Jangan lupa vote and comment nya ya
Terima kasih
***
Pesta perayaan ulang tahun kakek akan diadakan minggu depan. Kean sudah berulang kali menekankan padaku untuk mempersiapkan diri karena akan banyak orang yang hadir. Pesta tahun ini, akan menjadi ajang untuk memperkenalkanku ke keluarga dan rekan bisnis kakek. Jadi, secara tidak langsung, aku juga akan menjadi pemeran utama dalam pesta ini.
Saat ini Kean sedang disibukkan dengan pembangunan galeri. Aku dan timnya Pak Myer mulai di perlakukan seperti sapi perah sejak seminggu yang lalu. Namun, yang membedakan adalah tak ada lagi gerutuan kesal dari semua anggota tim karena sifat pemarah dan perfectionist Kean yang sekarang mulai berkurang. Tetap saja aura kelam dan menakutkan masih sering membayangi Kean jika dia mulai marah.
Sejak kasus Hirata, kini semua anggota timnya Pak Myer menyematkan gelar baru yang membuatku bergidik ngeri mendengarnya. Kean Yandere. Berbeda dengan Tsudere yang berarti orang yang tengah jatuh cinta namun malah bersikap jual mahal. Dari yang aku tahu, Tsudere berarti gengsi untuk mengakui dan menunjukan perasaannya. Jadi, ketika aku tanya ke mbah google, Yandere bahkan lebih menyeramkan dari Tsudere atau Dandere.
Yandere dikenal sebagai tipe orang yang ekstrem. Ketika mereka menyukai seseorang atau sesuatu, dia rela melakukan hal-hal ekstrem dan gila. Dari yang aku baca, tipe Yandere tak akan pernah ragu untuk melakukan kekerasan untuk mendapatkan cinta atau melindungi orang yang mereka cintai dari jangkauan orang lain. Sederhananya aku menangkap bahwa Kean digambarkan sebagai pacar yang menakutkan dan gila.
Tidak ada alasan untuk menyangkal itu semua. Apalagi setelah kasus Hirata ditambah dengan kehebohan karena Eghan (ingat aku bilang senior kampusku yang songong, dan selalu membanggakan status orang tuanya yang pengacara), yang baru-baru ini menjadi gosip terpanas di timnya Pak Myer.
Waktu itu, setelah makan siang. Eghan tiba-tiba mendatangiku ke kantor. Dengan wajah putus asa dia memohon untuk mencabut tuntutan yang di layangkan Kean padanya. Aku melongo mendengar penuturan Eghan yang menurutku mengada-ada tapi setelah aku kofirmasi ke Kean. Dia hanya memasang wajah pongah dan senyum percaya diri. Bos setan itu menyambutku dengan ekspresi bangga, seolah-olah menungguku untuk menepuk kepalanya dan memujinya atas kerja kerasnya itu.
Kean menuntut Eghan atas pelecehan yang dilakukan laki-laki itu terhadap seorang wanita yang ada di gym miliknya. Aku bisa menebak kenapa Kean melakukan itu, dia ingin membalaskan sikap kasar laki-laki itu terhadapku. Tak hanya itu, aku juga mendengar usaha gym miliknya sekarang terancam pailit.
Bagaimana dengan papa Eghan?
Aku sempat mempertanyakan itu. Secara dia dulu sangat membangga-banggakan orang tuanya kemanapun dia pergi. Tapi aku sadar, ternyata Kean menekan papa Eghan untuk tidak membantunya sama sekali. Intinya adalah, siapa yang berani melawan Kean jika dia sudah mengeluarkan taringnya untuk menyebarkan racun, dengan niat membunuh mangsanya.
Aku tak bisa mengatakan bahwa gelar itu memberikan image positif atau negative pada laki-laki itu. Tetap saja popularitas Kean meningkat karena kejadian ini.
Meskipun bagiku itu terdengar menyeramkan. Tapi bagi mbak Alya dan Mira.
"It's so romantic," teriak mereka berbarengan ketika Eghan keluar dari kantor dengan tampang lesu. Tampa mendapatkan apa-apa.
