Destiny With Bangtan (COMPLET...

By sangneul7

34.6K 3.2K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

17

704 66 2
By sangneul7

Pagi ini, Gina kembali memasuki apartemen mewah itu dengan langkah kecilnya yang santai. Alasannya datang pagi tidak lain agar ia bisa bertemu Yoongi sebelum pria itu berangkat kerja dan juga melihat kondisi Jungkook yang ditinggalnya kemarin.

Gina tidak menepati janjinya untuk menemani Jungkook hingga dokter datang melepaskan infusnya, karena saat ia keluar dari kamar, manajer Hobeom sudah kembali dan mempersilahkan Gina untuk pulang.

Sebagai gantinya Gadis itu berinisiatif membuat bubur untuk Jungkook, makanya bela-belain datang pagi sekali—tapi terlambat. Karena ketika ia memasuki dapur, Seokjin dan Namjoon sudah mengambil alih lebih dulu.

"Kalian masak apa?" tanya Gina ketika melihat Seokjin tengah berperang dengan panci pinknya dan Namjoon dengan talenan kayunya.

"Seokjin hyung mau masak sup pasta kedelai untuk maknae kami," jawab Namjoon.

Seokjin menoleh, melirik ke arah Gina yang tengah berdiri di depan konter."Wah Gina-ya, tumben kau datang pagi-pagi begini," sahutnya.

Gina membalas dengan kalimat usil tuk menggoda."Aku ingin melihat wajah tampanmu, Seokjin-nim." Seharusnya Gina tau seberapa narsis pria itu, godaannya bukanlah apa-apa untuk Seokjin. Gak mempan.

Seokjin pun mengambil umpan yang Gina berikan. Bersiap tuk melempar serangan balik. Dengan wajah jahilnya yang menjengkelkan namun tetap tampan Seokjin membalas, "Ehey, kuakui wajahku memang tampan, tapi kurasa kau lebih ingin melihat..."

"Seokjin-nim, kau benar-benar tampan," potong Gina cepat sebelum Seokjin meneruskan kalimat yang tidak boleh didengar Namjoon. Ia menorehkn senyum kelewat lebar dengan mata mengkedip-kedip seolah berusaha menyogok Seokjin untuk tidak berkata yang macam-macam dengan tingkah manisnya itu.

"Kau tidak perlu berkata sejujur itu, aku sudah tahu," timpal Seokjin penuh percaya diri seperti biasa tanpa menghentikan aktivitas memasaknya.

"Wah, aku tidak tau kalian sedekat ini," sahut Namjoon yang sibuk memotong lobak dan beberapa bahan masakan lainnya.

"Kau perlu tahu Namjoon-ah, Gina itu yeojach---"

"Seokjin-nim, apa kau perlu bantuan?" Dengan cepat Gina kembali memotong bicara Seokjin. Senyum paksa juga mata mendelik ditorehkannya. Sukses membuat Seokjin tertawa tanpa sungkan.

Namjoon yang terjebak di antara kedua orang itu hanya pelanga pelongo tidak mengerti tanpa berniat menanyakan kelanjutan kalimat Seokjin tadi.

"Ya sudah, gantikan Namjoon memotong sayur. Dari tadi dia belum selesai juga, yang ada dia malah melukai tangannya nanti," ucap Seokjin menerima tawaran Gina tadi.

Gina pun mendekati Namjoon yang terlihat kesulitan dengan kerjaannya. "Namjoon-nim, biar aku yang melakukanya."

Namjoon melepas pisaunya dan sedikit menyingkir, membiarkan Gina mengambil alih."Aku memang seperti ini Gina-ya," ucapnya sedikit terkekeh. "Aku tidak bisa melakukan apa yang orang biasa lakukan," sambungnya.

"Hey Namjoon-nim, kau mungkin memang tidak bisa melakukan apa yang orang biasa lakukan, tapi kau bisa melakukan apa yang orang tidak biasa lakukan," ungkap Gina tanpa melepaskan pandangan dari kesibukannya memotong lobak.

"Kau mungkin tidak bisa memotong ini secepat aku melakukannya, tapi percayalah kau masih lebih baik dariku. Karena kau bisa melakukan sesuatu yang lebih dari ini. Seperti berpidato di sidang umum PBB contohnya." Gina menoleh, memandangi Namjoon dengan senyuman hangat yang tersampir. "Kau itu spesial Namjoon-nim," ungkapnya.

