"Tak apa Jina. Biar aku saja. Lucas sepertinya merindukanmu" ujar Alice saat Jina hendak mengantarkan teh pada Alpha Gerald
"Tidak, Nona. Biar aku saja. Lagipula ini sudah menjadi tugasku" sahut Jina
"Kasihan Lucas. Biar aku saja" tegas Alice. Tangannya langsung mengambil alih nampan dari tangan Jina dan segera berlari kecil menuju ruangan Alpha Gerald.
"Jangan khawatir! Tidak akan tumpah" seru Alice sambil tertawa kecil saat mendengar Jina memekik melihatnya berlari kecil membawa nampan teh.
"Sudah lama rasanya aku tidak mengantarkan teh untuk seorang tamu" gumam Alice
Dalam kepalanya, Alice mengingat moment saat dia masih di DarkMoon Pack.
Dia sangat sering mengantarkan teh.
Tapi sekarang, Alpha Gerald benar benar membuatnya dilayani sebaik mungkin.
Alice kan jadi merasa tidak nyaman..
Jadi sebisa mungkin, Alice memperlakukan para Omega di SilverMoon Pack layaknya seorang teman.
Tapi panggilan 'Nona' tetap melekat pada Alice.
Malah tadinya, Alice dipanggil Luna oleh rakyat SilverMoon Pack.
Tapi Alice menolak dengan tegas jika dia tidak bisa menggantikan posisi Mate Alpha Gerald sebagai seorang Luna.
Alice menjadi nona muda yang sangat di segani dan disayangi oleh Rakyat SilverMoon Pack.
Apalagi setiap ada penyerangan, Alice selalu turun tangan untuk membantu Alpha Gerald.
Baik Alice, maupun Hannah benar benar menjadi role model bagi rakyat SilverMoon Pack yang masih muda.
"Permisi" ucap Alice sambil memasuki ruangan Alpha Gerald dengan senyuman manisnya
Alpha Gerald yang sedang berbincang dengan temannya sesama Alpha menoleh, dan mengerutkan dahinya saat melihat Alice dengan nampan teh di tangannya.
"Alice?? Serius??" tanya Alpha Gerald geli.
"Jina sedang sibuk, jadi aku menggantikan tugasnya" sahut Alice
Alpha Gerald tertawa dan mengangguk.
Tinggal bertahun tahun dengan Alice membuat Alpha Gerald mengerti bagaimana sikap Alice yang rendah hati.
"Nah, silahkan dinikmati" ujar Alice riang
Dia langsung berbalik pergi meninggalkan ruangan Alpha Gerald setelah menyajikan teh untuk Alpha Gerald dan tamu nya.
Menghiraukan tatapan seseorang yang menatap Alice dengan penuh ketertarikan.
Tapi Darren menyadari itu.
Dia mendengus kecil dan wajahnya berubah datar.
"Siapa Jina??" tanya orang itu
"Dia Omega di pack ini." jawab Alpha Gerald
Dia mengangkat teh dan menyesapnya sedikit.
"Dan yang tadi?? Apa dia Omega juga??" tanya orang itu lagi
Alpha Gerald tertawa kecil.
Tidak menjawab pertanyaan orang itu.
〰❇〰
Alice tertawa kecil, memperhatikan anak anak Rakyat SilverMoon Pack yang sedang bercerita dengan penuh semangat pada Alice.
"Lalu?? Apa yang kau lakukan??" tanya Alice ketika salah seorang anak bercerita jika kemarin dia dikejar oleh warrior Pack saat hendak mengambil mangga di perbatasan pack karena dikira seorang Rogue
"Aku melemparnya dengan batu" jawab anak itu polos
Alice kembali tertawa mendengar jawaban polos anak itu.
"Lain kali, jangan seperti itu. Kasihan warrior itu kan??" ujar Alice
Anak itu tertawa kecil dan mengangguk anggukan kepalanya.
"Ini, berikan bunga ini pada warrior yang kau lempar dengan batu. Bilang padanya jika kamu meminta maaf karena telah melemparnya dengan batu" ujar Alice sambil memetikkan sebuah bunga dan memberikannya pada anak itu
"Baik, Nona Alice" sahut anak itu.
