[S1] The Beginning Of Our Des...

By SUN1396

64.3K 6K 1.3K

[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang... More

Prolog
1. Jeon Wonwoo
2. Kim Mingyu
3. Teman ?
4. Kau tidak akan mengerti
5. Tak terduga
6. Batas kesabaran
7. Sandaran
8. Kejujuran
9. Keputusan
10. Lee Jihoon Pt.1
11. Lee Jihoon Pt.2
12. Perpisahan yang sesungguhnya
13. Karena aku rumahmu
14. Keinginan yang sederhana
15. Pertemuan kembali
16. Sang pengecut
17. Tak lagi sama
18. Kebohongan
19. Ungkapan tak biasa
21. Bayi beruang kesayangan
22. Kebaikan berujung kehancuran
23. Maaf yang tak tersampaikan
24. Kesepakatan
26. Penuh harap
27. Undangan makan malam
28. Menusuk dari belakang
29. Membunuhku dengan perlahan
30. Sebuah pengakuan
31. Antara dua pilihan
32. Beban baru
33. Sampai kapan ?
34. Dibutakan oleh cinta
35. Selembar kertas
36. Aku kembali...
37. Hilangnya harga diri seseorang
38. Amarah yang menggebu
39. Kembali berkorban
42. Tak akan menyesal
43. Mulut dapat berbohong, sedangkan hati...
45. Dejavu
47. Pemilik mata rubah yang kami rindukan
48. Untukmu ibu
49. Ijinkan aku berada disampingmu
Epilog
📢 Pengumuman
📢 Info
🎉 It's PO Day

25. Benarkah itu kau ?

752 112 20
By SUN1396

Happy Reading

.

.

.

"Appa terima kasih telah menolongku." ujar Wonwoo kepada Tuan Kim yang berada tepat disampingnya.

Kini keduanya tengah berada didalam mobil yang sama menuju Sekolah Wonwoo. Tuan Kim memang sengaja mengantar Wonwoo ke sekolah yang bahkan tak sejalur dengan kantornya. Mengingat kembali kejadian semalam ketika Wonwoo diperlakukan kasar oleh Seungcheol, anak sulungnya itu hampir menghilangkan nyawa Wonwoo dan membuat Tuan Kim ingin menjadi penolong untuk anak angkatnya ini. Tuan Kim tahu bagaimana takutnya Wonwoo ketika melihat Seungcheol memperlakukan dirinya seperti seseorang yang tak berhak hidup.

Seungcheol memang sangat menakutkan dan akan menjadi seseorang yang seperti bukan dirinya ketika sesuatu hal terjadi kepada adiknya. Ini bukanlah kali pertama Seungcheol seperti itu, bahkan dengan teganya ia memisahkan Mingyu dengan kedua sahabatnya. Jaehyun dan Eunwoo telah pergi ke negeri tetangga setelah mendapat perintah dari Seungcheol atau bisa dikatakan Seungcheol yang menyuruh mereka berdua pergi menjauh dari adiknya. Bahkan Seungcheol tak memberi kesempatan kepada kedua anak itu untuk bertemu Mingyu yang terakhir kalinya.

Dan kali ini Tuan Kim tidak ingin kejadian yang lalu terulang kembali. Sampai saat inipun Mingyu belum bertemu dengan kedua sahabatnya itu. Tak jarang Mingyu menanyakan kedua sahabatnya dan bahkan diam-diam mencari informasi, namun hasilnya tetap nihil. Mereka berdua seolah ditelan oleh bumi. Tuan Kim tidak ingin Wonwoo bernasib sama seperti kedua sahabat Mingyu. Apalagi sekarang Wonwoo berstatus sebagai anak angkat keluarga Kim, dan tidak berhak untuk pergi dari tempat tinggalnya sekarang.

Mungkin sekarang Tuan Kim sedikit lega atas sikap Seungcheol yang bisa meredam emosinya dengan baik. Tapi sadarkah Tuan Kim bahwa anak sulungnya itu tak bisa membuat Wonwoo tenang ? Seungcheol bahkan dengan sengaja memaksa Wonwoo agar anak itu mau menyetujui kesepakatan yang dibuatnya. Ya. Kesepakatan itu berisi bahwa Wonwoo harus menemukan pelaku yang telah melukai Mingyu secepat mungkin. Jika Wonwoo gagal, maka ia harus angkat kaki dari tempat tinggalnya saat ini. Bagi Wonwoo itu tidak ada bedanya dengan dirinya diperlakukan kasar oleh Seungcheol. Dibandingkan angkat kaki dari rumah, lebih baik ia mati ditangan Seungcheol.