Namjoon yang diberi pujian pun hanya senyam-senyum dengan kedua mata sipitnya yang membentuk lengkungan.

"Kau pandai berucap manis rupanya." Namjoon mengusap lembut tengkuknya. Merasa malu atas penuturan Gina barusan.

Demi menjaga kelangsungan memasak juga kedamaian dapur Namjoon pun memilih balik ke kamarnya, meninggalkan chef Seokjin bersama asisten barunya.

Tidak lama setelahnya suara celotehan mulai menggema layaknya alarm pagi. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Seokjin dan Gina yang asik mengobrol di sela-sela aktivitas memasak mereka. Hingga Yoongi terbangun dan menyingkap paksa kelopaknya. Mendudukkan diri sejenak lantas mematrikan senyum kala indra pendengarannya mengenali sosok pemilik suara.

Yoongi lekas menyibak selimutnya dan berjalan keluar tuk melihat sosok yang sudah seminggu ini tak pernah ditemuinya. Terlebih lagi kencan pertama mereka kacau karena ulahnya, tapi Gina dengan berbesar hati justru memaafkannya tanpa mendumel sedikit pun.

"Hey!" panggil Yoongi. Langkahnya terhenti tepat di depan konter, di depan Gina.

"Hey Yoonki-ah, tumben kau bangun lambat," sahutnya menoleh ke sang lawan yang tengah mematri senyum ke arahnya.

"Bukan aku yang bangun lambat, tapi kau yang datang cepat."

"Aku memang datang cepat, tapi kau tetap bangun lambat. Namjoon-nim sudah lebih dulu bangun darimu." Tidak heran bila Gina berkata demikian, karena biasanya Yoongi selalu jadi member kedua yang bagun pagi setelah Seokjin.

"Tapi, aku masih lebih dulu bangun dari member lain," bantah Yoongi. "Kau juga, kenapa datang pagi-pagi begini?"

"Dia merindukan wajah tampanku," sela Seokjin sesaat pria itu mendekat tuk mengambil gelas di atas konter. Dia ngucapin itu tanpa keraguan sedikit pun. Narsis banget emang.

Alis Yoongi menukik, sedang rautnya tak percaya. "Mwo?"

"Iya, tanya aja kalau gak percaya. Orang Gina sendiri yang bilang kok," katanya sembari menuangkan sesuatu ke dalam masakannya. Lalu melengos pergi tuk membangunkan member lain. Meninggalkan Gina yang harus menanggung akibat dari ucapannya tadi.

Yoongi mendudukan diri, lengannya menyilang di depan dada, sedang matanya menyorot sinis.

Gina yang peka akan tatapan Yoongi pun mengulum senyum paksa. "Itu... itu...."

"Bagaimana bisa kau merindukannya dan tidak merindukannku?" Yoongi berucap datar.

"Hey tentu saja aku merindukanmu, makanya aku datang pagi, biar bisa melihatmu sebelum kau pergi bekerja," jawab Gina berhasil merubah tatapan sinis Yoongi. Yang bisa dibilang tidak benar-benar sinis sih, hanya saja bawaan mata Yoongi memang seperti itu. Menyudutkan.

"Pergilah mandi. Sarapannya akan siap sehabis kau mandi." Gina mengalihkan. Merasa malu dengan pengakuannya barusan.

"Aku akan membantumu." Yoongi lekas bangkit dari duduknya. Gak mau kalah dari Gina yang rela relain datang pagi biar mereka bisa ketemuan, Yoongi pun berniat membantu agar mereka bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama.

"Tidak, tidak, tidak. Kau harus mandi, habis itu sarapan," tolak sang gadis.

"Aku bisa membantumu, lalu sarapan, lalu mandi, selesai."

"Tidak, kau harus mandi dulu baru sarapan, itu baru benar."

"Kalau begitu aku akan membantumu, lalu mandi, setelahnya baru sarapan."

"Tidak, kalau seperti itu nanti makanannya sudah dingin."

"Kalau begi---"

"Yoonki-ah, bisakah kau menurutiku sekali ini saja?" selanya memasang wajah pasrah. Lebih tepatnya memohon.

"Baiklah aku akan mandi " Yoongi mengalah. Mengakhiri debat kecil mereka lalu berbalik tuk menapakkan kakinya kembali menuju kamar.

