Do or Die | BTS TXT (COMPLETE...

By juliayuhuu13

77.7K 13.4K 12.7K

💀~×~Hanya karena game aneh yang kita temukan, kita semua terjebak dalam teror yang mematikan~×~💀 Start : 1... More

0.1.
0.2.
0.3.
0.4.
0.5.
0.6.
0.7.
0.8.
0.9.
1.0.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
2.0.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
3.0.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
4.0.
4.1.
~Tanya~
4.3.
4.4.
4.5.
Follback & Feedback
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
5.0.
TERIMA KASIH
Q&A
ANSWER
ANSWER PT.2
BTS & TXT
Kepo
NEW STORY
Bantu gw ngapa:V

4.2.

990 193 246
By juliayuhuu13

Jam istirahat pertama telah tiba. Seperti hari-hari biasanya di mana Yeonjun dan keempat kawannya berkumpul untuk sekedar bercerita, hari ini pun mereka melakukan hal yang sama.

Bedanya adalah, kali ini meja hanya diisi empat anak saja. Padahal dulu ada lima namja yang mendudukinya.

Apa? Berlima, ya?

"Gue masih belum ikhlas kalau Beomgyu harus pergi secepat ini." Ujar Soobin mengawali pembicaraan.

"Sama, hyung. Gue juga belum rela kehilangan Beomgyu hyung untuk selamanya." Timpal Taehyun.

"Gaes, gue mohon dengerin gue. Gue tahu kalian semua pasti sedih banget kehilangan Beomgyu, gue juga ngerasain, kok. Gue juga ngerasa kehilangan sama seperti kalian. Tapi, gaes. Apa kalian pikir dengan menangisinya akan membuat Beomgyu kembali? Gue rasa nggak. Bahkan sampai sekarang khasus yang menimpa Beomgyu belum ada titik terang. Selain itu, jasadnya juga tidak ditemukan. Jadi, gue rasa akan lebih baik jika kalian semua nggak sedih berkelanjutan karena itu semua sia-sia dan kelakuan yang seperti hanya akan membuang-buang air mata saja." Tegur Yeonjun agar teman-temannya berhenti menangisi Beomgyu.

"Hyung, lo nggak akan bisa ngerti perasaan kami terutama Soobin hyung. Soobin hyung adalah yang paling terpukul atas kejadian ini. Selain karena mereka temen satu kamar, Beomgyu hyung meninggal saat Soobin hyung sedang bersamanya untuk menjaga dia, bersama gue juga. Bayangin, orang terdekat kita meninggal dan kita tidak bisa menolong apa-apa padahal posisinya kita berada di wilayah yang sama. Sakit rasanya, hyung. Rasanya seperti kita telah gagal menjaga sesuatu yang sangat berarti bahkan saat kita berada di dekatnya. Rasa menyesal, pasti menghantui kami sebagai teman yang seharusnya bisa menjaga Beomgyu hyung." Tutur Taehyun.

"Sumpah, gue nyesel banget nggak bisa jaga Beomgyu. Seharusnya waktu itu gue temenin dia ke toilet. Gue bego banget sih. Kenapa sih gue bisa setolol ini?" Soobin berujar frustasi sembari menjambaki rambutnya disertai pukulan keras yang ia hantamkan pada kepalanya sendiri.

"Soobin hyung, ih! Jangan menyakiti diri sendiri gini. Yang sudah terjadi mungkin memang sudah takdirnya. Tapi melukai diri sendiri bukanlah jalan keluar atas apa yang terjadi. Itu hanya akan memperburuk keadaan, hyung." Ujar Hueningkai seraya menghentikan tangan Soobin yang terus memukuli kepalanya.

"Hueningkai, hiks." Soobin langsung beringsut memeluk Hueningkai dan menangis di sana. Hueningkai pun balik memeluk Soobin sembari mengelus punggung Soobin.

"Soobin hyung, udah, ya! Jangan sedih lagi." Taehyun ikut mendekat dan mengelus lembut bahu Soobin.

"Hyung, udah meluknya. Emang hyung gak malu apa dilihatin banyak orang." Ujar Hueningkai sedikit terkekeh seraya mendorong badan Soobin supaya namja itu keluar dari dekapannya.

Baru saja keluar dari pelukan Hueningkai, datanglah Jimin yang tampak berlari menghampiri meja mereka berempat.

