Long Distance Relationship

Por Windystory11

8.2K 761 541

Bukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak ya... Más

Prakata✨
Prolog✨
LDR 01✨
LDR 02✨
LDR 03✨
LDR 04✨
LDR 05✨
LDR 06✨
LDR 07✨
LDR 08✨
LDR 09✨
LDR 10✨
LDR 11✨
LDR 12✨
LDR 13✨
LDR 14✨
LDR 15✨
LDR 16✨
LDR 17✨
LDR 18✨
LDR 19✨
LDR 20✨
LDR 21✨
LDR 22✨
LDR 23✨
LDR 24✨
LDR 25✨
LDR 26✨
LDR 27✨
LDR 28✨
Epilog✨
Cerita baru
Hallo, apa kabar semua?✨

Extra part 1✨

177 10 1
Por Windystory11

Happy reading ❤️

Reina menatap Farhan yang sedari tadi berjalan dengan gelisah. Ia terus saja menggerutu tak jelas, hanya dirinya yang santai. Bahkan semua keluarga juga santai saja, Reina cekikikan melihat calon suaminya. Ah, memikirkan Farhan yang sebentar lagi akan menjadi suaminya membuat Reina tersenyum tidak jelas. Ia membayangkan bagaimana rumah tangganya nanti dengan Farhan. Tapi sayang, seseorang telah menghancurkan hayalan Reina.

"Ganggu aja, ih!" Gerutu Reina sembari menatap sengit orang tersebut. Yang di tatap malah menaik 'kan satu alisnya.

"Mending kalian berdua istirahat aja sana! Reina ajak Farhan makan siang!" ujar Mama Reina.

"Mager, Mah. Lagian dia itu udah besar, kan bisa sendiri!" Reina berkata ketus, bukan tanpa alasan ia berkata seperti itu. Ia masih kesal dengan sikap Farhan yang suka mengagetkannya.

Farhan mendekati Reina, ia melihat gadis itu dari samping. "Utu-tutu, sama calon suami gak boleh durhaka, lho yang!"

Reina menatap sengit Farhan, ia bangkit dari duduknya. Menarik paksa tangan Farhan yang lantas membuat lelaki itu semakin gemas.

"Calon istri aku ganas, ya!" celutuk Farhan.

"Bodo amat!" saut Reina.

Mereka berdua makan dengan tenang, Farhan tau di mana dan kapan waktu untuk bercanda. Ketika makan ia harus menjaga sikapnya.

Hari ini rencananya mereka ingin mendatangi salah satu butik untuk melihat gaun yang akan Reina gunakan di acara pernikahannya.

"Habis ini kita langsung ke sana, ya?!" ujar Reina di sela kegiatannya.

"Makan dulu baru bicara!" tegur Farhan.

Reina hanya menyengir, ia menghabiskan cepat makanannya. Kemudian membawa piring kotor itu ke wastafel. Farhan menyusul, ia memeluk Reina dari belakang. Tangannya mengulur ke depan untuk meletakkan piringnya.

"Awas ih, nanti di liat mama!" Reina menggeliat di pelukannya.

"Bentar, sayang," ucap Farhan.

Reina melanjutkan kegiatannya, ia membiarkan Farhan dengan posisi seperti itu. Sejujurnya ia tidak keberatan, tapi ia tak enak dengan orang tuanya yang berada di sini.

Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju butik tersebut, jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Reina. Hanya memerlukan waktu dua puluh menit.

Mereka mengisi kesunyian dengan mendengarkan radio. Reina asik dengan membacanya dan Farhan yang fokus dengan kemudi-nya.

Reina dan Farhan turun kala mereka tiba di butik tersebut, mereka disambut baik oleh karyawan butik itu.

"Selamat siang, Mbak, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa salah satu karyawan yang berada di meja kasir.

"Kita mau cari gaun pengantin, Mbak," jawab Reina. Sementara Farhan langsung berjalan menuju lemari tuxedo.

