Destiny With Bangtan (COMPLET...

By sangneul7

34.9K 3.3K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

13

852 87 8
By sangneul7

Hellooooooo

Aku balik lagi nih

Ada yang nungguin gak? Gak ada yah? Oke baiklah tak apa hehehe. Aku tetap update kok.

Yang baca ini tolong tinggalin jejak dong, entah vote atau komen kah, biar aku tau ternyata ada juga yang baca ceritaku ini 😆

***

Suasana hening mengisi ruangan, menyisakan Gina yang tengah duduk melantai, bergelut dengan buku pembelajaran bahas koreanya sambil ditemani bunyi dentingan jam dinding yang ada di ruang tengah dorm.

Sambil menunggu cuciannya selesai Gina menyempatkan diri untuk belajar, sebab ada target yang harus dikejar. Ia begitu fokus sampai suara pintu terbuka mengalihkan.

"Yoonki-ah!" serunya melihat sosok Yoongi berjalan malas ke arahnya.

"Kau sedang belajar?" tanya Yoongi lalu mendudukan diri di atas sofa dekat Gina.

Gina mengangguk, berbalik menilik Yoongi yang tengah menutup mata dengan punggung tersandar."Yoonki-ah kau kenapa?" tanyanya dengan nada khawatir melihat bibir Yoongi yang tidak semerah biasanya.

"Aku hanya sedikit pusing," jawab Yoongi masih dengan mata tertutup.

Gina bangkit dan ikut mendudukan diri di samping Yoongi. "Sudah minum obat?"

Masih dalam posisi yang sama Yoongi menggeleng. "Aku hanya perlu istirahat."

"Kau yakin baik-baik saja?" Gina menatap cemas. Yoongi hanya mengangguk sebagai balasan.

Gina terlampau prihatin pun ingin tau kondisi Yoongi yang sesungguhnya. Lalu mendekatkan diri tuk memeriksa."Buka matamu biar kulihat," pintanya.

Dengan punggung yang masih bersandar Yoongi membuka mata, mendapati  presensi Gina begitu dekat hingga membuatnya jadi gelagapan. Terlebih saat gadis itu mulai memegang wajah putih Yoongi dengan tangan kasarnya, lancang sekali memang, namun berhasil membuat Yoongi kesusahan meneguk ludah sendiri.

Gadis itu menatap lurus, sedikit menarik kantung mata Yoongi dengan ibu jarinya dan mulai menelisik sesuatu di sana.

Yoongi membisu. Memperhatikan wajah elok sang lawan dalam diam dari jarak dekat. Tak peduli lagi apa yang sedang Gina lakukan padanya. Kali ini Yoongi kalah. Dia akui itu, sebab Gina telah berhasil memporak porandakan jantungnya.

"Conjungtivamu pucat," ucapnya setelah beberapa detik melakukan pengamatan. Lalu beralih memandangi Yoongi. "Ini karena kau banyak be---" Kalimatnya terhenti kala mendapati tatapan aneh dari Yoongi. Terlebih lagi ia baru sadar akan posisinya yang terkesan mendempet Yoongi, terlalu dekat, hingga menyisakan sekat tipis di antara mereka.

Damn, apa yang kulakukan?

Sejenak merutuki diri Gina pun berucap,"Ah maaf."

Pikirnya ia terlalu lancang memegang wajah berharga Yoongi lalu hendak segera melepas pegangannya yang melekat di wajah pria tersebut. Namun, tungkai atas Yoongi bergerak lebih cepat, menahan pegangan Gina agar tidak terlepas dari belah gembulnya.

Kedua mata mereka bersirobok selama beberapa detik. Memandangi satu sama lain dari jarak terdekat yang pernah mereka lakukan. Menimbulkan desiran aneh yang membabi buta dalam diri masing-masing. Tak ada satupun yang beranjak memisahkan diri. Seakan menanti adegan selanjutnya.