"Bin, ikut gue, yuk!" Jimin memegang lengan Soobin dan sedikit menariknya.

Tapi mau bagaimana pun, perbandingan proporsi tubuh Jimin lumayan jauh jika dibandingkan dengan Soobin sehingga Soobin masih tetap pada posisinya, hanya sedikit tetarik saja.

"Mau ke mana sih, hyung?" Soobin bertanya pada Jimin.

"Ke perpus univ." Jawab Jimin.

"Ngapain ngajak gue kalau mau ke perpus univ, hyung? Mending ngajak Yeonjun hyung aja." Tolak Soobin halus.

Jujur saja, Soobin sedang dalam kondisi buruk yang membuatnya hanya ingin berdiam diri dan meminimalisir bergerak.

"Masalahnya, Bin. Gue tuh mau ambil buku yang ada di rak paling atas perpus. Gue gak nyampe, Taehyung juga gak nyampe, dan kayaknya Yeonjun juga gak nyampe. Kalau lo mungkin masih sanggup ambil walaupun jinjit. Ayolah, Bin. Tuh buku penting buat tugas gue." Ujar Jimin dengan memasang puppy eyes-nya yang selalu ampuh membuat lawan bicaranya menurut.

"Oke oke. Tapi habis itu gue langsung balik ke sini lagi, ya!" Soobin pun beranjak dan berjalan meninggalkan Yeonjun, Taehyun, dan Hueningkai menuju perpustakaan yang Jimin maksud.

"Bin, kasih tips dong biar bisa punya tubuh tinggi." Ujar Jimin di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Gue nggak ada tips, hyung." Jawab Soobin sekenanya.

"Tapi kok badan lo bisa tinggi gini?" Jimin berkata sembari memegang sekali bahu Soobin.

"Udah ditakdirin dari sananya, hyung." Balas Soobin singkat.

"Lo habis nangis ya, Bin?" Jimin menyeletuk. Sedari tadi Jimin memprhatikan Soobin, hanya raut sedih yang ia temukan di manik namja bertubuh tinggi yang tinggi badannya sudah bertambah jadi 186 cm.

Soobin cukup tersentak mendengar itu dari bibir Jimin. Apa mukanya benar-benar menunjukkan kalau dia habis menangis?

"Enggak kok, hyung." Kikuk Soobin.

"Gak usah bohong, Bin." Ujar Jimin halus.

"Enggak kok, hyung. Gue nggak habis nangis, suer!" Soobin tersenyum ke arah Jimin sembari membentuk huruf V pada tangan kanannya.

"Mata lo bengkak." Jimin menatap lurus manik mata Soobin yang benar-benar menyiratkan rasa sedih. Rasa sedih itu tak akan bisa ditutupi dengan senyum palsu Soobin.

Soobin menghela nafas pasrah, sepertinya usaha dia untuk menyembunyikan kesedihan ini dari hyungnya sia-sia.

"Sebegitu jelasnya ya hyung kesedihan gue?" Soobin menatap Jimin sendu.

Jimin menggeleng.

"Lo udah cukup baik nutupin kesedihan lo. Tapi lo masa lupa sih, Bin? Kita sudah tinggal bareng selama kurang lebih 3 tahun. Apa lo pikir dengan jangka waktu yang segitu lo bisa nutupin kesedihan dari gue? Nggak, Bin. Lo salah kalau lo mikir gitu. Mata lo udah jawab semuanya. Kalau lagi sedih lebih baik ditunjukin aja, jangan disembunyiin. Yang ada ntar malah makin sesek di hati." Jimin tersenyum riang seperti biasanya. Matanya menyipit saking lebarnya dia tersenyum. Bukan tanpa alasan dia tersenyum selebar itu, ia hanya berharap semoga senyum lebarnya menularkan kebahagiaan untuk Soobin.

"Maaf, hyung." Ujar Soobin.

"Kenapa minta maaf?" Jimin mengernyit bingung.

"Karena gue udah nutupin kesedihan gue dari hyung." Jawab Soobin.

Lagi-lagi Jimin hanya tersenyum.

"Jangan dipikirin. Lo nggak salah, emang ada masanya di mana kita harus menyimpan sendiri rasa sakit yang kita rasa. Itu perlu untuk menguatkan hati, tapi jangan semua luka dirasain sendiri. Cerita ke orang yang lo percaya supaya beban lo sedikit terangkat. Itu juga perlu supaya hati tak terlalu lelah membawa beban sendirian." Ucap Jimin.

