Ayah Untuk Nolan ✅ [END]

By Athena_Ptr

14.1M 1.1M 105K

[BAB MASIH LENGKAP] Kayla mengalami ketakutan paling besar yaitu hamil saat masih duduk di bangku SMA. Dan hi... More

PENGUMUMAN (INFORMASI REVISI)
Part 2 [REVISI]
Part 3 [REVISI]
Part 4 [REVISI]
Part 5 [REVISI]
Part 6 [REVISI]
Part 7 [REVISI]
Part 8 [REVISI]
Part 9 [REVISI]
Part 10 [REVISI]
Part 11 [REVISI]
Part 12 [REVISI]
Part 13 [REVISI]
Part 14 [REVISI]
Part 15 [REVISI]
Part 16 [REVISI]
Part 17 [REVISI]
Part 18 [REVISI]
Part 19 [REVISI]
Part 20 [REVISI]
Part 21 [REVISI]
Part 22 [REVISI]
Part 23 [REVISI]
Part 24 [REVISI]
Part 25 [REVISI]
Part 26 [REVISI]
Part 27 [REVISI]
Part 28 [REVISI]
Part 29 [REVISI]
Part 30 [REVISI]
Part 31 [REVISI]
Part 32 [REVISI]
Part 33 [REVISI]
Part 34 [REVISI]
Part 35 [REVISI]
Part 36 [REVISI]
Part 37 [REVISI]
Part 38 [REVISI]
Part 39 [REVISI]
Part 40 [REVISI]
Part 41 [REVISI]
Part 42 [REVISI]
43 [REVISI]
Part 44 [REVISI]
Part 45 [REVISI]
Part 46 [REVISI]
Part 47 [REVISI]
Part 48 [REVISI]
Part 49 [REVISI]
Part 50 [REVISI]
Part 51 [REVISI]
Part 52 [REVISI]
Part 53 [REVISI]
Part 54 [REVISI]
Part 55 [REVISI]
Part 56 [REVISI]
Part 57 [REVISI]
Part 58 [REVISI]
Part 59 [REVISI]
Part 60 [REVISI]
Part 61 [REVISI]
Part 62 [REVISI]
Part 63 - END
EPILOG
PO AUN + BAGAIMANA CARA ORDER?
GIVEAWAY & VOTE COVER
EXTRA CHAPTER (1.1) AYAH UNTUK NOLAN (?) + Info PO

Part 1 [REVISI]

792K 36.2K 5.8K
By Athena_Ptr

Trailer Ayah Untuk Nolan
—/—

***

"Ibumu mengidap penyakit kanker otak stadium 4."

Bagai petir di siang bolong, satu kalimat itu berhasil meruntuhkan dunia Kayla.

Gadis itu terdiam sejenak dengan tubuh membeku. Untuk seperkian detik jantungnya terasa berhenti berdetak dan nafasnya berubah menjadi berat.

Beberapa saat kemudian dengan susah payah mulutnya berhasil terbuka.

"Apa?" suaranya terdengar begitu pelan dan bergetar. Kayla tau ia tidak salah dengar, namun secuil harapan di hatinya menolak kenyataan yang baru saja ia dengar.

"Tapi dok, selama ini ibu saya sehat dan baru kali ini saja saya melihat ibu pingsan." Kayla berusaha meyakinkan dirinya kalau dokter itu salah mendiagnosa.

Tapi harapan itu patah seketika oleh perkataan dokter itu selanjutnya,

"Apa kamu setiap hari bersama ibumu?"

Mulutnya bungkam untuk beberapa waktu yang sangat lama, walaupun Kayla mau tapi ada yang bisa ia lakukan selain menggeleng, "Tidak dok, ibu saya bekerja dari pagi sampai malam. Saya hanya melihat ibu di pagi hari saja."

Pandangan sang dokter berubah sayu. "Saya mengerti, ibumu pasti sengaja menyembunyikannya karena tidak mau membuatmu khawatir."

Mengingat sifat ibunya yang lebih suka memendam segala sesuatu sendiri, Kayla tidak bisa tidak menyetujui ucapan sang dokter.

Tapi tetap saja Kayla masih tidak percaya semudah itu ibunya mengidap kanker otak stadium 4. Setiap pagi dia selalu melihat senyum dan tawa ceria ibunya. Bagaimana bisa tubuh seseorang yang selalu kuat dan semangat ternyata bersarang penyakit yang mematikan?