Kepergian Yoongi menyisakan kesendirian bagi Gina. Lekas bergerak lebih cepat tuk menyelesaikan masakan sesuai arahan sang chef yang pergi meninggalkan dapurnya. Untuk beberapa saat Gadis itu membisu di tempat, memandangi panci pink Seokjin yang tak tau harus dia apakan. Bingung. Dia lupa arahan Seokjin tadi. Apakah dia harus memasukan tahu bersamaan dengan sayur atau menunggu dulu hingga sayurnya matang baru dimasukkan?

Ketika tengah dilanda kebingungan, rungunya mendengar suara langkah kaki memasuki dapur, pikirnya itu Seokjin."Seokjin-nim apa yang harus aku lakukan dengan---" Ia berbalik dan mendapati Jungkook.

"Jungkook-ah kau sudah sembuh?" tanyanya refleks. Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Yang justru membuat Gina penasaran. Lantas mendekat tuk menangkupkan telapaknya di kening Jungkook.

"Mwo haneun geoya?" Nada suara Jungkook terdengar ketus, seolah tak nyaman. Gurat wajahnya yang datar juga seakan mempertegas hal tersebut.(Apa yang kau lakukan?)

Sadar dengan nada bicara Jungkook yang agak berbeda membuat Gina segera menarik tangannya. "Oh Mianhea."

Jungkook mengacuhkan Gina. Melengos pergi membuka kulkas untuk mengambil minum.

"Jungkook-ah, alangkah baiknya kau menghindari minuman dingin dulu, aku bisa membuatkanmu susu hangat," tawarnya penuh perhatian.

"Tidak perlu." Lagi-lagi Jungkook berucap ketus. Lalu pergi begitu saja dengan sebotol susu di tangannya.

Perubahan sikap Jungkook begitu kentara. Dingin. Judes. Sampai-sampai Gina harus susah payah meneguk salivanya sendiri. Terlalu kaget atas perubahan sifat Jungkook yang mendadak itu. Tak percaya juga, sebab ini pertama kalinya ia melihat Jungkook versi judes setelah sekian lama bekerja.

Sebenarnya apa yang salah dengan Jungkook?

Gina mulai berpikir, apa mungkin ia terlalu lancang memegang dahi seorang Jungkook? atau mungkin Jungkook marah karena ia tidak menepati janjinya?

Ah, sepertinya tidak keduanya. Kemarin Gina juga sempat kok megang dahi Jungkook buat meriksa kondisinya. Pas pulang kemarin Gina juga pamitan sama Jungkook.

Lantas apa?

Bukankah semuanya baik-baik saja kemarin?

Ah, iya. Semuanya berjalan baik sampai adegan rebutan ponsel terjadi. Semuanya jadi kacau setelahnya. Jungkook sih yang kacau. Gina enggak. Udah biasa lagi. Adaptasinya cepat.

"Gina-ya, bagaimana supnya?" Seokjin muncul tiba-tiba.

"Aku belum-yakh!!! Seokjin-nim, kenapa kau keluar seperti itu?" histeris Gina dengan kedua tangan bergerak menutupi wajahnya. Bagaimana tidak mau histeris kalau di hadapannya ada pemandangan yang menyilaukan mata. Pria yang dijuluki worldwide handsome itu hanya menggunakan handuk yang mengampir di pinggang, menutupi bagian bawahnya dan membiarkan dada bidangnya terekspos. Rambut basahnya dibiarkan menjuntai begitu saja. Sexy. Menggoda. Jiwa fangirl Gina terpanggil keluar jadinya.

Bukannya bergegas kembali ke kamar untuk memakai baju, Seokjin malah memasuki dapur."Kenapa kau belum memasukan bahannya?" ucapnya seraya memasukkan beberapa bahan sayur ke dalam panci pink yang kuahnya sudah mendidih sejak tadi.

"Aku lupa," jawab Gina masih dengan tangan yang menutupi wajah. Tubuhnya memutar mengikuti Seokjin.

"Sudah kuduga kau lupa, makanya aku buru-buru mandi dan keluar seperti ini." Seokjin masih sibuk mengurusi supnya.

"Setidaknya pake baju dulu biar aku gak perlu menutup mata begini," protes gadis itu.

Seokjin berbalik. "Berhentilah berpura-pura. Kau mengintip dari tadi."

