I Woke Up In My Manga Work

By abelbelz2

79.4K 15.6K 1.3K

Aku Fujikawa Miki, gadis berumur 17 tahun terbangun di tubuh gadis bernama Tesia Ema Chanire-salah satu pemer... More

01. Semua ini Berasal dari Kesalahan
02. Adaptasi dengan Karakter Tesia
03. This is My fault
04. Volunteer
05. Siapa Oji-san sebenarnya?
06. Aku bukan Dewi!
07. Ksatria Merah
08. Teman yang Sehati
09. Aku bertemu Heroine!
10. Ksatria Hitam
11. Panggilan Mendadak
12. Persidangan
13. Romansa 7 Kebijakkan Dewi
14. Jalan-jalan
15. Tes Sihir
16. Dewi Matahari
17. Penentuan Elementerku
18. Pedang Mawar Biru
19. Hutan
20. Iblis Kegelapan
21. Pelatihan Tuan Ronald
22. Mengunjungi Dungeon Kematian
23. Berbagi Motivasi
24. {10 tahun} Misi Keluar Negara
25. Diskusi
26. Pensucian Iblis
27. Seseorang bertingkah aneh
28. Mari Bertemu Selene
29. Kepahlawanan baru
30. Yang Mulia Ratu yang Sebenarnya
31. Side Story: {Claide Pov} Pangeran dengan Pemahaman wanita
32. Pengungkapan Rahasia
33. {12 tahun}: Selamat Datang Yuusha
34. Aku Mempersembahkan Jantungku
35. Pesta Dansa
36. Jika itu Kamu, Aku akan Menyerah
37. Tes Akademi
38. Kelebihan yang Tidak Disadari
39. Akademi Holand
40. Kenangan buruk
41. {Jasmine Pov} Give Back to Me
42. Sumpah, Ada Apa dengannya?
43. Kelas Elite
44. Ketua Dewan Rahasia
45. Informan Ada di Pihak Kami
46. Guild Petualang
47. Beritahu Rahasia Kami
48. Goblin Slayer
49. Pakaian Petualang
50. Bukankah Kondisi Kami Berbahaya?
51. Aliansi Darurat
52. {Author Pov} Dia Menghilang
53. Utusan Bantuan
54. Strategi Kecil
55. Deklerasi Hidup yang Gagal
56. Eh? Aku E-Rank loh
57. Kalahkan Kepala Sekolah lebih Awal
58. Pertarungan Kepala Penyihir
59. Pertarungan Berakhir
60. Tubuhku Melemah
ยซ Pengenalan Chara ยป
61. Kondisi Akademi
62. I am Home
63. Pertambangan Keluarga Vrysa
64. Mercenary is Hunter now
65. Semua Berawal Dari Perebutan Suksesi
66. Welcome to Hunter
67. Ada hal yang ingin aku pastikan
68. Pemberian Warna
70. Misi Vajra Pertama
71. Keluarga
72. Berkunjung ke Kastil Jasmine
73. Sosok Zenald yang sebenarnya
74. {Author Pov} Kata-kata Penyemangat
75. Malam Pengangguran

69. Debut Pemburu

737 155 4
By abelbelz2

Mangaka isekai pt. 69

Warning! Long Chapter 📖

🌻 Enjoy Story~
____________________________________

oO°Oo

Hari ini aku mulai bekerja sebagai Pemburu.

Zelef memintaku datang pagi hari, karena itu aku datang pagi ke Markas kami yang terletak di Desa Latnal.

Aku memakai pakaian kemeja putih berkerut dengan rok kancing hitam selutut, aku juga memakai stoking hitam dan juga sepatu kulit pemburu yang membuatku mudah bergerak. Alasan aku tidak memakai pakaian petualangku karena aku hanya memiliki satu set, aku tak mungkin memakainya dua kali bukan?

Karena aku bagian dari pemburu sekarang, aku memakai jubah hijau tua dengan pin lambang pemburu di kerah jubahku.

Hari ini Zelef akan mengajariku dan memulai memberi pelatihan berat kepadaku.

Bahkan Mella dan Rinka berkata itu sangat berat, mereka bahkan bercerita jika rasanya ingin mati saat menerima pelatihan itu.

"Kau datang ya."

Zelef menungguku di bawah pohon rindang depan markas dengan pakaian khas pemburu. Zelef memiliki bekas luka mata di sebelah kirinya, itu membuatnya tampil sedikit menyeramkan.