Seolah mendapat lampu hijau dari Gina, Yoongi pun perlahan bergerak maju, mengikis jarak hingga tersisa beberapa senti dari wajah Gina. Pandangannya pun mulai turun melihat belah kenyal berwarna cherry yang terpampang indah disalah satu bagian wajah gadisnya.

Suasana sunyi pun sepi memfasilitasi niatnya. Mendukung adegan selanjutnya.

Dengan debaran jantung yang berpacu disertai hembusan nafas berat Yoongi kembali mengikis sekat yang ada. Semakin mendekat. Begitu dekat, hingga....

"Apa yang kalian lakukan?" Suara seseorang menginterupsi. Membuat kedua orang yang sedang duduk berdekatan di sofa tadipun seketika tersentak saling menjauh layaknya dua buah kutub magnet yang sama, saling bertolak belakang.

Kecanggungan menyelimuti. Membuat kedua orang tadi melempar pandangan kesembarang arah. Tak berani saling bersitatap.

Sementara sosok pengganggu tadi masih memandangi Yoongi dan Gina bergantian dengan tatapan menelisik nan jahil.

"Hyung apa yang kau lakukan di sini?" Yoongi membuka suara, memecah keheningan.

"Aku mengkhwatirkanmu, jadi aku menyusulmu pulang," balas Seokjin. "Tapi aku tidak tau kalau kalian sedang...." Seokjin memasang seringai, memberi tatapan menggoda sambil mengetuk ngetukan kedua jari telunjuknya di depan dada secara bersamaan.

"Uhuk, uhuk, uhuk." Tenggorokan Yoongi seketika gatal. Terlampau malu tuk sekedar menyangkal kala Seokjin mulai bertingkah tuk menggodanya.

"Itu... itu... katanya dia pusing!" sergah Gina.

Seokjin memicingkan mata. "Lalu?"

"Jadi kuperiksa conjungtivanya," sambung Gina dengan tampang sok polosnya.

Masih dengan sirat wajah yang sama, menggoda. Seokjin kembali berucap, "Lalu?"

"Miliknya pucat pasti karena dia sering begadang," jelas Gina.

"Lalu?"

"Bisa jadi dia kena anemia."

"Lalu?"

Gina mulai kehabisan kata-kata. Tiap kata serta tatapan Seokjin menyudutkannya."Geumanhae hyung!" Yoongi angkat bicara juga.

"Arasseo," rapalnya disertai kekehan, puas rasanya menjahili pasangan tersebut.

Gina yang merasa malu segera berdiri  dan berniat untuk pergi. "Kau mau kemana?" tanya Yoongi.

"Aku akan pergi membeli obat."

"Tidak perlu, aku tidak suka minum obat."

"Hey Yoongi-ah, kau harus minum obat," tegas Seokjin. "Atau kau mau aku yang pergi beli dan kalian melanjutkan adega---"

"Seokjin-nim! Biar aku saja yang pergi," pungkasnya.

Dengan secepat kilat Gina melangkahkan tungkainya pergi keluar dari ruangan itu. Berhenti sesaat di depan pintu masuk untuk merutuki diri. Mengacak-acak rambutnya frustrasi. Lalu Mendesis kesal sambil bergumam, "Ciuman pertamaku."

***

Perlu waktu tiga puluh menit untuk Gina pergi membeli obat di Apotek. Sebenarnya gak perlu selama itu, hanya saja Gina sengaja berlama lama. Belum sanggup rasanya jika ia harus kembali bertemu dengan dua pria tadi. Terlebih lagi ia gak sanggup bila harus berhadapan dan berujung mendapat introgasi dari Seokjin. Sebab Gina belum tau kalau Seokjin telah memgetahui semuanya.

Setelah mengulur-ngulur waktu akhirnya Gina balik ke dorm dengan membawa dua jinjingan plastik dan langsung beralih menuju dapur, melewati Seokjin yang tengah duduk santai di ruang tengah dengan ponselnya.