Soobin mengangguk paham.

Tak lama setelah itu, kedua namja tadi pun tiba di tempat tujuan mereka.

Di dalam sudah terlihat Taehyung yang nampak berjinjit untuk mengambil buku yang berada di barisan rak paling atas.

"Permisi." Ujar Soobin lembut sebelum memasuki kost univ. Tentu saja ini perlu dilakukan karena dia adalah satu-satunya manusia di sini yang menggunakan seragam SMA.

"Sini Bin, masuk." Ujar Taehyung.

Soobin pun langsung masuk bersama dengan Jimin.

"Bukunya yang mana, Tae?" Jimin bertanya pada Taehyung.

"Kita butuh buku tentang akutansi, kan? Buku akutansi yang covernya putih." Ujar Taehyung.

"Oh, oke. Itu, Bin. Buku yang covernya putih, bukunya juga paling tebel. Ada di rak paling atas." Tutur Jimin seraya menunjuk buku yang ia maksud.

Soobin mendongak untuk melihat buku mana yang hyungnya butuhkan. Setelah tahu, dia pun segera mengambil buku itu.

Jujur saja, Soobin sedikit kesulitan untuk menggapainya. Selain karena letaknya yang cukup tinggi, buku itu juga dihimpit oleh beberapa buku lain yang membuat Soobin cukup kesusahan.

Tapi meski begitu, Soobin berhasil mengambilnya.

"Bener yang ini kan, hyung?" Soobin memberikan buku itu pada Taehyung.

"Iya. Wah, makasih, Bin." Ujar Taehyung sembari menerima buku yang Soobin sodorkan.

"Soobin Soobin? Lo di mana?"

Soobin mengernyit, lalu ia pum mencari sumber suara yang memanggil namanya.

Ah, ternyata itu suara Yeonjun. Tak hanya Yeonjun, dua temannya yang lain juga ada di sini.

"Eh, itu, hyung. Itu Soobin hyung." Tunjuk Hueningkai pada Yeonjun

Yeonjun mengikuti arah jari Hueningkai.

"Bin, sini lo!" Yeonjun menyuruh Soobin untuk ke arahnya.

"Hyung, gue ke Yeonjun hyung, ya." Pamit Soobin.

"Iya. Btw, makasih lho udah mau ambilin bukunya." Sahut Jimin yang diangguki oleh Soobin.

Selepas itu, dia pun beranjak menghampiri Yeonjun dan dua teman lainnya.

"Ada apa, hyung?" Soobin bertanya pada Yeonjun.

"Gini, Bin. Tadi kita tuh pesen makan. Eh, tau-tau duitnya kurang. Tolong bayarin dulu dong, Bin. Ntar sampe kost gue ganti deh." Ujar Yeonjun sembari memberikan senyum termanisnya pada Soobin.

"Boleh ya, hyung." Taehyun ikut tersenyum manis.

"Iya, hyung. Soobin hyung kan namja yang paling tampan se-kost. Seokjin hyung mah lewat." Timpal Hueningkai.

"Bilang gitu kalau pas ada maunya doang. Emm, tapi karena gue namja yang baik hati, gue bayarin dulu deh. Tapi harus diganti!" Soobin menegaskan.

"Iya, janji. Nanti sampai kost gue ganti." Ujar Yeonjun meyakinkan.

"Yeonjun hyung doang ya yang ganti." Celetuk Taehyun.

"Enak aja lo. Lo juga ikutan ganti dong." Sahut Yeonjun.

"Yeonjun hyung yang ganteng dan behati mulia, masa gak mau sih nyenengin dongsaengnya." Taehyun masih berusaha untuk meminta gratisan.

"Bodoamat. Lo ikut makan, berarti lo juga harus ikut bayar."

Setelah Yeonjun berkata seperti itu, keempat namja itu pun beranjak meninggalkan univ dan pergi ke kantin 2 untuk membayar makanan yang belum mereka bayar karena kekurangan uang.

💀💀💀

Jam menunjukkan pukul 12.30 siang.

Seokjin sedang duduk di sofa menonton iklan TV sembari menunggu kepulangan sepuluh anak kost yang lain. Dia sedang di kost-am sendirian.

