ICE GIRL (HIATUS)

Por nisawlt

161K 11.9K 581

Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehan... Más

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51

Chapter 17

2.3K 179 7
Por nisawlt

*Happy reading*

.
.
.

"Lepas..." Agatha menghentakan genggaman Arka. "Apaan sih, narik-narik," lanjutnya.

"Ya gue tau pasti tadi lo pengen banget kan pergi dari orang itu?" duga Arka.

Wah dia ini cenayang apa gimana dah. Tentu saja dugaannya benar saudara-saudara.

"Sekarang udah malam, gue anter pulang aja ya?" Agatha menatap tajam pada Arka.

"Gue gak butuh bantuan lo!" Setelah itu Agatha pun berjalan menuju keluar kawasan rumah sakit. Meninggalkan Arka yang tengah terdiam mencerna apa yang baru dikatakan oleh Agatha.

"Kayaknya lo benci banget ya sama gue?" Gumamnya yang terdengar oleh Agatha. Gadis itu sempat melirik sekilas lalu pergi begitu saja keluar dari rumah sakit.

Agatha pun memberhentikan taxi lalu pergi ke alamat rumah yang ia tuju.

...

Agatha pun memasuki rumah nya yang bisa dikatakan sepi.

"Dari mana aja kamu? Baru pulang jam segini," ucap Bella datar. Bella sepertinya baru saja pulang sama seperti Agatha jika dilihat dari setelan bajunya yang mengenakan Jas dan tentunya syall yang menghiasi lehernya. Bella pun menatap Agatha dari atas sampai bawah. "Kamu habis kabur dari rumah sakit mana? Oh saya tahu pasti dari rumah sakit jiwa, iya kan! Oh iya kamu tahu? Saya sedang kesal dengan salah satu Kolega saya di butik. Saya ingin... sekali membalasnya tapi saya tak bisa karena ia salah satu Kolega saya. Jadi berhubung ada kamu... bagaimana kalau kamu yang menjadi objek kekesalan saya?" Bella pun mengeluarkan smirk nya.

Agatha meneguk salivanya kasar, ia tak bisa bergerak sama sekali. Ia seperti membeku, untuk berbicara saja ia terlalu takut. Mama nya kembali seperti dulu. Menjadi monster jahat baginya. Ia pikir mamanya akan berubah menjadi baik saat datang kembali ke rumahnya. Tapi ternyata tidak. Mamanya melampiaskan semua kekesalannya. Sedari dulu Agatha selalu menjadi korban pelampiasan Mamanya, jika Mamanya Bella memiliki masalah di tempat ia bekerja, Bella terkadang melampiaskan amarahnya dengan meminum alkohol, dan terkadang memukuli Agatha habis-habisan.

Bella mulai mengambil sebuah sapu lalu mengayunkan sapu itu ke arah Agatha.

Buk

Agatha memekik kesakitan saat Bella dengan mudahnya memukul di bahu kirinya.

Bella menggeram "dia telah menghina saya!"

Buk

Bella memukuli Agatha lagi di bahu kanan nya.

"Katanya design saya tidak menarik! Dia pikir dia siapa? Hah!" Teriaknya.

Agatha saat ini sudah terjatuh di lantai. Ia meringis kesakitan, ia menangis. Rasanya sakit sekali. Mungkin kedua bahunya kini sudah membiru.

Buk

Bella memukuli tangan Agatha.

"Aaarkh... hiks... c-cukup Ma s-sakit...hiks,"

Belum puas dengan tangan, Bella pun memukul Agatha kembali.

Buk

Bella memukul punggung Agatha

"Arkh... shh... s-sakit M-ama hiks... hiks..." ucap Agatha terbata-bata sembari menangis kesakitan.

Lalu dengan keras Bella memukul kembali punggung Agatha hingga tongkat sapu itu pun patah dibuatnya.

"ARKHH... S-SAKIT... hiks... hiks... ampun ma... tolong b-berhenti..." teriakkan memilukan itu menggema di seluruh ruangan.

Seakan tak mendengar teriakan kesakitan dari mulut Agatha. Bella yang masih tersulut emosi pun kembali berucap, "Awas saja. Lihat saja nanti. Saya akan membalasmu... hiyaaa..." teriaknya.