Seokjin lantas mendatangi Gina. Mendudukan diri di depan counter dengan seluruh atensinya mengarah pada Gina. "Kenapa kau beli semangka?" tanyanya heran. Sebab gadis itu pamit pergi buat beli obat tapi justru bawa pulang semangka.

"Ah... ini obat alternatif. Kalau Yoongi-nim tidak mau minum obat, dia bisa memakan ini saja," ujarnya sambil mengeluarkan semangka dari plastik.

"Jinjja? Semangka bisa jadi obat kepala pusing? Bagaimana kau tahu?" Seokjin mulai berceloteh. (Sungguh?)

Gina mengacuhkan kehadiran Seokjin dan sibuk nyari wadah untuk menaruh semangka. Meski begitu ia tetap membalas celotehan Seokjin tadi. "Percaya padaku," sahutnya percaya diri.

"Gina-ya, bagaimana kau tahu Yoongi anemia?" tanyanya penasaran.

"Sudah kubilang conjungtivanya pucat," balasnya masih sibuk sendiri.

"Itu... itu... Bagaimana kau tau cara memeriksa itu? apa namanya? conjungtiva?"

"Oh, aku pernah baca di internet."

"Ngomong-ngomong conjungtiva itu yang mana sih?"

Akhirnya Gina menghentikan kesibukannya. Memberi semua atensinya pada pria cerewet yang ada di depannya itu. "Conjungtiva itu kelopak mata bagian dalam, warna normalnya pink kemerah merahan seperti daging segar, punya Yoongi-nim tadi sudah seperti daging panggang, pucat." Gina menjelaskan sembari sedikit menarik kantung matanya, memperlihatkan conjungtiva miliknya.

Seokjin mendengarkan dengan telaten. "Oh begitu." Nada suaranya mengayun, seolah takjub akan sesuatu yang baru diketahuinya itu.

"Yoongi-nim kemana?" tanya Gina mengganti topik saat sadar tak melihat batang hidung orang yang dicari.

"Sedang tidur di kamar." Seokjin menilik jam tangannya sekilas. Kemudian berdiri dari duduknya. "Gina-ya, aku titip Yoongi yah. Aku harus balik ke kantor," pintanya. Gina mengangguk tanda mengiyakan.

Seokjin lantas berlalu pergi seraya menyerukan sesuatu tepat dilangkah ketiganya."Kalian juga bisa melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi."

Gina berteriak ingin menyangkal. "Seokjin-nim! kita tida---"

"Aku tau semuanya," potong Seokjin tanpa menoleh sedikit pun. Hal yang berhasil ngebuat Gina bungkam dengan raut muka tegang.

"Habislah aku," gumam Gina lesuh.

Setelahnya Gina pun mulai memotong semangka yang dibelinya tadi menjadi irisan irisan kecil lalu ditaruhnya di wadah dan dimasukkan ke kulkas. Kemudian beranjak ke kamar Yoongi.

Tok
Tok
Tok

Gina menunggu beberapa saat sehabis mengetuk pintu, memastikan apa Yoongi beneran sudah tidur atau belum. Karena tak kunjung mendapat jawaban Gina pun membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam kamar.

"Apa dia sudah tidur?" gumamnya melihat Yoongi memejamkan mata di balik selimutnya.

Langkah Gina berjalan mendekat lalu  mendudukan diri di bibir kasur dengan teramat pelan.

Dilihatnya lekat wajah putih pucat Yoongi itu. "Sudah kubilang jangan begadang," katanya lembut.

"Tidur malam itu penting," ucapnya memberitahu.

"Kau perlu dua kali lipat tidur siang baru bisa sebanding dengan tidur malam," jelasnya.

"Jangan menyiksa diri," pintanya.

"Kau akan kehilangan kulit bihun jagungmu jika terus begadang," peringatnya.

"Hey bihun jagung kau mendengarku?" tanyanya tapi tak benar-benar bertanya. Hanya sedikit kesal karena pria itu tidak pernah mendengarkan nasehat yang diberikan.

"Eoh." Yoongi berucap tanpa membuka mata.