Bukankah itu lebih baik ? Daripada ia harus hidup dalam kesengsaraan kembali, jadi lebih baik ia mati bukan ? Lagipula didunia ini tak ada lagi yang menerima dirinya dengan baik. Meskipun dirinya hidup sebagai Kim Wonwoo, tetap saja ia seorang pembunuh Jihoon. Tak ada yang lebih baik dari dirinya hidup sebagai Kim Wonwoo maupun Jeon Wonwoo. Dunia sangatlah kejam untuknya.

Tuan Kim menatap Wonwoo dengan perasaan sedih. Mengapa ia harus bertemu dengan anak sebaik dan serapuh Wonwoo ? Lihatlah dengan menatapnya seperti ini saja hatinya begitu sakit. Wonwoo tak berhak mendapatkan rasa sakit seperti ini. Seharusnya ia hidup seperti remaja lainnya, tidak mendapatkan beban hidup yang teramat berat. Rasanya Tuan Kim ingin terus bersama Wonwoo dan melindunginya dari siapapun. Entahlah, ia merasa jika dirinya harus menjadi seseorang yang selalu ada untuknya.

Wonwoo hanya diam ketika Tuan Kim mengelus puncak kepalanya pelan. Remaja bermata rubah itu merasa seluruh tubuhnya menghangat dan merasa nyaman diperlakukan seperti ini. Tuan Kim yang tak lain adalah ayah angkatnya tidak pernah memperlakukan dirinya sebaik dan setenang ini. Wonwoo sangat senang sampai ia berharap Tuan Kim akan terus melakukan ini padanya lebih lama lagi. Mungkinkah seperti ini rasanya mendapatkan perlakuan hangat dari sosok ayah ?

Rasanya Wonwoo ingin menangis sekarang ini.

"Hey kau menangis, Wonwoo-ya ?" tanya Tuan Kim tanpa sadar melihat kedua mata Wonwoo memerah, hendak mengeluarkan air matanya.

Wonwoo yang sadar langsung mengucek matanya dan sembari tersenyum dipaksakan. Senyuman seolah ada yang lucu dan menampik perkataan Tuan Kim, "Aku tidak menangis. Hanya saja aku sedikit mengantuk." bohongnya.

Tuan Kim ikut tersenyum melihat bagaimana usaha Wonwoo yang menyembunyikan kesedihannya darinya. Lihatlah anak itu salah tingkah dan menghindari kontak mata dengannya. Di satu sisi Wonwoo terlihat menyedihkan dan di sisi lainnya Wonwoo sangat menggemaskan dipandangan Tuan Kim. Mungkin cara inilah yang dilakukan Wonwoo untuk menutupi segala kerapuhannya. Seandainya banyak orang tahu bagaimana Wonwoo yang rapuh, mungkin saat ini Wonwoo tak akan seperti ini. Wonwoo akan menjadi seseorang yang tidak menyembunyikan kerapuhannya seorang diri.

"___baiklah aku memang ingin menangis. Perlakuanmu yang membuatku seperti ini, appa. Aku sangat senang sekali kau memperlakukan aku sebaik ini." dan entah mengapa Wonwoo tidak bisa berbohong kepada sosok ayah angkatnya. Wonwoo merasa jika ia berbohong akan menyakiti perasaannya.

Tanpa ragu Tuan Kim menarik tubuh Wonwoo kedalam pelukannya. Tentunya apa yang dilakukan Tuan Kim ini membuat Wonwoo terkejut, "Menangislah jika memang kau tidak bisa menahannya. Jangan mempersulit dirimu dan melukai dirimu sendiri. Sekarang ada appa yang akan menjadi pendengar keluh kesahmu."

Perkataan Tuan Kim seolah seperti mantra untuknya, Wonwoo tak lagi bisa menahan air matanya. Ia benar-benar menangis didalam pelukan hangat ayah angkatnya. Tangisnya bertambah terisak ketika tangan Tuan Kim nengelus punggungnya pelan. Untuk pertama kalinya Wonwoo menangis terisak dalam pelukan seseorang. Biasanya ia akan menangis seorang diri ataupun menahannya sampai membuatnya sesak.

"Tolong jangan tinggalkan aku, appa. Aku tidak punya siapapun yang bisa aku jadikan sebagai tempat berlindung." ujarnya seperti sebuah perintah kepada Tuan Kim. Padahal tanpa perintahpun Tuan Kim akan melindunginya.

"ugh." ringisnya ketika tubuhnya dipaksa bangun dan membuat kepalanya yang memang masih terasa sakit malah bertambah sakit.