"Gue nggak nyangka pak Kean tipe Yandere seperti ini," lirih Mira yang masih terbawa suasana berbunga-bunga membayangkan apa yang baru saja dilakukan Kean. Disisi lain, aku hanya menatap tingkah laku Mira dengan wajah datar.
"Lo beruntung dapat dia Re," ucap mbak Alya ketika aku dengan gontai melangkah masuk ke kantor setelah mendengar rengekan Eghan.
"Gue berasa membesarkan anak kecil mbak," kataku asal dengan wajah cemberut karena menurutku tingkah kekanakan Kean memang tak bisa tertandingi bahkan oleh anak kecil sekalipun.
Walaupun begitu, disudut hatiku merasa bahagia karena dia begitu perhatian dan mempedulikanku. Bahkan sampai berbuat seperti ini. Maka dari itu, aku tetap menghargai usaha Kean untuk membantuku. Sejujurnya mengingat bagaimana ekspresi putus asa Eghan hari itu sedikit memperbaiki marahku padanya.
Aku kembali fokus ke komputer di depanku. Jam di desktop komputer menunjukan pukul 8 malam
Seluruh anggota timnya Pak Myer masih terlihat fokus mengerjakan tugas mereka. Jam pulang kantor sudah berakhir sejak tiga jam yang lalu. Tapi kami masih harus menyelesaikan ini secepatnya. Aku melangkah kearah pantry dan membuat kopi untukku Kean. Serta coklat panas untukku. Disana ada Mira yang sibuk memperhatikan foto yang ada di ponselnya.
"Mbak lo lihat deh," kata Mira ketika memperhatikanku yang sedang menuangkan air panas ke gelas.
"Apaan?" jawabku sambil mengaduk coklat panas.
"Ini itu desain undangan buat kakak gue, dia bingung mau pilih yang mana. Menurut lo mana yang lebih bagus?" tanya Mira sambil menyodorkan beberapa desain undangan padaku.
"Yang ini," kataku setelah memperhatikan dengan seksama detail desain undangan yang Mira sodorkan padaku. Undangan yang aku pilih berwarna dasar hitam. Dengan warna emas yang menghiasi pinggiran undangan. Cetakan nama dan desainnya dipadukan dengan warna emas yang terlihat lebih eksetrik dengan warna hitam yang tenang.
"Menurut lo yang ini juga ya," tanya Mira memastikan. Aku mengangguk setuju. Dan melangkah kearah mejaku yang ada disamping Edra.
Mira mengekori ku masih dengan memperhatikan desain undangan yang ada di ponselnya.
"Mbak lo mau ikut pesan makan malam nggak?" tanya Edra yang masih menscroll beberapa menu makanan yang terlihat menarik di mataku.
"Boleh, sekalian untuk Pak Kean juga," jawabku.
Aku melangkah kearah pintu mahoni yang menyekat ruangan Kean dan dunia luar. Setelah mengetuk dua kali pintu besar didepanku, aku bergerak masuk.
"Ini kopi anda pak," kataku dan menyodorkan kopi hitam yang biasa diminum Kean untuk menemaninya bekerja.
"Terima kasih," ucapnya dan ternyum lembut kearahku.
"Kamu belum pesan makan malam?" tanya Kean dan berhenti dari aktivitasnya di atas keyboard.
"Sedang di pesan Edra. Bapak mau saya pesankan sekalian?" tanyaku.
"Batalin saja, saya sudah pesan makan malam untuk hari ini," katanya dan mengambil ponselnya yang sedari tadi kedinginan diatas meja.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi," ujarku.
Anggota tim Pak Myer bersorak gembira ketika mendengar makan malam hari ini di pesan oleh Kean. Sambil menunggu pesanan datang, aku dan anggota tim Pak Myer mengistirahatkan otak yang sudah terasa panas dan tubuh yang mulai terasa lelah.