"Mari saya antar, Mbak," karyawan itu mempersilahkan Reina berjalan di depannya.

Reina menatap dua gaun yang mencuri perhatiannya. Ia bingung harus memilih yang mana, dua-duanya memiliki warna yang sangat indah. Reina celingukan mencari Farhan, ia ingin meminta pendapat Farhan tentang gaun tersebut.


"Ini gaun kami yang terbaru, Mbak," ucap karyawan tersebut. Baru saja Reina hendak menjawab, Farhan datang dengan raut bingungnya. Ia membawa dua tuxedo dengan warna yang berbeda.

"Sayang, bagusan yang mana?" tanya Farhan. Ia mengulurkan tuxedo itu pada Reina. Reina memandang dua tuxedo itu secara bergantian. Kemudian matanya menatap dua gaun yang ia pilih tadi.

"Dua-duanya bagus, coba kamu lihat gaun aku. Itu di sana!" tunjuk Reina sembari berjalan mendekati gaun tersebut.

"Sama, dua-duanya juga bagus," ucap Farhan.

Mereka berdua tampak berbincang, Reina masih melihat tuxedo dan gaun itu secara bergantian.

"Gimana kalau kita ambil dua-duanya," Reina menatap Farhan dengan tajam. Seenak jidatnya aja ambil dua.

"Kalau ngomong itu di pikir," bisik Reina. Ia tak mau karyawan tersebut mendengar ucapannya barusan.

"Kamu gak lihat, harga satu gaun aja udah puluhan juta. Tolong, ya, jangan pemborosan!" Reina meninggalkan Farhan sendirian. Ia berbicara pada karyawan tersebut bahwa akan mengabari gaun yang akan mereka ambil dalam waktu dekat ini.

"Maaf, ya, Mbak, pacar saya lagi bad mood," ujar Farhan kemudian pergi menyusul Reina.

Reina menunggu Farhan di samping mobil, ia melipat tangannya di depan dada. Sumpah, demi apapun Reina beneran marah sama Farhan. Ia ingin sekali memaki lelaki itu.

"Kok gak masuk?" tanya Farhan saat melihat Reina berdiam diri.

"Gimana mau masuk, kuncinya sama kamu. Iya kali, aku pecahin kacanya," jawab Reina ketus.

"Astaga aku ini berdosa banget," ucap Farhan dramatis.

Reina hanya diam mendengar candaan Farhan. Ia masuk ke dalam mobil dan membanting pintu itu dengan keras.

"Sabar, ya , sayang. Pasti sakit, ya di banting Mami kamu?" Farhan mengelus pintu samping mobilnya tadi. Reina mendengus tak suka.

"Jangan marah-marah dong, kan aku tadi hanya kasih saran," ucap Farhan ketika ia memasuki mobil.

"Iya, tapi saran kamu itu gak bener. Bayangkan aja, satu gaun harganya bisa sampe sepuluh juta. Kalau ambil dua, dua puluh juta. Belum lagi tuxedo kamu, belum lagi perlengkapan yang lain. Kamu gak mikir apa? Jangan bebanin orang tua kita lah. Dan lagi, aku kan udah pernah bilang sama kamu. Ini pernikahan kita, semuanya kita yang urus, kita yang bayar. Aku gak mau ada campur tangan orang lain. Berapa pun mahar yang kamu kasih, aku terima. Kamu juga tau kan kalau aku suka yang sederhana!" Reina mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam selama ini. Ia menangis di tempatnya.

Farhan merasa sesak di dadanya kala melihat orang yang ia sayangi menangis.

"Sayang, maksud mereka kan baik. Mereka cuman bantu apa yang bisa mereka bantu. Soal gaun tadi, aku minta maaf. Oke, kita pilih salah satunya. Udah, ya, kamu jangan marah-marah ih, aku takut liatnya," Farhan membujuk Reina. Tapi Reina enggan menatap Farhan. Ia mengalihkan perhatiannya ke arah jendela samping kirinya.