Tapi pikiran Kayla menjadi terbuka. Ia jadi tahu alasan dibalik tubuh ibunya semakin kurus setia harinya. Dan Kayla jadi mengerti maksud di balik tatapan rekan kerja ibunya yang selalu melihatnya dengan ekspresi iba setiap kali ia mengatar bekal.

Dulu Kayla pikir mereka mengasihaninya karena dia susah dan miskin, tapi ternyata selama ini mungkin mereka menghasihaninya yang terlalu muda untuk ditinggal satu-satunya anggota keluarga.

Pandangan Kayla mendadak berubah buram.

Ia mengutuk dirinya yang terlalu sibuk belajar sampai tidak memperhatikan kondisi ibunya sendiri. Jika saja Kayla menyisihkan waktu untuk ibunya apa mungkin penyakit ibunya tidak akan separah ini?

Perasaan menyesal perlahan-lahan menggerogoti hati gadis itu. Fakta bahwa banyak orang yang tidak selamat dari kanker stadium 4 membuatnya tak kuasa menahan air mata.

"Apa ibu saya bisa sembuh, dok?" Kayla bertanya dengan suara lirih yang terdengar begitu putus asa. Benar, ia putus asa. Sangat putus asa.

"Kami akan berusaha sekuat tenaga." bahkan dokter itu takut memberinya sebuah kepastian. "Oleh karena itu penting menjalani operasi dan kemoterapi. Mereka akan membantu proses penyembuhan ibumu."

Tapi Kayla tahu operasi dan kemoterapi bukanlah pengobatan yang murah. Meski begitu ia akan melakukan apapun agar bisa membayarnya ... Apapun asal ibunya bisa sembuh dari penyakit itu.

Kayla perlu memastikan biaya pengobatan ibunya, tapi entah mengapa itu membuatnya merasa gugup. Ia merasa tidak siap.

"M-maaf, tapi berapa kira-kira harga pengobatan yang harus saya siapkan?"

Dokter terdiam sejenak melakukan kalkulasi, "Minimal Anda perlu menyiapkan dana sekitar 100 juta setiap bulannya."

Mendengar jawab itu dalam sekejab tubuh Kayla kehilangan tenaga. Tubuhnya merosot sampai tak bisa merasakan ujung jemari-jemarinya.

Seratus juta. Dan itu harus ia sediakan setiap satu bulan.

Bagaimana? Katakan bagaimana caranya ia bisa mendapat uang sebanyak itu?

"Oh, Lord..."

Untuk kali pertama kali dalam hidupnya Kayla merasa putus asa yang memadamkan seluruh semangat dalam hidupnya.

---🍃🍃🍃---

Kayla duduk di bangku taman rumah sakit setelah beberapa jam yang lalu kembali dari tempat kerja ibunya. Ia melakukan segala cara untuk memperoleh biaya pengobatan ibunya. Salah satunya dengan mencoba klaim asuransi kesehatan atau proteksi dari perusahaan ibunya.

Tapi harapan itu benar-benar pupus ketika Kayla mengetahui bahwa ibunya bekerja menjadi buruh pabrik di perusahaan yang tidak memberikan Upah Minimum apalagi Proteksi pada karyawan.

Kayla pun menangis setelah mengetahui kehidupan keras yang ibunya lalui demi menyekolahkan dan menafkahinya. Dan kesedihan itu menyatu dengan keputus asaan membiayai uang pengobatan ibunya membuat hatinya terasa hancur sehancur-hancurnya.

Kayla meratapi nasibnya yang tidak punya saudara, tidak punya pekerjaan, hanya memiliki seonggok tagihan dan ibu yang sakit kanker.

Betapa sial hidupnya. Kayla bahkan merasa terlalu sia-sia untuk menangisi nasibnya.

Beberapa saat kemudian gadis itu menegadah kepala, menatap langit malam yang dipenuhi taburan bintang.

Indah.

Setidaknya selain kemiskinan dan penderitaan dunia ini masih memberinya pemandangan yang indah.

Kayla tersenyum tipis lalu merentangkan tangan keatas berusaha meraih bintang yang ia tahu mustahil ia lakukan.

"Tuhan," ia bergumam pelan, "Tolong bantulah aku sedikit."