Tak lama setelah itu, pintu kost terbuka dan nampaklah Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai yang telah tiba di kost.

"Akhirnya ada juga yang pulang. Kalian berempat, tolong jaga kost ya. Gue habis ini mau balik lagi ke rumah sakit karena ada barang yang ketinggalan. Gue juga udah masak nasi buat makan siang kalian, lauknya kalian bisa bikin sendiri." Ujar Seokjin lalu beringsut pergi ke kamarnya untuk bersiap.

"Kira-kira apa yang ketinggalan?" Hueningkai bertanya pada tiga kawannya.

"Dompet kali." Jawab Soobin.

"Oiya, ngomongin dompet, Uning jadi keinget uangnya Soobin hyung. Buruan ganti hyung." Hueningkai berkata sembari menatap Yeonjun.

"Iya iya. Bentar, gue ambil dulu duitnya di kamar." Ujar Yeonjun lalu pergi menuju kamarnya untuk mengambil uang.

"Semoga dibayarin sama Yeonjun hyung." Ucap Hueningkai.

"Iya, gue juga ngarepnya gitu. Moga aja Yeonjun hyung merasukan malaikat." Timpal Taehyun.

"Yakali malaikat bisa ngerasukin manusia." Kekeh Hueningkai.

"Ya siapa tahu, kan." Balas Taehyun.

Setelah itu, Yeonjun pun datang.

"Ada kembalian, nggak?" Yeonjun bertanya pada Soobin.

"Nggak ada, hyung. Nggak ada kembalian. Jadi bisa lah ya sekalian bayarin kita berdua. Pas lho itu uangnya kalau sekalian untuk bayarin kita." Celetuk Taehyun.

"A--"

"Nggak ada. Nggak ada kembaliannya, hyung." Potong Hueningkai cepat.

"Hyung kok ngeyel, sih. Udah dibilang nggak ada kembaliannya ya nggak ada." Kukuh Taehyun.

Cklek!

Pintu kamar Seokjin terbuka, lalu tampaklah wujud Seokjin yang sudah bersih dan wangi.

"Gue berangkat dulu, ya! Jaga kost baik-baik. Kalau yang lain udah pada dateng dan nanyain gue, bilang aja gue lagi di rumah sakit." Ujar Seokjin sebelum meninggalkan kost.

"Ke rumah sakit gitu amat dandanannya." Ujar Taehyun selepas kepergian Seokjin.

"Keknya Seokjin hyung mau kencan, deh. Yakali ke rumah sakit dandan semaskulin itu." Timpal Hueningkai.

"Bener, keknya mau jalan sama dokter Jisoo." Celetuk Taehyun.

"Gaes, gue udah laper. Makan, yuk!" Soobin mengajak teman-temannya untuk makan bersama. Tapi karena tak ada respon, Soobin pun langsung beranjak.

"Eh, tunggu-tunggu. Ini duitnya, sekalian deh sama jatahnya Taehyun sama Hueningkai biar nggak usah segala cari kembalian. Oiya, ayo makan. Gue nggak peduli walaupun tadi gue udah makan karena sekarang gue lapar lagi dan pingin makan lagi." Ujar Yeonjun.

Setelah itu pun, keempat namja tadi langsung ke kamar mereka masing-masing untuk mengganti pakaian mereka sebelum keempatnya kembali bertemu lagi dapur untuk menyiapkan makan siang bagi diri mereka bersama.

"Kita mau makan apaan?" Taehyun bertanya.

"Makan telur aja lah. Enak itu bikinnya." Jawab Hueningkai.

"Iya deh, masak telur aja." Timpal Soobin.

Hueningkai pun langsung mengambil 4 butir telur dari kulkas dan memberikannya pada Taehyun.

"Lo yang goreng ya, Tae. Uning takut kecipratan minyak." Ujar Hueningkai disertai senyum menyebalkannya.

"Goreng telur aja takut. Dasar manja!" Taehyun mengambil telur yang Hueningkai sodorkan walaupun dia sedang memarahinya.

Setelahnya, dia pun memecah telur itu satu per satu dan memasukkannya ke dalam minyak yang sudah ia panaskan di atas penggorengan.

Taehyun dengan cekatan mengambil garam dan menaburkan secukupnya di atas telur lalu membolak-balik telur itu sampai akhirnya matang.