Prang...

Bella dengan kuat melempar Vas bunga yang ada di meja ke Arah Agatha yang nyaris saja terkena, untung saja lemparan Vas itu meleset.

Inah yang melihat itu tidak bisa melakukan apa-apa. Ia sangat ingin membantu nona mudanya itu. Tetapi ia tak bisa. jika majikan nya sudah marah seperti itu siapapun itu tidak ada yang dapat menghentikannya, ya terkecuali Tuannya dan nona Aressa kakak dari Agatha. Inah hanya bisa menangis melihat anak majikannya itu dipukuli habis-habisan oleh majikannya.

Setelah Melempar Vas itu. Bella dengan nafasnya yang memburu pergi ke arah kamar nya. Meninggalkan Agatha yang tengah kesakitan atas perbuatannya.

Inah pun dengan segera menghampiri Agatha, "Non... ayo bangun non, bibi obatin dulu luka nya."

Inah pun membantu Agatha bangkit lalu membopongnya menuju kamar Agatha.

Agatha yang sedari tadi hanya bisa menahan sakit di seluruh tubuhnya. Tubuhnya seperti mati rasa, ia tidak dapat menggerakkan tubuh nya dengan bebas.

"Shh... sakit bi, pelan-pelan," Agatha meringis ketika Inah sedang mengobati bagian punggungnya. Bisa dikatakan bahwa punggungnya adalah bagian yang paling sakit diantara bagian tubuh lainnya yang terkena pukulan Bella.

"Maaf non. Bibi gak bisa bantuin non tadi... bibi----"

"Iya bi... saya juga paham dengan perasaan bibi," Agatha tersenyum tipis. Ia sangat tahu jika Inah sangat ingin membantunya, tapi ia juga tahu resiko Inah jika sampai ART nya itu ikut mencampuri urusan majikannya.

Setelah selesai mengobati luka Agatha Inah pun memberi minum padanya lalu beranjak pergi keluar kamar, membiarkan Agatha sendiri di ruang itu.

Kini hanya ada dirinya sendiri di ruang kamarnya, ia pun melihat figura dirinya dengan seorang perempuan yang nampak lebih tua darinya.

"Maaf... kalau saja aku gak pergi sama kakak, pasti sampai saat ini kakak masih ada..." monolognya dengan air mata yang tak dapat ia tahan ketika ia teringat pada hari dimana ia terakhir melihat wajah kakaknya.

Flashback on.

Pada suatu hari seorang gadis berusia 11, oh atau mungkin 12 tahun karena hari itu adalah hari ia bertambah satu tahun usia. Ia sedang duduk terdiam di ayunan belakang rumahnya. Ia sedang memikirkan kejutan apa yang akan diberikan oleh Papa nya kepadanya, walupun presentase ia mendapatkan kejutan itu hanya kecil, mungkin sebesar 5%? Tapi tidak ada salahnya kan jika ia berharap?

"DOR," gadis yang tengah terduduk di ayunan itupun terjatuh karena terkejut, karena seseorang yang berteriak sangat kencang.

"Eh... maafin kakak, buat kamu jatuh," ucap seorang gadis tinggi yang sepertinya berusia 18 tahun, lalu dibantunya gadis yang terjatuh itu.

"Gak apa-apa kak. Lagian kakak ngagetin Aku sih... jadi jatuh akunya," gadis berkuncir kepang itu berkata lalu tersenyum manis. "Ohiya kak, kira-kira papa ngasih aku kejutan gak ya?" tanya gadis itu berbinar.

Yang ditanya pun hanya tertawa melihat adik nya yang sangat antusias itu, diusapnya kepala gadis itu lembut, "sepertinya sih iya, kakak liat papa lagi ngobrol sama mama."

Mendengar ucapan kakaknya yang menyebut kata 'mama' membuatnya meringis mengingat perbuatan wanita itu yang tidak bisa dikatakan baik padanya. Ia merasa mamanya itu benci terhadapnya, sehingga mamanya selalu saja membentak dan bersikap seolah-olah ia tak ada. "Ulang tahunku kali ini pasti dirayain kan kak?" ucapnya hati-hati.