Tidak ada jawaban tapi bintang berkelip dengan indahnya.

Kayla merasa hatinya kembali terasa berat dan nyeri. Ia benar-benar merasa hancur, putus asa, dan sakit. Air mata kembali muncul dari sudut matanya, namun sebelum jatuh suara seseorang mengejutkannya.

"Gue pikir salah lihat. Ternyata emang benar lo."

Kayla terkejut lantas langsung menoleh ke asal suara.

Disana ia menemukannya, seorang pria berkaus hitam dengan wajah dipenuhi lebam dan luka basah.

"Aiden." batinnya dalam hati.

Bukan hal baru yang mengejutkan menemukan luka atau lebam baru di wajahnya setiap hari. Mengingat reputasi Aiden yang kerap kali keluar-masuk ruang BK saking seringnya terlibat perkelahian tidak membuat Kayla heran lagi.

Hanya saja kenapa diantara banyak orang dan tempat Kayla harus bertemu Aiden di sini?

Tidak di sekolah atau diluar kenapa Kayla harus selalu bertemu dengan Aiden Alexander? Masalahnya dimanapun Aiden berada ia selalu dibuntuti masalah dan perkelahian. Kayla tidak mau sampai terseret dengan masalahnya ketika masalah ibunya bahkan belum selesai.

"Hei, sedang apa disini?" Aiden bertanya dengan wajah dingin yang angkuh khasnya.

Kayla membasahi bibir bawahnya canggung.

Ia tidak mau salah bicara apalagi sampai menyinggungnya. Bagaimanapun di depannya adalah seorang putra dari keluarga konglomerat yang hanya dengan satu ucapan saja bisa memutar balik kehidupan orang.

"Ibuku sakit."

Aiden mengangkat sebelah alisnya lalu tanpa izin langsung duduk disebelah Kayla. "Oh, sakit apa?"

Kayla sejenak menimang, haruskah ia memberi tahu Aiden soal penyakit ibunya atau tidak?

Namun ketika tanpa sengaja mata Kayla bertemu dengan Aiden ia merasa pertahanannya hancur. Pria itu menatapnya dengan tatapan peduli dan penuh seksama seakan pria itu memang ada disana untuk mendengarkannya. Dan Kayla merasa ia tidak bisa menyimpan semua sendiri. Setidaknya ia butuh teman cerita untuk berbagi cerita. Semua terasa berat untuk disimpan sendiri.

"Itu kanker otak stadium 4." pada akhirnya Kayla memberi tahu penyakit ibunya.

Untuk beberapa detik Kayla menangkap perubahan wajah Aiden yang menyiratkan ekspresi iba sebelum ahirnya kembali memasang eskpresi datar.

"Biar gue tebak. Pasti sekarang lo bingung bayar pengobatan ibu lo. Benar, kan?" tepat sasaran.

Kayla hanya bisa mengangguk pasrah.

Untuk beberapa detika mereka hanya diam. Tidak ada yang berbicara sampai akhirnya Aiden menarik salah satu sudut bibirnya.

Tak ada yang tahu betapa penuh artinya senyum itu selain dirinya sendiri, "Well, gue gak keberatan bantu biaya pengobatan ibu lo. Itu gak sulit."

Kayla heran, terkejut, dan tak mengerti sehingga ia hanya bisa menatap Aiden dengan tatapan tak percaya.

"Bagaimana caramu membantuku?"

Pria itu berdiri, menatap mata coklat Kayla yang terlihat bingung oleh ucapannya.

"Uang." Aiden menggedik bahu, "Gue bisa ngasih lo uang dan lo bisa bayar gw dengan hal lain."

Dalam sekejab wajah Kayla menjadi lebih hidup. Ia sontak berdiri lalu menggenggam tangan Aiden dengan erat. Walau ia tau Aiden bisa saja merasa risih dengan sentuhannya tapi pria ini bisa menjadi penolongnya.

"Akan ku lakukan apapun."

Aiden tersenyum tipis. "Apapun?" tanyanya memastikan. Kayla mengangguk.

"Apapun!"

Aiden menyentuh leher Kayla dengan telunjuk lalu menarik sampai ke dada Kayla. Mendapat perlakuan itu nafas Kayla terhenti sejenak. Wajahnya menyiratkan ekspresi kaget lalu langsung menjauh. Aiden berbisik serak, "Tukar dengan tubuh lo."