Disampingku Mira masih sibuk menyodorkan desain undangan pada yang lain. Sambil menyeruput coklat panas, aku mendengar komentar Mbak Alya dan Pak Myer tentang desain undangan kakak Mira.
"Ini undangan kakak lo kok aneh banget sih Mir," komentar Edra ketika melihat desain undangan yang sedari tadi masih diributkan Mira.
"Aneh apanya?" tanya Mira bingung.
"Pakai bilang alumni dari University of Colombia segala. Nggak sekalian masukin IPK, Pengalaman Organisasi, dan Score IELTS." Canda Edra sambil menyodorkan ponsel Mira yang memperlihatkan desain undangan yang di komentari Edra.
"Gue juga udah komplain, tetap aja mama maunya gitu." Kata Mira sambil mendesah frustasi.
"Keliatan banget mama lo ke sem-sem sama calon mantu ya, Mir. " Goda Edra sambil terkekeh geli melihat Mira yang memasang wajah masam.
"Mama gue emang susah dibilangin," ucapnya dengan nada sayu.
"Lo kapan mau bawa calon mantu yang disukai mama lo, Dra?" tanya Mbak Alya melihat Edra masih setia dengan wajah geli saat menertawakan Mira. Secara Edra satu-satunya yang jomblo menahun di tim ini. Meskipun awalnya jabatan itu dipegang olehku, tapi sekarang beda cerita. Karena aku punya Kean sebagai tameng dari kata 'jomblo menahun' yang selalu di gaung-gaungkan oleh semua anggota tim Pak Myer.
"Tenang mbak, gue bakalan bawa diwaktu yang tepat." Jawab Edra dengan optimis.
"Ya elah, bilang saja lo memang belum ketemu yang cocok," sergah Ronald yang terkekeh geli saat mendapatkan tatapan tajam dari Edra.
"Emang kapan terakhir kali lo pacaran?" tanya Mbak Alya mulai menggoda Edra yang sekarang semakin terjepit.
"Sebelum masehi, puas lo mbak," tandas Edra kesal merasa dia yang selalu menjadi bahan bullyan semua orang.
"Mbak Rere, bantuin gue kenapa. Sesama jomblo menahun. Harusnya lo bantu mantan rekan lo ini," ucap Edra mengadu padaku dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Dia menggeser posisi duduknya dan mendekat kearahku guna meminta bantuan.
Aku terkekeh melihat Edra yang memasang tampang memelas.
Belum sempat aku menjawab Edra. Kean tiba-tiba berdiri di depan pintunya dan melangkah kearah kami. Dengan tatapan dingin dan amarah yang memancar kuat darinya.
Mata Kean menggelap. Tatapannya yang dingin membuat semua orang diruangan itu menggigil ketakutan. Bahkan aku yang menjadi pengamat yang tidak bersalah merasa takut dengan tatapan tajam Kean.
Disisku, Edra terlihat pucat merasakan amarah Kean yang mengarah kearahnya.
"Menjauh dari Micha," katanya dengan suara berat dan nada tajam yang sarat dengan perintah.
Edra dengan cepat mengangkat badannya yang terasa lemas karena tatapan Kean. Sebelum juniroku itu sempat berpindah, Kean sudah menyeretnya ke sofa disebelahku. Dan dengan cepat dia mengganti posisi Edra yang tadinya disampingku.
Kean duduk dengan nyaman seolah-olah posisi itu memang miliknya.
Mbak Alya berdecak depersei melihat sepupunya yang terkadang kehilangan wibawanya jika sudah menyangkut aku, yang notabene adalah pacarnya.
"Dasar Kean Yandere," gumam Mbak Alya. Yang ditangapi dengan anggukan setuju oleh semua orang.
Laki-laki itu tidak menghiraukan gumaman Mbak Alya. Dia dengan lembut menyeka bekas coklat di sudut bibirku. Apalah dayaku, meskipun terkejut dan risih dengan tindakannya. Aku tetap membiarkan Kean yang sekarang menatapku dengan mata hangatnya. Sedangkan tim Pak Myer yang menonton hanya terkekeh geli melihat tingkah kami berdua.
***