Sementara Taehyun memasak, 3 namja yang lain menyiapkan meja makan. Soobin yang mengelap meja, Yeonjun yang mengambil nasi, dan Hueningkai yang menyiapkan piring.

Setelah semuanya sudah siap, mereka pun mulai makan bersama.

"Enak juga telurnya." Ujar Soobin memuji masakan Taehyun.

"Enak dari mananya, bajing. Punya gue asin banget." Ketus Yeonjun saat dia baru saja memasukkan sepotong telur di mulutnya.

"Telurnya tahu mana orang baik mana orang jahat." Celetuk Taehyun.

"Taehyun, ih! Jangan gitu ngomongnya. Ntar kalau uang kita ditagih lagi gimana coba?" Hueningkai menasihati Taehyun.

"Tau tuh. Dasar bocah nggak tahu diuntung." Kesal Yeonjun.


"Oiya, gaes. Gue mau tanya sama kalian terkait Beomgyu. Em, sampai saat ini tubuh Beomgyu belum ditemukan. Gue kepikiran untuk buatin kuburan buat dia. Gue tahu kalau nggak ada jasad Beomgyu untuk dimakamkan, tapi bagaimana dengan seragam Beomgyu yang gue temuin? Kita bisa saja memakamkan itu sebagai pertanda bahwa kita sudah mengikhlaskannya. Jujur, gue selalu merasa sakit jika ngelihat baju itu, makanya lebih baik dimakamkan aja. Untuk lokasi, gue rasa boleh deh jika kita buat makam di halaman belakang. Lagian di sana lokasinya cukup luas juga." Papar Soobin.

"Kapan kita akan memakamkannya?" Hueningkai bertanya pada Soobin.

"Sehabis makan siang kalau kalian mau." Soobin menyarankan.

"Boleh." Jawab Yeonjun.

"Yaudah, ayo buruan dilajutin makannya. Biar kita bisa cepet-cepet makamin bajunya Beomgyu hyung." Ucap Hueningkai.

Waktu terus berlalu, kini keempat namja itu sudah berada di lapangan belakang untuk memakamkan baju Beomgyu sehabis makan siang.

Soobin sudah membawa cangkul untuk menggali kuburan, sedangkan tiga yang lain sedang mempersiapkan nisan dan taburan bunga-bunga.

Setelah semuanya siap, Soobin pun memasukkan baju Beomgyu di lubang yang sudah ia buat, lalu menimbunnya kembali dengan tanah.  Nisan juga sudah dipasang di atas kuburan.

Setelah itu, keempat namja itu menaburkan bunga-bunga di atas gundukan tanah kecil yang mereka buat.

"Beomgyu, bahagia ya di sana." Ujar Soobin diikuti senyum manisnya sembari mengelus nisan Beomgyu.

"Gyu, gue bakal susah sih lupain lo. Tapi gue harap gue bisa melewati hari-hari gue dengan baik tanpa lo lagi." Ucap Yeonjun diiringi senyum tipis.

"Huh, tega bener sih orang yang bunuh Beomgyu. Salah apa sih Beomgyu ke pelaku itu. Ngeselin banget." Ketus Soobin.

"Sabar, hyung. Oiya, kalian curiga sama seseorag, nggak?" Hueningkai bertanya pada kawan-kawannya.

"Sebenernya gue selalu berusaha untuk nggak curiga sama kalian semua. Tapi untuk kali ini, gue bakal bilang kalau gue tuh curiga banget ungkook hyung." Jawab Soobin.

💀💀💀

Hay👋

Jam 00.00 ya?😂

Kalau ada yg vote saat ini. Fiks, kalian begadang😭

Oiya, bagaimana buat chap ini, guys? Suka nggak?

Jangan lupain vote dan komennya ya, gaes😄

Bonus Pic :

Soobin💓

Taehyun💜

Yeonjun💗

Beomgyu💔

Beomgyu💔


Continue Reading

You'll Also Like

234K 20.6K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
232K 19K 93
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
4.9K 831 21
Sebuah cerita yang terjadi di sebabkan hilangnya seorang pemuda bernama, Choi Beomgyu.
52.7K 3.5K 15
{MINI SAD STORY} Mereka lahir ditempat yang sama, tapi dengan CARA yang BERBEDA... ~ Cerita ini bergender FF tetapi sesuai dengan kenyataan / real. ~...