Wonwoo mengitari ruangan asing yang ditempatinya sekarang ini. Tak ada siapapun selain dirinya. Ini dimana ? Mengapa ia bisa ditempat ini dan lagi ada jarum infus yang menusuk punggung tangan kirinya. Wonwoo tidak mengerti atas semua ini, ia hanya mengingat ketika dirinya berjalan di koridor menuju kelas. Sesampainya di kelas ia tidak bisa menahan emosinya. Emosinya meledak begitu saja. Karena itukah ia berakhir ditempat ini ?

Flashback

Setelah berpamitan kepada Tuan Kim, Wonwoo langsung berjalan dengan langkah lebar menuju kelasnya. Kepalanya yang biasanya menunduk tak berani menatap orang-orang sekitar, sekarang ia menegakkan kepalanya dengan sorot mata tajam. Siapapun yang melihatnya akan takut dan sorot mata itu seolah akan membunuhnya. Sekarang tak ada Mingyu yang melindunginya, jadi ia harus bisa menghilangkan ketakutannya seorang diri. Ia tidak ingin terus bergantung kepada Mingyu.

Sesampainya dikelas, Wonwoo kembali mendapatkan tatapan tajam dan tak suka dari teman sekelasnya. Mereka cukup terkejut dengan kedatangan Wonwoo yang datang tiba-tiba, jangan lupakan juga sorot matanya yang tajam. Rupanya saat ini Wonwoo berani mengangkat kepalanya dan tidak ada rasa takut seperti biasa. Wonwoo yang biasanya langsung pergi ke tempat duduknya, kali ini ia berdiri tepat didepan kelas seolah tak ada niatan pergi ke tempat duduknya.

Banyak yang merasa bingung atas sikapnya ini. Wonwoo seperti tengah menantang mereka untuk menyerangnya, "Apa yang kau lakukan ! Kau ingin membunuh kami eoh ?" ujar salah satu dari teman sekelasnya yang siapa lagi jika bukan Kim Rowoon.

Wonwoo melihatnya. Melihat bagaimana Kim Rowoon menatap dirinya tak suka dan penuh kebencian, mungkinkah Rowoon pelakunya ? Dilihat dari bagaimana Rowoon tak suka dengan Mingyu yang selalu membela dirinya. Haruskah ia percaya akan tebakannya ? Ataukah Lee Jin hyuk ? Bukankah mereka berdua memang tidak suka dengan kedekatan dirinya bersama Mingyu ? Mereka selalu saja mencoba memisahkan dirinya bersama Mingyu.

Tidak. Ia tidak boleh asal menuduh. Bisa-bisa dirinya yang akan terluka dan pada akhirnya ia tak bisa menemukan siapa pelaku yang telah melukai Mingyu. Sebisa mungkin ia harus menemukannya, demi keinginan hidupnya yang sangat sederhana. Ia hanya ingin terus bersama keluarga angkatnya. Bukankah itu sangat sederhana ?

"Aku hanya ingin kalian menjawab dengan jujur. Siapa diantara kalian yang mengurung Mingyu di gudang dan melukainya ? Aku tahu salah satu dari kalianlah pelakunya." ujar Wonwoo to the point membuat mereka langsung berbisik seolah tidak mempedulikan Wonwoo. Apa yang dikatakan Wonwoo seperti sebuah candaan untuk mereka.

BRAKK

"___JAWAB ! BISAKAH KALIAN MENGANGGAP KEHADIRANKU SEKALI SAJA ? TOLONG JUJURLAH PADAKU." teriak Wonwoo membuat mereka tak percaya bahwa seorang Wonwoo akan semenakutkan ini ketika marah. Lihatlah tak ada yang bisa melawannya. Bahkan mereka menjadi diam tanpa berbisik seperti tadi.

Kau harus menemukannya atau kau keluar dari rumah ini dan hidup sebagai Jeon Wonwoo lagi.

"Yak ! Sebenarnya ada apa denganmu, eoh ? Kau ingin kami menjawab jujur padamu, sedangkan diantara kami tidak ada yang melakukan itu padanya." ujar Lee Jin Hyuk memberanikan diri. Ia tidak tega melihat teman-temannya ketakutan seperti itu.

Wonwoo tersenyum kecut. Tidak. Ia tidak percaya dengan perkataan Jinhyuk. Pasti salah satu dari teman sekelasnya ini pelakunya. Tidak mungkin Mingyu terkurung oleh dirinya sendiri. Dan juga dengan tubuh yang terluka, itu sama sekali tidak memperlihatkan bahwa Mingyu terkurung dengan kebodohannya sendiri. Sudah jelas jika ada yang mengurungnya dan melukainya terlebih dahulu.

Manusia jaman sekarang bukankah sangat menakutkan ?