"Maaf membuatmu menunggu Zelef-san."

"Kita harus bergerak, ikuti aku."

Zelef melangkah tanpa menungguku, aku dengan cepat berjalan di belakang Zelef mengikutinya.

Kami tiba di area peternakan, Desa Latnal memang terkenal akan penghasilan susu dan kejunya, banyak peternakan di area sini.

"Kau lihat?" tanya Zelef sambil menunjuk pepohonan di samping peternakan itu.

Aku mengikuti arah tunjukkan Zelef dan menemukan banyak bercak cakar dan darah.

"Ayam-ayam peternakan ini banyak yang diterkam oleh binatang buas, aku mengambil questnya dari guild petualang." Zelef menujukkanku kertas kusam kecokelatan yang bertulisan quest kepadaku.

"Quest C-Rank.. Ayam-ayam hilang, misi penumpasan, bunuh 2 harimau kumbang 156 cm, upah quest 40.000 perak.. Wah, sangat banyak." aku membaca kertas itu.

"Ya, aku memilih quest yang bagus bukan?"

Zelef memimpin memasuki hutan lebat di balik pohon itu. Desa Latnal terletak di luar dinding Kerajaan Barat, butuh waktu 30 menit keluar dari ibukota menuju Desa Latnal.

"Harimau kumbang adalah monster berperingkat B-Rank, mereka cepat, tidak mudah terluka, ahli dalam serangan jarak dekat.. Mungkin ada kesalahan penulisan dalam quest ini. Maka dari itu upah yang diberikan juga banyak." cerita Zelef sambil meringkuk di antara semak-semak, aku juga mengikuti gerakannya.

"Kau tipe penyerang apa?" tanya Zelef bertanya kepadaku.

"Eh? Aku tipe penyerang jarak dekat." kelasku Assassin pastinya spesialis petarung jarak dekat bukan?

"Kami pemburu, tidak peduli kelas penyerangan mana, kau harus bisa merangkap kelas yang lainnya.. Itu mudah bukan?"

Heh?
Mudah?!

Maksudku itu akan sulit jika aku awalnya adalah Jasmine yang berkelas Caster ahli serangan jarak jauh dan support. Membuat kelas petarung jauh bertarung jarak dekat adalah neraka.

Beruntung aku adalah petarung jarak dekat.

Tiba-tiba seekor Harimau kumbang besar muncul dari balik rimbun rerumputan.

Aku segera menghentikan protes diamku dan memperhatikan gerak-gerik Harimau itu.

"Hanya satu harimau, dia adalah harimau jantan. Harimau betina ada di jarak yang sedikit jauh darinya."

"He~ kau mempunyai skill [Allert]?" tanya Zelef yang membuatku terkejut.

"A-ah, ya.." jawabku sedikit mengecil.

"Sasuga Assassin, kau tahu.. Skill Allert hanya muncul saat kau berhasil mendekati bahaya yang sesungguhnya, aku pun mempunyainya." jelas Zelef mengacungkan diri.

Aku sendiri mendapati skill Allert saat bertarung melawan iblis bersama Oji-san dan Jasmine.

Bahaya?
Oh tentu saja.

"Dan, anak magang.. Senjatamu pedang bukan?" tanya Zelef menoleh ke arah pinggangku, dimana Luna tergantung disana.

"Ah, ini katana Zelef-san." aku membuka sedikit sarung pedang Luna dan memperlihatkan bilah mengkilap biru muda indah milik Luna.

"Sama seperti Yuzu ya? Kalau begitu itu baik, lihat aku dan pelajari gerakanku." pinta Zelef. Yuzu adalah anggota pemburu laki-laki berambut hitam bermata hijau, dia bersenjata katana.

Zelef mengambil langkah mendekat perlahan ke arah harimau kumbang itu. Dia mengambil ancang-ancang dengan pedang besarnya lalu menebas cepat kaki harimau kumbang, harimau kumbang mengaum keras dan reflek mencakar tubuh Zelef.

Zelef dengan ahli menahan cakar harimau dengan pedang besarnya dan menendang keras perut harimau yang mengincar tubuhnya.

Harimau kumbang terbanting lalu mengambil posisi siap lagi dan kembali menyerang Zelef.

Zelef mengambil nafas dalam-dalam seolah memakan udara.