Farhan membiarkan Reina mengacuhkannya, ia akan memberikan gadis itu waktu.

Setibanya mereka di kediaman Reina, ia lantas turun tanpa menunggu lelaki itu membukakan pintu, seperti yang sudah Farhan lakukan belakangan ini.

Lagi, Farhan menghela nafas dengan kasar. Ia mengikuti Reina dari belakang.

Nesa mengernyitkan dahinya saat melihat Reina pergi begitu saja setelah menyalamnya. Ia menatap Farhan untukm meminta penjelasan. Sementara yang di tatap malah mengangkat bahu.

"Tadi toko tempat kalian mesan sepatu udah datang, mereka bawa beberapa barangnya. Mama letak di kamar Reina. Kamu sama Reina coba lihat-lihat dulu. Kalau cocok, kabari Mama, ya, Han!" ucap Nesa. Kemudian pergi meninggalkan Farhan yang saat ini menatap lantai dua, tepatnya kamar sang kekasih.

Ia berjalan menuju tangga tersebut, pernikahan mereka terhitung dua bulan lagi akan terlaksana 'kan. Sejauh ini sudah hampir sembilan puluh persen.

Tok
Tok
Tok

Farhan mengetok pintu kamar Reina, saat terdengar suara Reina yang memintanya masuk, Farhan langsung masuk ke dalam.

Ia melihat Reina yang saat ini tengah melihat high heels wedding mereka. Farhan ikutan duduk di sofa yang sama dengan Reina.

"Tadi mama bilang itu beberapa koleksi toko mereka. Kalau ada yang cocok menurut kamu bilang sama mama. Satu lagi, apapun yang kamu gunakan akan tetap sama. Kamu cantik, Rei," Farhan menatap mata Reina dengan dalam.

Reina yang di tatap seperti itu menjadi salah tingkah. Bahkan ia langsung mengalihkan pandangannya agar Farhan tak melihat pipinya yang merona.

Farhan mengambil heels yang sedang di pegang Reina. Ia menggenggam tangan Reina dengan erat tapi tidak menyakiti gadis itu. "Aku minta maaf atas sikap aku tadi. Kita pilih sama-sama, ya!" ujar Farhan.

Reina mengangguk. "Aku juga minta maaf, aku gak bermaksud marah sama kam–," ucapan Reina terpotong oleh Farhan.

Lelaki itu memeluknya erat. "udah, ya. Gak ada yang salah antara kita berdua."

High heels Reina.


Menurut kalian bagus yang mana? 1,2,3,4,5,6?
Semuanya bagus sih menurut aku. Tapi yang enam kurang deh, hehe.

Sepatu Farhan.


Tbc

Aku gak mau janji lagi, ahh. Suka gak tepat😔 maaf kemarin ingkar janji. Aku gak tau kalau bakal sesibuk itu. Maaf klk ada typo, ini gak ada ku perbaiki. Langsung publis aja, hehe. Maaf, yaaa yang udah nungguin.

Pede amat, Win. Iya kali ada yang nungguin cerita u🤣
Sampai ketemu di extra part selanjutnya:)

Windystory11

Seguir leyendo

También te gustarán

2.7M 130K 39
Ini tentang Azalea yang harus menjalani pernikahan semu bersama Hagantara. Seorang gadis yang masih memendam trauma masa lalu dan harus terjebak dala...
61.2K 1.5K 81
Antologi puisi. Tentang rasa yang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang tak terku...
ALZELVIN Por Diazepam

Novela Juvenil

4.6M 267K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
28.6K 559 72
Disini tempatku bercerita, akan rasa yang tak kunjung usai. Sebuah rasa yang masih saja mekar. Ini bukan juga ceritaku dan dia. Cerita ini bisa juga...