (y/n). Bagaimana kau tau aku lebih baik?" Ucapnya sembari menyeringai jahil.

"Berhenti membaca pikiranku!" Ucapmu malu.

Lagi-lagi kau tertangkap basah tengah memujinya. Sialan sekali!

.

.

.

.

.

Hari berganti hari, tapi kau masih tak tahu apa yang harus kau kerjakan. Kau dilarang ibu mertuamu untuk mengambil pekerjaan rumah, sehingga beliau mengirimkan satu tenaga kerja untuk membantumu mengurus apartement Wonwoo ini.

Padahal kandunganmu juga belum sebesar itu sehingga menyulitkanmu dalam bergerak. Kau masih bisa bergerak kesana kemari tanpa perlu khawatir akan merasa lelah. Sejujurnya, kehamilanmu ini terasa ganjil, karena kau merasa seperti tidak hamil. Lantaran tidak ada tanda-tanda kehamilan, tapi hanya volume perutmu yang bertambah. Pada intinya, kehamilanmu ini tidak menyulitkanmu sama sekali, atau mungkin belum?

Uncontrolled Lust [M] ✔Where stories live. Discover now