Lalu tiba-tiba saja Zelef mengambil jarak dan meluncurkan peluru air, waterball? Itu terlihat mendidih dan panas, aku ingat Jasmine bahkan sulit melakukannya.

Waterball panas milik Zelef mengenai mata harimau kumbang, harimau itu mencakar-cakar udara seolah kesakitan.

Itu kesempatan Zelef, Zelef mengambil posisi lebar lalu menusuk dengan santai kepala harimau kumbang yang menggeleng-geleng kesakitan. Darah menciprati tangan Zelef dan pedang besarnya.

T-tunggu dulu, rasanya kekuatan tangan Zelef semakin kuat tadi, itu berbeda dengan tebasan pertamanya. Tapi tadi itu benar-benar gaya yang santai, tidak bertenaga sama sekali?

Huhh?
Bagaimana bisa?

Zelef selesai dan berjalan santai memastikan mayat harimau kumbang itu.

"Aku melumuri pedangku dengan sedikit energi." Zelef menjelaskan sambil menunjukkan bekas gagang pedangnya yang berombak energi putih.

"Tak terduga.." aku tidak mengetahui cara itu ada.

Ah..
Ini adalah teknik rahasia dari pemburu, jadi tidak mungkin dibukukan, mungkin?

Atau.. Ini hal baru?

Zelef melenyapkan aura putih dari pedangnya lalu memasukkan kembali ke sarung pedang besarnya yang bertengger di punggungnya.

"Sebelumnya kau harus tetap tenang, intinya adalah memfokuskan Energimu di pedang, bukan berbentuk mana atau Elemen.. Tapi energimu."

Ah, bukan menyalurkan kekuatan Elemen ke pedang, tapi membuat energiku memfokus kepada pedangku.

"Selanjutnya, aku akan memperlihatkan lagi." Zelef berjalan semakin masuk ke dalam hutan.

Aku mengikutinya dengan cepat.

...........

Dua harimau kumbang berhasil dikalahkan oleh Zelef sendirian, aku benar-benar terperangah. Itu mustahil bukan? Menyalurkan hanya energi, bukan mana..

Zelef mengantarku ke hutan-hutan bambu belakang markas pemburu, itu adalah tempat berlatih. Banyak bantalan tinju, boneka pukul, pedang kayu yang berbaris rapi.

"Selanjutnya aku akan datang besok."

Zelef mengangkat tangannya lalu pergi meninggalkanku.

Huh?
Pergi tanpa memberi penjelasan?

Jadi ini adalah pelatihan yang menyuruh murid mencari tahu sendiri kekuatan rahasia?

Yosh! Aku akan bersemangat!

............

Aku berdiri berkonsentrasi untuk mencoba menyalurkan Elemenku ke pedang kayu yang aku gunakan.

Pedang kayu ini sangat rapuh dan mudah pecah, jika aku tidak sengaja menyalurkan sedikit mana atau Elemen Ice-ku ke dalam kayu, kayu ini akan berhamburan dan lenyap.

Ah, ini lebih sulit dari yang aku bayangkan..

Ini sudah sore hari, bagaimana sebenarnya cara mengeluarkan energi?

Meditasi?
Aku sudah mencobanya, itu gagal total.

"Apa yang dilakukan Zelef-san sebelum menebas?" tanyaku mencoba berpikir.

Aku berusaha meniru posisi pertama Zelef, dia mengagahkan kaki sambil mengacungkan lurus pedang besarnya seperti ini, Hiyah!

Aku menebas lurus lalu kembali dalam posisi awal.

Apakah memang begitu?

Apa yang dilakukan Zelef sebelum berhasil mengumpulkan energi di pedangnya?

"Ah.. Mengambil nafas dalam-dalam." aku mencoba mengambil nafas lalu mengumpulkan Energiku. Tapi Pedang kayuku kembali pecah dan lenyap begitu saja.

Mana dengan Energi, sangat berbeda..

Sebenarnya ini bukan pedang kayu, yang aku bawa lebih terlihat seperti balok kayu panjang dari pada pedang kayu.

Aku menghela napas dan mengambil balok kayu berikutnya.

Ini sudah balok kayu ke-30 tahu..

Aku mencoba mengambil nafas dalam lagi. Apa yang dipikirkan Zelef saat menebas?

Bukan..

Ah, bukankah ini lebih mirip teknik yoga penstabilan nafas?

Bernafas membuatmu fokus, lalu pisahkan energiku dengan mana dan..