Gina cengo. Ia tertangkap basah. "Bagaimana kau tau?" Entah saraf matanya rusak atau bagaimana, yang jelas matanya tak bisa tertutup melihat penampilan Seokjin itu. Makanya ia menggunakan kedua tangannya sebagai alibi agar Seokjin tidak berteriak atau memarahinya seperti dulu.

Seokjin mendekat, mengikis jaraknya dengan Gina. Lantas melayangkan jarinya tuk menunjuk tepat didepan mata Gina yang membelalak. "Bagaimana aku tidak tahu kalau matamu terlihat jelas di sela jari-jarimu ini."

Gina yang ketahuan mulai menurunkan tangannya. Ia heran. "Seokjin-nim, kenapa kau tidak berteriak atau marah seperti sebelumnya?"

Seokjin mengendikkan sudut bibirnya."Aku tidak malu lagi," katanya. Sekuat mungkin Gina berusaha menahan tawa. Seketika teringat kembali dengan kejadian terakhir.

"Aku mau menunjukkanmu sesuatu di bawah sini," ujarnya tiba-tiba. menyeringai sambil menunjuk sesuatu di balik handuk. Pikiran Gina yang tadinya tidak beres kini makin melanglang buana.

"Mwo--mwoya?" Gina terbata-bata. Benci dengan pikirannya yang mulai traveling.

"Jamkkanman." Perlahan Seokjin mulai melepas lilitan handuk yang menutupi. Membuat Gina kembali kepayahan mendorong salivanya. Matanya mewanti-wanti tanpa berkedip. Namun, detik berikutnya menghitam. Pandangannya mendadak gelap sebelum ia sempat melihat sesuatu yang ingin Seokjin tunjukan itu. Seseorang menutup matanya erat dari arah belakang. (Tunggu sebentar)

"Hyung! apa yang kau lakukan?!" sergah Yoongi. Pria itu masih dengan penampilan bangun tidurnya karena menunda mandi usai mendengar suara histeris Gina tadi.

"Ani..., aku hanya mau memperlihatkan celana pendekku ini," katanya memamerkan celana pendek selutut berwarna merah dengan motif bunga-bunga, seperti celana pantai. (Tidak)

"Mwo?" Gina menarik paksa belenggu tangan Yoongi yang menutupi matanya.

"Ibuku membelikan celana seperti ini selusin. Kebanyakan. Jadi aku berniat membaginya ke Gina jika dia mau," jelasnya.

Yoongi kembali menutup paksa penglihatan Gina. Alisnya menukik tak senang. "Tapi hyung, tetap saja kau tidak boleh keluyuran seperti itu."

"Yoonki-ah, Seokjin-nim tidak keberatan jika aku melihatnya, jadi tolong lepaskan tanganmu," pinta Gina. Tangannya masih berusaha melepas belenggu Yoongi.

Yoongi menghela nafas gusar. Tampak kesal. "Aku yang keberatan!"

***

"Yoongi-ah! Jungkook-ah! cepat sedikit," panggil Seokjin saat semua orang sudah bersimpuh di meja makan dengan menu sarapan yang telah terhidang dan masih harus menunggu kedua member lainnya. Pria itu tidak akan memulai sarapan sebelum semua orang berkumpul, karena ia penganut sistem kebersamaan.

Tak lama dari itu akhirnya Yoongi memunculkan diri. Mengambil tempat tuk duduk di sebelah Gina, karena hanya kursi bagian depan dan samping Gina yang kosong.

"Jungkook-ah, aku rela bangun pagi dan membiarkan Namjoon memasuki dapur hanya untuk membuatkanmu sarapan, jadi cepatlah sebelum supnya dingin," panggilnya kembali. Hingga Jungkook memunculkan batang hidungnya dan mengambil tempat di kursi terakhir, di depan Gina.

Meski saling berhadapan mereka tak lantas saling bersitatap, lebih tepatnya Jungkook yang enggan tuk melihat ke arah Gina. Membuat gadis itu merasa canggung dan terus menerka-nerka alasan Jungkook berubah sikap.

"Taehyung-nim biar kuambilkan." Melupakan Jungkook sesaat, gadis itu lantas membantu Taehyung yang lagi kesusahan buat ngambil sup.

