Memang benar kamu menikahi ku untuk kebahagian alisya, hanya untuk melihat anak yang kamu akui anakmu itu tersenyum. Pertanyaannya apa kamu lupa diri, dia bukan hanya menginginkan aku disisi nya, karna dirinya juga membutuhkan perhatianmu sebagai ayah. Jawaban yang aku dapat, sekarang kamulah alasan kenapa dirinya menangis. Menyesal itu sudah pasti, tapi gak ada yang terlambat untuk sebuah kebenaran dan mampu memperbaiki." "Prilly." "Sebelum kamu menyalahkan orang lain atas kesakitanmu, terlebih dahulu kamu lihat dan berkaca atas dirimu sendiri." prilly berjalan tanpa menghiraukan ali yang baru saja menyadari kesalahannya, namun tangan prilly menggantung sebelum menekan handle pintu. "Kamu yang mengikatku dengan pernikahan, karna aku tak pernah mengemis cinta padamu. Tapi apa aku pernah memintamu untuk membatalkan pernikahanku..? Kamu melakukannya semau kamu, dan menyalahkan aku atas perbuatanmu sendiri. Jika memang kamu ingin ini berakhir, apakah aku yang harus mengakhirinya... Sedangkan kau yang telah memulainya. Tapi aku akan melakukannya untukmu, Karna aku gak bisa menahan orang yang ingin bebas, dan aku gak bisa memaksamu untuk mencintaiku. Jadi kita lakukan saja seperti apa maumu. Sudahlah jangan bersedih lagi,memang benar apa katamu aku bukan cinta sejatimu." prilly menarik nafasnya panjang "Jika kamu tak bahagia karnaku, mungkin kamu akan bahagia tanpa aku." prilly meninggalkan ali dengan menutup keras pintu kamar ali berjalan gontai menuju kamarnya untuk membersihkan badannya 'Menyerah, kata itulah yang kini bisa aku lontarkan. Aku menyerah dengan keadaan yang gak bisa aku rubah, aku gak bisa memaksanya untuk tetap memilih cintaku saat dia merasa sudah memiliki cinta yang lain, aku sudah melampaui batas kesabaranku. Dan kini aku menyerah.'