---🍃🍃🍃---

Suasana kantin sekolah yang awalnya ramai dan hangat mendadak jadi sunyi ketika tiga orang pria masuk ke kantin lalu menghampiri meja tempat dimana dua orang gadis tengah melahap makan siang.

Wajah salah satu gadis berkuncir kuda seketika berubah pucat. Ia spontan berdiri dari kursi hendak kabur, namun tangannya langsung tercekal oleh salah satu dari tiga pria itu.

Kayla-gadis berkuncir kuda itu langsung merintih kesakitan ketika Aiden menancap kukunya ke pergelangan tangannya.

"Sakit." rintihnya menahan perih.

Bukannya meminta maaf pria itu malah tersenyum puas melihatnya kesakitan. Bahkan tak hanya sampai disitu, Aiden juga menyeretnya keluar kantin dengan paksa.

"Kay!" Selena-sahabat Kayla langsung berdiri hendak menolongnya namun menyadari situasi yang bisa saja semakin buruk-Kayla menggeleng, memberi kode pada Selena untuk tidak mengkutinya.

"Tunggu disini, Sel. Jangan khawatir dan jangan lakuin apapun." Kayla berusaha mencegah Selena terlibat masalah dengan Aiden yang pastinya tidak akan berakhir baik.

Jerry-salah satu teman Aiden langsung melempar seringai sinis kepada Selena, "Emangnya lo pikir kita mau ngapain? Kita gak bakal ngapa-ngapain temen lo. Santai aja kali." ujarnya mengundang tawa Nick.

"Yoi, kita cuman mau kasih nasihat aja. Gak usah lebay." timpal Nick.

Mendengar hal itu, Selena mengepal tangan-menatap Jerry dan Nick dengan tatap penuh amarah, "Lo ...!" namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selama Aiden si pembuat onar yang maha kuasa itu ada di sisi mereka. Bahkan untuk seorang Selena yang berani melawan kepala sekolah ia masih tidak berani menghadapi Aiden.

"Ayo!" Aiden kembali menyeret Kayla membuat gadis itu mau tak mau mengikutinya.

Semua orang di kantin menatap Kayla yang dengan ekspresi iba. Walau penghuni kantin tau hal buruk akan terjadi padanya, namun tidak ada satupun dari mereka yang bergerak untuk menolong atau sekedar mengadu pada guru.

Memangnya siapa yang berani menentang Aiden Alexander? Anak dari pengusaha industri otomotif terkaya se-Asia Tenggara itu bisa menghancurkan hidupmu hanya dalam satu malam. Tak peduli guru atau kepala sekolah ia bisa memecat bahkan menggantikan mereka dalam semalam. Oleh karena itu, meski ada guru yang melihat Aiden menarik tubuh Kayla ke gudang sekolah mereka tidak berusaha menghentikannya.

"Lo berdua jaga pintu, jangan sampe ada yang masuk." perintah Aiden pada kedua temannya. Jerry dan Nick langsung mengangguk patuh.

Begitu Aiden membuka gudang, ia melempar tubuh gadis itu dengan kasar.

Tubuh Kayla jatuh terjembab ke lantai. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis ketika sikutnya menabrak sisi meja yang tajam dan membuatnya berdarah.

Lantas sorot mata Kayla berubah gelisah ketika Aiden membuka satu kancing teratas lalu berjalan mendekatinya dengan tatapan bengis.

Kayla beringsut mundur dan berhenti ketika punggungnya menabrak tembok. Ia langsung membuang wajah ketika Aiden medekatkan wajahnya. Dengan kasar pria itu langsung menjepit kedua rahang Kayla lalu mencium bibirnya dengan buas.

"Hmph-!"

Kayla memberontak. Ia mendorong tubuh Aiden sekuat tenaga namun berhasil ditahan oleh tangan pria itu. Kayla menggeleng beberapa kali berusaha melepaskan ciumannya. Lantas tak punya pilihan lain Kayla akhirnya memutuskan untuk mengigit bibir pria itu dengan sangat keras.

"Shit!" Aiden mengumpat kencang. Ia melepas pangutannya pada bibir Kayla lalu menyeka bibirnya yang meninggalkan jejak darah disana.