"Yak ! Bisakah kau behenti berbuat ulah ? Kau pikir kami akan takut padamu ? Sampai kapanpun kami tidak akan mengaku padamu. Sungguh lucu harus mengaku pada seorang pembunuh." suara itu siapa lagi jika bukan Jung Chaeyeon, wanita yang menyukai Mingyu tapi membenci Wonwoo. Lihatlah kedua tangan itu dilipat didepan dada dengan kesombongannya.

Wonwoo mengepalkan kedua tangannya erat. Ingin sekali ia memukul wajah cantik Chaeyeon sampai membuatnya tak lagi cantik. Tapi tunggu ! Mengapa kepalanya kembali berdenyut sakit dan bahkan penglihatannya tiba-tiba berputar ? Ada apa dengannya ? Apakah ia akan jatuh pingsan dihadapan teman-temannya ini ?

Tanpa sadar Wonwoo meremas kepalanya dengan kasar seolah mencoba menarik paku yang menusuk kepalanya. Wonwoo merasa jika ribuan paku menusuk kepalanya, sungguh sakit sekali. Mengapa ia tak seberuntung ini ? Ia bahkan tidak menemukan pelaku yang melukai Mingyu dan malah dirinya harus merasakan sakit pada kepalanya diwaktu yang tidak tepat.

"AKU TANYA SIAPA YANG MELUKAI MINGYU !" teriaknya lagi sampai

DUG.

Sesuatu menghantam pelipisnya dan itu sukses membuat kepalanya bertambah sakit. Pandangan kedua matanya semakin bertambah buram. Keringat dingin telah membasahi tubuhnya. Jangan lupakan juga darah segar yang mengalir cukup deras dari keningnya. Kedua matanya mulai memberat, membuat dirinya tak dapat lagi mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Wonwoo merasa tubuhnya mulai ringan dan tanpa dapat ditahan, tubuh kurusnya pasrah menghantam lantai kelas yang dingin.

"WONWOO-YA."

Soonyoung memanggilku ?

Flashback End

"Kau sudah bangun, Wonwoo-ya ? Masih merasa pusing atau sakit ?" suara seseorang membuat Wonwoo tersadar dari lamunannya.

Wonwoo tak langsung menjawab pertanyaan dari seseorang yang ternyata adalah petugas kesehatan di sekolahnya. Wanita yang masih muda itu tersenyum hangat kepalanya, namun tak membuat Wonwoo tertarik. Wonwoo merasa ada benda asing yang menempel pada pelipisnya, dengan cepat ia merabanya dan itu adalah sebuah perban.

"___pelipismu berdarah. Tapi tenang saja tidak ada yang serius. Pasti kau kurang tidur dan tidak menjaga pola makanmu dengan baik bukan ? Jadi ssaem sengaja memasang infus agar tubuhmu lebih segar dan memberikanmu vitamin." jelas dokter tersebut seolah tahu apa yang tengah dirasakan oleh Wonwoo.

"Siapa yang membawaku kemari ?" seolah tak tertarik dengan penjelasannya. Wonwoo malah memberikan pertanyaan lain kepadanya. Wonwoo tidak berharap lebih, tidak mungkin mereka sudi membawanya kemari. Mengajaknya bicara saja mereka tidak sudi, apalagi membawanya ke ruang kesehatan.

"Tentu saja temanmu. Jika tidak salah namanya Kwon Soonyoung. Kau harus berterima kasih padanya, Wonwoo-ya. Bahkan dia rela seragam sekolahnya ternodai oleh darahmu."

"Soonyoung ?"

Benarkah Soonyoung ?



#21112020

Maaf telat lanjutin.
Kemarin-kemarin sodaraku nikah dan aku gak bisa fokus nulis karena berisik 😭
Sekali lagi maaf ya 😭

Dibawah ini ada FF versi meanie remake dari FF Lucid Dream cast Kyuhae. Ceritanya masih sama, cuma ganti cast aja. Siapa tahu ada yang belum pernah baca. Mau versi Kyuhae (Lucid Dream) atau versi Meanie (One More Chance) ceritanya sama saja ko 🤭

Continue Reading

You'll Also Like

90.6K 9.1K 37
FIKSI
2K 138 11
Aku mencintaimu, hyung Tak bisakah kau membalasnya? [Soojun || Soogyu || Beomtae] Kalau anda bingung, kita sama 🌸 short story 1 🌸 1 chapter = 300-5...
414K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
21.4K 1.7K 16
seorang gadis yang memiliki keluarga yang sangat posesif kepada dirinya, gadis yang sangat di sayang oleh kakak kakaknya dan ibunya.