Ia ingat betul, jika setiap hari kelahirannya itu tiba tak ada satupun yang membuatkannya pesta ataupun kejutan. Hanya Aressa kakaknya yang selalu merayakan hari ulang tahunnya. Papanya terkadang hanya mengucapkan kata happy birthday saja atau pun memberikan hadiah yang bisa dikatakan biasa saja seperti boneka, buku notes, ataupun alat belajar. Padahal papanya tahu jika Agatha sudah memiliki banyak. Mama nya bahkan tidak pernah megucapkan kata selamat hari ulang tahun atau semacamnya, mamanya pernah hanya memberikan hadiah berupa buku bertuliskan 'cara menghadapi gangguan mental atau jiwa' tentu saja Agatha tidak pernah memiliki gangguan mental ataupun jiwa, ia tentu tahu maksud mama nya memberikan buku seperti itu. Karena secara tak langsung Bella sudah menyebutnya tidak waras atau yang lebih sarkas Bella sudah menyebutnya gila.

Ia ingin sekali hari ini menjadi hari yang berkesan untuknya. Ia ingin seperti anak-anak lainnya, yang dapat merayakan pesta ketika ber-ulangtahun. karena faktanya, ia tidak pernah satu pun merayakan hari ulang tahunnya. Ia selalu iri kepada kakaknya yang setiap hari ulang tahunnya tiba, selalu saja diberikan kejutan ataupun pesta perayaan.

"Eung... kakak juga gak tahu, tapi kamu jangan sedih... kakak akan ajak kamu pergi ke suatu tempat yang indah yang pastinya kamu belum pernah kesana. Mau ikut?" tanya Aressa.

Agatha tentu saja mengangguk senang "iya kak, Agatha pasti mau!"

"Haha... yasudah kita izin dulu ke papa mama ya!" Agatha mengangguk.

Mereka pun masuk kedalam rumah itu lalu menemukan seorang wanita dan seorang pria yang tengah menonton televisi bersama.

"Pa, Ma," panggil Aressa, membuat kedua orang dewasa itu menoleh kearahnya.

"Iya kenapa sayang." Jawab mereka bersamaan lalu tersenyum.

Agatha sungguh tidak pernah mendapatkan senyum seperti itu dari orang tuanya, senyum penuh kasih sayang, ketulusan, dan kebahagiaan. Agatha menginginkannya. Ia menginginkan semua yang diberikan orangtuanya kepada Aressa, tapi sepertinya tak bisa. Tatapan orangtuanya tak dapat ia artikan. Seperti tatapan benci? Tapi tidak mungkin kan ada orangtua yang membenci anaknya sendiri?

"Eung... anu aku mau pergi sama Agatha main ke tempat-tempat hiburan, boleh kan?" tanya Aressa.

"Jangan! kalau ada apa-apa sama kamu gimana? Mama gak mau Aressa kenapa-kenapa, perasaan mama gak enak."

'Mama gak mau Aressa kenapa-kenapa' entah mengapa kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah mamanya tidak menyadari jika dirinya pun turut ikut pergi bersama Aressa? Oh iya ia lupa jika mamanya selalu bersikap seolah-olah ia tak ada di dunia.

"Iya nak, kamu dirumah saja."

"Nggak. Aressa mau ngasih kejutan buat Agatha. Kalian gak bisa larang aku."

Bella pun menatap Agatha tajam "apa yang kamu bicarakan dengan Aressa! Pasti kamu kan yang memaksanya pergi!"

"Itu kemauan aku ma. Aku muak sama kalian yang selalu membedakan aku dengan Agatha, aku sayang sama Agatha karena dia adik kandung aku!" Jelas Aressa meninggikan sedikit suaranya.

"Aressa! Dia bukan adik kan----"

"CUKUP! papa mengizinkan kamu dan Agatha keluar, tapi ingat jangan lewat dari jam 8 malam!" potong Regan tegas lalu menatap tajam istri nya itu.

Hmm ada yang gak beres nih, batin Agatha ketika melihat tatapan papa nya seperti sedang memperingatkan sesuatu.