Tatapan Aiden berubah murka-ia menatap Kayla dengan tajam. Pria itu menarik kerah bajunya dan berusaha melepas kancing bajunya.

Kayla memberontak kuat, "Jangan!" ia mencengkram kuat seragamnya melindungi dirinya dari niat pria itu.

"Aku salah apa sampai kamu ngelakuin ini ke aku Aiden?" Kayla bertanya marah dengan tubuh bergetar hebat.

Tak dapat dipungkiri melihat Kayla yang marah dengan tubuh bergetar dan wajah ketakutan membuat Aiden merasa puas. Pemandangan itu memberinya kebahagian tersendiri. Ia suka bagaimana seseorang yang tidak punya kekuatan mencoba mencari mencari keadilan. Namun tidak ada siapapun. Tidak ada siapapun yang akan memberimu keadilan. Karena ia lah yang menciptakan situasi ini. Ialah yang membuat semua orang takut padanya.

"Masih nanya? Lo pura-pura gak tau atau emang sengaja?" Aiden mendengus sarkastik.

Kayla menatap pria itu tak mengerti. Ia sungguh tidak tau apa yang sudah di perbuatnya sampai membuat pria itu semarah ini.

"Gue udah bilang sama lo jangan pernah deket sama cowo lain, terutama sama si Vyn sialan itu! Gue cuma minta itu di perjanjian Kay. Susah!?" Aiden memukul tembok di belakangnya sukses membuat Kayla menutup mata ketakutan.

Jantung Kayla berdebar keras. Ia meringkuk ketakutan dibawah lengan pria itu.

"Dia disuruh Bu Erin buat bantu aku mindahin projek kelas ke ruang guru. Itu bukan kemauan aku atau Vyn." Kayla mengatakan apa adanya. Sungguh, apa yang Aiden lihat di koridor sekolah murni karena disuruh oleh Bu Erin. Kayla tidak pernah mendekati Vyn seperti yang dikatakannya.

Tapi Aiden tampan tak peduli. Dia sudah terlalu jengah oleh situasi ini.

"Lo mau ibu lo mati?" ucapnya mengeluarkan kartu kelemahan Kayla.

Untuk seperkian detik Kayla merasa jantungnya berhenti berdetak. Matanya menatap Aiden tidak percaya. "Apa?"

"Kalau sekali lagi gue lihat lo deket sama Vyn, jangan harap uang pengobatan ibu lo gw bayar. Ngerti?"

Kayla mematung.

Ia sudah sejauh ini. Bahkan rela menyerahkan tubuhnya pada pria itu. Kalau Aiden berhenti membayar pengobatan ibunya maka artinya selesai sudah. Ibunya akan menghadapi situasi hidup dan mati dan Kayla pasti tidak akan memafkan dirinya jika kemungkinan terburuk menimpa ibunya.

Aiden yang melihat Kayla hanya diam dengan wajah pucat pasi dan kepala tertunduk memilih untuk meredakan emosinya. Ia mengesampingkan anak rambut ke belakang telinga dan menempelkan dahinya pada dahi gadis itu.

"Jawab, hm?" pintanya dengan suara yang lembut namun terdengar penuh ancaman.

Kayla menatap Aiden dengan tatapan kosong.

Tatapan itu adalah tatapan dari mata yang kehilangan arti hidupnya.

"Iya." lirihnya.

"Aku tidak dengar. Katakan lebih jelas Kay."

"Iya, Aiden."

Ternyata selama ini Kayla salah. Ia pikir ia mendapat pertolongan dari malaikat, ternyata ia menjual hidupnya pada iblis.

Continue Reading

You'll Also Like

7.6M 673K 92
[SUDAH TERBIT @COCONUTBOOKS - DIJUAL ONINE] -And in the middle of my chaos, there was you.- Celine tidak mengira bahwa hidupnya, bukan, percintaannya...
237K 10.6K 32
"Jawab dengan jujur kenapa lo kayak gini." "Kak Dimas mau tau alasannya?"ucap Dara menarik napasnya dalam-dalam."Karna kak Syifa suka sama Kak Dimas...
60.3K 2K 35
Cerita tentang Ressa cewe unik dan cerewet dengan berbagai kekuranganya namun satu kelebihanya yaitu sabar menghadapi sikap Fian. Fian cowo gamers y...
2.5M 182K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...