Langit baru menyadari bahwa semestanya jauh berbeda dari teman-teman sebayanya. Sebelumnya ia pikir semua ini hanyalah karena luka atau perasaan yang belum ia kenali wujudnya. Ternyata memang hidupnya berbeda, hanya saja dulu ia tak ingin mengakuinya. Seandainya telingannya mampu menangkap suara, tentu saja lisannya ingin berontak pada perbedaan nasib yang menimpa dirinya.