"Sampai kapan kau akan memanggilku Taehyung-nim?" tanyanya kala Gina memberikan semangkok sup untuknya. Lagi pula Taehyung rasa mereka sudah cukup akrab untuk menghilangkan embel-embel nim itu.

"Mulai sekarang kau harus berhenti memanggil kami seperti itu," pinta Seokjin dengan mulut mengunyah layaknya hewan alpaca.

"Eoh, kau terlalu formal Gina-ya," sambung Hoseok.

"Lalu aku harus memanggil apa?" tanya gadis itu dengan wajah bingung.

"Panggil Oppa lah," cetus Taehyung dengan entengnya.

"Oppa?" tanya Gina ragu-ragu. Sejujurnya ia sedikit enggan tuk menggunakan kata itu, terlebih untuk memanggil member Bangtan. Dia bukannya tidak mau menggunakan kata itu, hanya saja bila ia lakukan efeknya sama seperti ketika Jungkook memanggilnya Noona. Ada gelenyar aneh yang bersarang kala kalimat itu terdengar atau terucap. Sebenarnya ini bukan masalah katanya, tapi lebih pada siapa dan darimana kata itu diucapkan.

"Coba praktekkin. Panggil kita dengan sebutan oppa." Jimin ngucapin itu dengan senyum manisnya. Bikin Gina jadi gak enak buat nolak.

"Taehyung Op---pa, Hoseok Oppa, Jimin Oppa, Seokjin Oppa, Namjoon Oppa, Jungkookie..." Ada jeda beberapa saat ketika pandangannya beralih ke Yoongi yang terlihat seperti sedang menunggu Gina untuk mengucapkan kata sakral itu. Pasalnya ia pernah menggoda Gina tuk memanggilnya dengan sebutan Oppa itu, namun Gina menolak keras. Bagi Gina sebutan Oppa itu terlalu intim sebagai pasangan. Lagian, dia lebih suka memanggil Yoongi dengan nama. Bukannya gak sopan, hanya saja ia merasa seperti punya status kepemilikan tatkala bibirnya berucap tuk memanggil nama Yoongi.

"Yoongi Oppa," lanjutnya menahan malu. Lalu memalingkan muka. Sedang Yoongi tengah bersusah payah menahan bibirnya agar tidak mengumbar senyum kelewat lebar. Merasa menang karena akhirnya Gina manggil dia oppa juga.

"Nah, begitu kan terdengar lebih enak," cicit Taehyung lagi. Mengumbar senyum kotaknya pada yang bersangkutan.

Gina mengangguk samar sebagai balasan. Kepalanya menunduk semakin dalam. Berpura pura menikmati supnya padahal ia sedang berusaha menenangkan diri. Mengenyahkan gelenyar aneh yang bersarang usai melontarkan kata itu untuk pertama kalinya.

Yoongi menyenggol lengan Gina. Membuat sang lawan menoleh dengan gurat tanya yang terpatri. Kedua sudut bibir Yoongi terangkat, menciptakan lengkungan indah yang kelewat manis namun terkesan jahil. Netranya melirik sekitar, seperti sedang membaca situasi. Lalu belah bibirnya membuka dan merangkai kata tanpa suara.

"Yoongi oppa," godanya dengan wajah ngeselin tapi manis.

***

Yokkkk. Aku update lagi ini.

Jadi ada yang bisa nebak gak, Jungkook kenapa jadi judes gitu?

Ah, satu lagi, ada yang keberatan ternyata. Yaelah abang Yoongi bisa cemburu juga 😆 disini aku memamg bikin Yoongi jadi cemburuan, pengen liat dia cemburu soalnya, biasanya kan Yoongi itu identik cuek cuek sayang gitu.

Ah, aku juga masih belajar nulis, masih pemula, jadi maafin yah kalau ceritanya masih rada rada gimana gitu hehehe, tapi makasih loh udah nyempetin waktu buat baca 😉

Oh yeah jika berkenan kasih review dong, buat bahan pembelajaran aku biar bisa lebih baik lagi.

Ini terakhir beneran. Jangan lupa ninggalin jejak yah sayang sayangku 🤭

Continue Reading

You'll Also Like

499K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
84.1K 8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
153K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
80.3K 7.8K 27
Ada hal yang membuat banyak orang menyesal, salah satunya cinta! Iya cinta yang terabaikan Kadang kala hati selalu kalah oleh logika, bukankah mencin...