Dia menerima bunga itu dan berlari dengan riang menuju seorang warrior yang berjaga di gerbang.
Alice memperhatikannya dengan tawa, sementara anak anak yang lain sibuk meminta perhatian dari Alice.
Setiap sore, memang taman Pack House dibuka agar anak anak bisa bertemu Alice untuk sekedar berbincang.
Dan jika mereka membuat kesalahan, Alice akan menegur mereka dengan halus.
"Nona, lihat! Bunga nya layu" seru seorang anak dengan hebohnya
Alice segera beranjak, mendekati anak itu untuk melihat bunga yang layu itu.
"Menurut mu, kenapa bunga nya layu??" tanya Alice
Anak itu terlihat berfikir dengan keras, dapat terlihat dari perempatan di dahi nya.
"Oh! Mungkin karena beban hidupnya sebagai bunga sangat berat" jawab anak itu dengan polos
Alice hanya tertawa kecil.
Dia mengarahkan tangannya, menutup bunga itu dengan telapak tangannya.
Alice menutup matanya, berusaha memusatkan kekuatan yang baru baru ini dia latih.
Cahaya samar samar keluar dari bunga yang tertutup oleh tangan Alice itu.
Dan ketika Alice membuka kedua tangannya, bunga itu kembali hidup dan segar.
"Whoahh" anak anak berseru heboh
"Apa nanti aku bisa seperti itu??"
"Mana mungkin! Ibuku bilang, hanya Nona Alice yang bisa melakukannya karena dia istimewa."
"Yahh, padahal aku ingin sepertinya."
"Tinggikan dulu badanmu, baru nanti kau bisa seperti Nona Alice!"
Alice tertawa mendengarnya.
Percakapan mereka terdengar sangat lucu bagi Alice.
"Nathan, jangan seperti itu pada Jira. Nanti Jira akan sedih jika Nathan bicara seperti itu" tegur Alice dengan halus
"Maaf, Jira. Aku hanya bercanda" sahut seorang anak yang bernama Nathan itu
Alice tersenyum kecil.
Hatinya menghangat melihat anak anak itu yang tersenyum riang dan bermain bersama.
"Mereka sangat menggemaskan!" ujar Hannah
Dapat Alice rasakan juga jika Hannah tengah berguling guling saat ini.
Hannah dan kegemarannya terhadap sesuatu yang menggemaskan.
"Aku harap mereka selalu bahagia. Tak akan aku biarkan sesuatu yang buruk, terjadi pada mereka" ujar Hannah penuh dengan ambisi
"Benar. Mereka tidak boleh mengalami hal yang sama denganku" sahut Alice
"Hai" sebuah suara membuat Alice menoleh
Dia melihat seseorang yang tersenyum padanya dengan ramah.
Tapi Alice hanya tersenyum.
"Boleh aku bergabung??" tanya orang itu
"Tentu" jawab Alice
"Aku teman Alpha Gerald. Perkenalkan, aku Julian Sebastian." ujar orang itu
"Aku Alice. Alicia Sworth" sahut Alice
Orang itu hanya mengangguk dan tersenyum.
"Apa memang setiap sore, anak anak ini berada disini??" tanya Julian
"Iya, aku bermain dengan mereka" jawab Alice tanpa menoleh, tangannya sibuk merangkai bunga untuk dijadikan mahkota dan memberikannya pada anak perempuan
"Nah, sudah siap" ujar Alice.
"Jira, pakai ini" pinta Alice
Jira tertawa senang dan segera memakainya.
"Terimakasih, Nona" sahut Jira riang
"Baiklah. Sepertinya dia bukan seorang Omega" ujar Julian pada wolf nya, Raphael
"Dia sepertinya orang penting. Tapi kenapa temanmu itu tidak menjawab pertanyaan mu??" sahut Raphael
"Entah." balas Julian
"Sepertinya, tiga tahun aku pergi memberiku banyak tugas dan teka teki." lanjut Julian
"Alice!" panggilan Darren membuat Alice menoleh dan tersenyum
"Hai Darren" sahut Alice dengan senyuman
"Kau dicari oleh Alpha Gerald. Dia bilang, ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Jayden juga ada disana" jelas Darren
Alice tertegun sejenak.