Gina tersentak. "Yakh mwoya ige? Kau tidak tidur." Lengan Yoongi dipukul pelan hingga membuat pria itu terbangun. Duduk menghadap Gina."Kau cerewet sekali," protesnya.

"Ayo minum obat." Gina mengangguk sekali sebagai bentuk ajakan.

"Jangan paksa aku." Yoongi itu paling anti sama yang namanya obat oral. Dulu sekali, sewaktu kecil ia pernah keselek ketika minum obat, mana tuh obat pahit banget lagi, alhasil Yoongi trauma sama yang namanya obat dan akan menimalisir setiap kemungkinan tuk minum obat.

Seakan tahu ini akan terjadi Gina pun memberi penawaran lain."Baiklah, kalau begitu temani aku makan semangka."

"Kita tidak punya semangka."

"Tadi cuaca sangat panas saat aku pergi membeli obat, jadi aku sekalian beli semangka buat nyegerin. Awalnya aku ingin makan semangka bareng abang Seokjin tapi dia malah balik ke kantor. Tidak asik kalau aku makan sendirian." Gina mulai berbasa basi. Selain gak suka obat, Yoongi juga gak suka semangka hanya karena buah itu mengandung banyak air yang bisa bikin belepotan.

"Ayolah Yoonki-ah, aku tidak akan memaksamu minum obat, hanya temani aku makan semangka, eoh?" sambungnya karena Yoongi Tak kunjung memberi respon.

"Arasseo." Yoongi beranjak meninggalkan kamar dan pergi menuju dapur bersama Gina.

Gina menyodorkan semakok semangka. "Habiskan dulu baru boleh tidur." Suaranya begitu lembut. Membuat Yoongi tidak bisa menolak dan berakhir melahap semangka yang diberikan.

"Yoonki-ah, apa kau memberitahu abang Seokjin tentang kita?" Yoongi mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa kau beritahu?" sergahnya dengan wajah mendumel.

"Aku ketahuan," balas Yoongi datar.

"Sejak kapan dia tahu?"

"Dia sudah tahu sejak lama, aku lupa."  Yoongi berucap santai dengan mulut dipenuhi buah merah berair itu.

Gina mendengus frustasi. "Sekarang bagaimana aku harus menghadapi abang Seokjin?"

"Hadapi seperti biasa saja, paling dia akan bertingkah seperti tadi," balasnya kelewat santai.

***

Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam dengan langit biru yang berangsur menggelap ditinggal cahaya mentari. Menjadi waktu kepulangan Jungkook di dorm mewah mereka. Pria itu memutuskan untuk pulang lebih awal agar bisa menjaga Yoongi yang kurang enak badan. Meski tadi ada Gina yang menemani Yoongi, tapi kan sekarang sudah malam, mungkin saja Gina sudah pulang.

"Hyung!" panggil Jungkook kala memasuki dorm. Dan hanya menemukan keheningan. Jungkook pun pergi memeriksa kamar Yoongi, memastikan kalau hyungnya itu sedang bermesraan dengan kasurnya seperti biasa, dan yeah Yoongi emang lagi tidur.

Usai memeriksa keadaan Yoongi, Jungkook beralih mencari Gina, namun tak ia temukan di mana pun. Sepertinya gadis itu memang sudah pulang.

Jungkook pun berlalu pergi ke dapur untuk menemukan sesuatu yang bisa mengisi lambungnya."Wow watermelon," serunya mendapati sisaan semangka Yoongi tadi yang ada di kulkas. Diambilnya semangka itu tanpa peduli siapa pemiliknya dan berpindah tempat ke ruang tengah agar bisa nyemil sambil nonton.

Jungkook mendaratkan bokongnya di sofa. Mengambil beberapa gigitan semangka yang dibawanya tadi. Lalu mulai mencari remote untuk menyalakan TV besar di hadapannya itu.

Pencarian remote TV Jungkook terhenti setelah beberapa detik ketika suara samar isakan tangis seseorang tertangkap rungu. Jungkook terpaku sejenak. Menajamkan pendengarannya. Mencari asal suara.