"Yess! Ayo Agatha kita siap-siap," ajak Aressa lalu menarik Agatha ke kamar.

Setelah siap Aressa dan Agatha pun keluar dan berniat menggambil kunci Mobilnya "kamu diantar supir sayang," ucap Bella.

"Nggak aku pengen ngendarain sendiri!"

"Aressa!" Sentak Bella.

"Sekali ini aja Ma, ini terkahir kalinya deh aku gini. Please..." Aressa menatap Bella dengan puppy eyes nya dan hal itupun tak luput dari perhatian Agatha.

Bella pun menghela nafas "okay, tapi hati-hati ya sayang."

Aressa pun memeluk mamanya dengan erat seperti enggan melepaskan "Yeay sayang deh sama Mama." Ia pun melepaskan pelukan lalu tersenyum.

Agatha hanya bisa diam.

Tapi tiba-tiba perasaannya tidak enak. 'Ah mungkin hanya perasaan biasa.' Batinnya.

Mereka pun pergi menuju Dufan. Mereka pun sangat bersenang-senang hari itu. Mulai dari Kora-kora, Roller Coaster sampai dengan Histeria mereka naiki.

"Kak, bukannya Dufan ini tempat yang udah pernah kita kunjungi ya?" tanya Agatha sambil memakan es krim nya.

"Iya. Maksud kakak, nanti kita akan ke tempat itu setelah kita main disini," jawab Aressa.

"Oh gitu. Oke kak!"

Mereka pun selesai bermain, dan jam pun sudah menunjukkan pukul 5 sore. Saat ini mereka sedang di mobil untuk pergi ketempat yang Aressa maksud.

Setelah sampai merekapun keluar dari mobil.

"Nah ini tempatnya. Bukit," Aressa berjalan dengan merentangkan tangannya lalu tersenyum. Angin-angin pun merbangkan rambutnya yang indah. Agatha merasa Aressa adalah Malaikat. Malaikat baik hati yang selalu melindungi adiknya. Agatha tersenyum. "Ayo kita duduk. Mataharinya mulai terbenam."

Agatha pun mendekat dan ikut mendudukan diri diatas rerumputan bukit. Ia merasakan angin yang membelai wajahnya, ia pun memejamkan matanya perlahan lalu hanyut dalam suasana ini. Ia seperti menemukan kedamaian. Kedamaian yang selama ini ia cari.

"Gimana? Kamu belum pernah kan kesini?"

Agatha mulai membuka matanya. Ia menoleh lalu tersenyum dan mengangguk. Aressa pun tersenyum. Tapi Agatha seperti melihat aura Aressa yang tak biasa. Seperti ada yang berbeda, tetapi ia pun tak tahu apa itu. Ia pun mulai melihat matahari itu terbenam. Semburat orange dengan gradasi langit malam yang mulai mendominasi itu membuatnya tenang dan membuang sejenak pikiran negative di dalam dirinya. Ia senang bisa menikmati ini bersama orang yang sangat ia cintai.

"Look at the stars. Ini yang kakak sukai. Bisa melihat bintang dengan leluasa disini," Aressa menunjukkan langit dengan hamparan bintang yang indah.

Agatha yang pertamakali melihat bintang sebanyak ini pun tersenyum.

Tiba-tiba Aressa memeluk Agatha erat. Agatha yang terkejut pun mulai tenang dan membalas pelukan Aressa tak kalah erat. "Thanks..." bisik Aressa di telinga Agatha.

Agatha mengernyit heran "untuk?..."

"Semuanya... thanks udah jadi adik kakak yang terbaik," jawab Aressa.

"Aku juga, thanks udah jadi kakak yang terbaik untuk aku, aku sayang sama kakak!"

"Hm. Kakak juga sayang kamu," mereka pun melepaskan pelukan. "Duh jadi mellow begini. Oh iya kakak hampir lupa... HA.PPY. BIRTH.DAY. MY. SISTER!!"

.

"Udah jam 7 nih. Ayo kita pulang! Nanti bisa habis kita kalau lewat dari jam 8. Haha..." ucap Aressa beranjak lalu pergi ke arah mobil.