"Hannah??" panggil Alice
"Ya?? Ohh! Jangan bilang Alpha Gerald akan merebut kembali pack Jayden yang berada dalam kekuasaan Witch??" tebak Hannah
"Wahh, benar benar. Aku kelelahan setiap ada penyerangan, tapi tanpa penyerangan aku bosan" keluh Hannah
"Baik. Aku kesana" sahut Alice
"Julian, aku pergi. Sampai jumpa dan selamat sore" ujar Alice
Julian hanya mengangguk dan tersenyum.
Darren mengikuti Alice menuju Pack House tempat Alpha Gerald mengumpulkan mereka.
"Alice?? Kemari" perintah Alpha Gerald
Alice mengangguk dan duduk di kursi samping Alpha Gerald.
Dan Alice merasa, jika suasana kali ini sangat lain.
Wajah Alpha Gerald terlihat sangat serius, begitupula dengan Jayden dan para warrior lain.
'Ada apa ini??' pikir Alice
"Kita, akan merebut kembali pack Jayden yang telah menjadi wilayah Witch" ujar Alpha Gerald serius
Alice tertegun dan menatap Alpha Gerald.
"Aku memutuskan jika Jayden berhak mendapatkan kembali Pack yang sudah susah payah diberdirikannya" jelas Alpha Gerald
"Sejujurnya.. Aku tidak apa. Lagipula hilangnya pack ku menandakan jika aku tidak cukup bagus untuk menjadi seorang Alpha" sahut Jayden
"Bagaimanapun itu hak mu. Setelah kita mendapatkan pack mu, terserah apa yang akan kau lakukan" balas Alpha Gerald
Jayden terdiam merenung. Dia tidak tahu jika Alpha Gerald memikirkan Pack nya sampai sejauh itu.
Jauh dalam dirinya, Jayden merasa ragu.
Ragu jika harus memimpin kembali pack yang sudah terambil alih itu. Kegagalannya dalam memimpin membuat rasa trauma tertanam begitu saja.
"Harga dirimu sebagai Alpha sudah tidak ada ya?? Atau kau memang hendak membiarkan Pack yang sudah dibangun susah payah oleh Darren dan ayahmu itu hancur??" sinis Sam
Telak.
Ucapan sinis dari Sam membuat tamparan tak berwujud bagi Jayden.
"Kau benar. Aku tidak boleh membiarkan pack ku lebih hancur dari sekarang" balas Jayden
Sam menyeringai. Dia mulai merasakan semangat berkobar dalam jiwa Jayden.
"Ayo, kita buat mereka memakan kekalahan" ujar Sam antusias
"Aku akan membantu. Hannah juga menyetujuinya. Bagaimanapun, aku tumbuh besar disana" ujar Alice
Alpha Gerald mengangguk dan tersenyum.
Dia tidak meragukan kekuatan Hannah dan Alice yang memang sangat besar. Dan tentu saja kekuatan Hannah akan sangat dibutuhkan.
"Jangan lupa untuk meminum ramuan buatan bibi Oline, Alice. Jaga identitasmu" pesan Alpha Gerald
"Temanku saja tidak menyadari aura mu tadi" lanjut Alpha Gerald
"Tentu, aku tidak akan lupa." sahut Alice dengan senyuman lebarnya
"Kau tidak keberatan untuk meminum ramuan, kan??" tanya Alpha Gerald
Dan Alice mengangguk.
"Tak apa. Itu untuk kebaikanku dan kalian juga" jawab Alice
-TBC-
Alohaaa~ Alice in da house.
Ehh salah. Sany in da house~
Btw kalian jahat banget gak mau ngelayat 😭
Ada yang cupang nya lagi manja, kasur nya gak mau ditinggal, yang lagi sedot debu, yang cupang nya meninggal, yang males, yang ayam nya mati malah ada juga yang bilang Britney mati itu kabar Hoax😭
Sany: (Main Jelangkung) "Punten. Britney?? Udah mati kan ya??"
Britney: Buset. Gua udah mati, masih aja ditanyain 😌
😭😭😭😭