Suara tangis di malam hari? Mungkinkah itu....? Tidak!

Hantu gak ada dalam kamus seorang Jungkook. Dengan derap langkah berani Jungkook pergi menuju balkon, tempat yang sangat jarang dikunjunginya, asal suara tangis itu terdengar.

Pintu balkon pun digeser perlahan. Menampakkan seorang gadis tengah meringkuk dengan wajah yang disembunyikan di antara lipatan tangan dan lututnya.

"Noona!" panggil Jungkook mengenali sosok gadis tersebut. Perlahan mendekat dan berjongkok dengan satu lutut dijadikan tumpuan setibanya di hadapan Gina.

Gina mengangkat pandangannya ketika mendengar suara Jungkook tadi. Pipinya sudah basah dengan cairan bening yang terus keluar tanpa henti dari sudut mata. "Jungkook-ah," lirihnya disertai tangisan.

Jungkook nampak sedikit kaget. Tak tahu mengapa gadis itu menangis, tapi tak ingin juga menanyakan penyebabnya.

"Jangan menangis." Kata itu lolos dari bibir Jungkook menggantikan kalimat tanya yang bergulir di kepala.
Menurut sepengetahuannya, jangan berikan pertanyaan kepada seseorang saat dia sedang menangis karena itu hanya akan membuat tangisannya semakin menjadi. Cukup dengarkan dan tetap berada di sisinya.

Detik selanjutnya Jungkook menangkup wajah Gina dengan teramat lembut, menghapusi tiap tetesan air mata dengan ibu jarinya. Jungkook tak suka melihat seorang wanita menangis, lebih tepatnya tak tega.

"Jungkook-ah," panggil Gina berlinang air mata. Tak peduli lagi akan sentuhan Jungkook yang biasanya menimbulkan sengatan. Ia terlalu larut dalam kesedihannya.

"Jungkook-ah.... Ibuku... ibuku sakit dan aku tidak bisa merawatnya," ungkap Gina masih dengan tangisnya. 

Dengan senyum hangat Jungkook berganti mengusap puncak kepala Gina. "Ibumu pasti mengerti."

"Aku anak yang tidak berguna," racaunya.

"Tidak. Kau sangat berguna, orang tuamu pasti bangga memiliki anak sepertimu," sanggah Jungkook coba menenangkan.

Merasa kalimatnya tak cukup untuk menenangkan Jungkook pun beralih  membawa tubuh Gina masuk kedalam rangkulannya. Mencoba menenangkan lewat dekapan hangat yang ia miliki. Sama seperti ketika para hyungnya memperlakukannya kala ia sedang menangis. "Uljima." Jungkook menepuk-nepuk punggung Gina, berharap tangisannya segera reda.

Setelah beberapa saat tangisan pun mereda, hanya tersisa isakan kecil yang masih terdengar. Jungkook melepas rangkulannya dan kembali memandangi Gina. "Jangan menangis seperti ini lagi, suara tangismu seperti suara hantu yang ada di film horor. Untung aku yang mendengarnya, Bagaimana jika Hoseok atau Jin hyung yang dengar, percaya deh mereka pasti bakal lari terbirit-birit karena ketakutan," candanya yang sukses menorehkan senyum kecil di wajah gadis itu.

Usai menarik diri dari kesedihan Gina lantas mengusap wajah, menghapusi sisa sisaan air mata yang masih membekas. Kemudian membingkai senyum apik sebelum berucap, "Aku janji, ini pertama dan terakhir kalinya kau melihatku menangis Jungkook-ah."

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 94 5
mari belajar b.korea bersama • 한국어를 같이 공부합시다 • baca aja,nanti juga paham kok :)
327K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
411K 30.4K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
80.8K 7.8K 27
Ada hal yang membuat banyak orang menyesal, salah satunya cinta! Iya cinta yang terabaikan Kadang kala hati selalu kalah oleh logika, bukankah mencin...