Agatha pun bangkit lalu menatap sebentar langit yang membuat harinya berkesan itu.

"Agatha, ayo masuk, mulai dingin disini!" Agatha pun masuk ke dalam mobil. Mereka pun pergi dari bukit itu.

Di tengah perjalanan yang agak sepi itu tiba-tiba hujan datang membuat jalanan yang tadinya gelap menjadi lebih gelap dan licin.

Berbeda dengan yang di dalam mobil, dengan di iringi lagu Honne - my location unknown mereka menciptakan suasana yang hangat di saat cuaca diluar sedang hujan. "Agatha, kamu harus janji ya. Kalau kakak udah gak ada, kamu harus tetap jadi Agatha yang kakak kenal."

Agatha pun heran dengan apa yang Aressa katakan "m-maksud kakak?"

"Kamu janji ya akan tetap jadi Agatha yang kakak kenal. Agatha yang ceria dan kuat! Oke?" Ulang Aressa menoleh lalu tersenyum.

"Ta-tapi----"

"Kamu harus janji ya!" Aressa menatap Agatha mengangkat jari kelingkingnya dan tersenyum.

Melihat itu Agatha pun turut tersenyum dan ikut menautkan jari kelingkingnya dengan Aressa. "Hmm. Aku janji!"

Mereka tidak tahu jika itu adalah senyum terakhir. Senyum dimana kebahagian terlihat.

Agatha pun menoleh kedepan dan betapa terkejutnya ia melihat sebuah truk berjalan dengan ugal-ugalan mengarah pada nya, "KAKAK! ADA TRUK DIDEPAN!" teriaknya yang membuat Aressa terkejut lalu membanting stirnya ke arah kiri, ke arah di mana ada turunan yang sangat terjal disana.

"AAAAAAAHH" teriak mereka bersamaan. Mobil mereka pun berguling kebawah.

Agatha pun terpental jauh keluar dari mobil. Lalu dengan samar-samar ia melihat ke arah kakak nya yang masih berada di kursi stir dengan bersimbah darah di kepalanya. "K-ka...kak," ucapnya terbata. Lalu melihat mobilnya yang mulai mengeluarkan asap hitam.

Aressa pun menatap Agatha lalu tersenyum. Senyum yang tidak bisa ia artikan.

DUAR ....

Mobil pun meledak, mengeluarkan suara ledkan yang luar biasa kencang, dengan jarak yang jauh dari tempat terlemparnya Agatha.

Agatha menyentuh kepalanya yang sudah mengeluarkan darah yang sama banyak dengan Aressa "d-da...rah? Nggak m-mungkin ka--kak," Agatha pun dengan pandangan yang mengabur melihat senyuman itu. Setelah itu ia menatap lurus ke atas membiarkan air hujan mengguyuri wajah dan tubuhnya Lalu kegelapan pun mulai menguasai penglihatannya diiringi dengan suara ledakan di sana.

Kini ia tahu. Arti senyuman itu. Itu adalah senyuman...

Perpisahan.

Dengan hujan... sebagai saksi nya.

Flashback off.

...

"Hiks... maaf... maaf... aku gak bisa menuhin janji kakak... hiks... janji kalau aku akan menjadi Agatha yang kakak kenal... Aku gak bisa... Hiks..." Agatha terus saja menangis dengan figura yang ia peluk erat. Ia pun berbaring dan hanyut dalam tangisannya hingga ia pun terlelap.

.
.
.
.
.
.
.
.

To be continue

Aressa Athalea ( kakak Agatha )

Agatha

Aku gatau ini ngefeel apa ngga di kalian. Tapi aku pas ngebayangin adegan ini ikutan sedih☹😢

Disini flashback aja ya, waktu masih ada kakaknya Agatha.

Maaf lama ga up. Lg serunya nonton drakor wkwk. Oh iya disini ada yg lg nnton true beauty ga? Recomended banget soalnya buat d tonton😁.

Mksh buat yg baca🙌

Seguir leyendo

También te gustarán

Love Hate Por C I C I

Novela Juvenil

3.2M 220K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
481K 52.8K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
252K 23.9K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
291K 17.4K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...