Wush—

Pedang kayuku mengeluarkan aura putih remang-remang sebelum akhirnya hilang dan lenyap bersama pedang kayuku yang juga hancur hancur.

Kekuatanku lemah..

Itu dia!
Energiku lemah, aku harus latihan fisik terlebih dahulu.

Aku segera meletakkan pedangku dan berlari mengelilingi lapangan 2 kali. Nafasku terasa masih berat, aku butuh area yang lebih luas dari ini.

Pandanganku menangkap gunung tinggi yang menjulang di dekatku, gunung itu setinggi 4.000 meter. Sangat cocok untuk pelatihan.

Aku mulai berlari-lari kecil mendaki gunung. Gunung yang sangat tinggi, aku berlari sambil mencoba menstabilkan nafasku dan terus berlari kepuncak gunung.

"Hah.. Hah.." ini ternyata lebih berat dari dugaanku, mendaki berbeda dengan berlari di lapangan rata. Beberapa tanah gunung terlihat curam, tapi aku berhasil sampai ke puncak.

"Are? Tesia-chan~ !" lambai pria berambut hitam bermata hijau, dia adalah Yuzu anggota pemburu.

Ah.. Yuzu, Mika dan Zelef ada disini. Di puncak gunung, mereka berdiri di depan kuil kuno jepang seperti tempat menyembah Dewa.

"Kupikir kau sedang dalam pelatihan?" tanya Mika berambut pirang menatapku bingung.

"Aku.. Berlari.." aku menjelaskan dengan suara terengah-engah.

Zelef tersenyum sebelum berjalan ke arahku.

"Wah, kau menyadari lebih cepat dari dugaanku." puji Zelef menepuk-nepuk puncak kepalaku.

"Menyadari!? Geh, secepat itu?! Bahkan aku menyadarinya setelah 2 bulan!" Mika berbicara protes.

"Aku malah lebih dari 5 bulan." timpal Yuzu.

"Mella anggota terakhir sebelum bergabung juga 5 bulan!" Mika masih terkejut.

"Bahkan Sam yang menjadi orang tercepat memahami membutuhkan waktu 7 hari." Yuzu kembali menimpal.

Hah..
Rasanya tanganku lebih ringan. Apakah energi yang aku keluarkan akan banyak seperti Zelef?

"Maaf mengganggu, aku akan kembali turun sekarang." aku membungkuk meminta maaf.

"Tunggu." Zelef menghentikanku.

Zelef mengambil tas ransel di dalam kuil lalu memberikannya kepadaku.

"Pakai ini lalu dakilah gunung ini 2 kali lagi." pinta Zelef memberikanku tas ransel.

Aku menerimanya.

Geh!? Berat, apa isi tas ini?!

Zelef mengangkatnya seperti tas ini ringan, tapi aku mengangkat tas ini benar-benar berbeda.

"Zelef-san! Bukankah itu keterlaluan? Tangan Tesia-chan masih terlihat sangat kurus, mengisi ransel dengan batu bukankah keterlaluan?" tanya Mika sedikit menatap Zelef tidak terima.

Itu benar, tanganku memang sering mengayun pedang. Tapi tidak untuk mengangkat sesuatu yang berat, ini terlalu berat!

Aku berusaha memakai tas itu ke pundakku, bahkan kakiku menjadi gemetar menahan bebannya.

"Zelef-san!" panggil Yuzu juga sepertinya tidak tega melihatku mengangkat hal yang berat.

Tapi sayang aku tahu maksud Zelef memberiku tas ini.

Kekuatanku walau aku bergerak cepat itu hanya sama serata dengan kekuatan anak-anak, ini adalah proses pembentukan otot-ototku

"Ti..dak.. Apa-apa.. Ka..lau begitu.. Aku berangkat.." aku berjalan lambat menuruni gunung meninggalkan kuil itu.

Hosh.. Hosh..

Aku seolah melupakan nafasku, nafasku menjadi terengah-engah padahal ini baru seperempat perjalananku.

Keringat benar-benar membasahi tubuhku. Perjalanan mendaki saja terlihat mustahil bagiku, saat aku selesai mendaki aku diminta turun membawa tas ransel berat lalu kembali naik dan turun lagi.

Duk..

"Ah—"

Aku tidak sengaja tersandung kerikil, mataku memejam bersiap jatuh.

"Tesia, kau baik?" seseorang menahan ranselku dan mencegahku jatuh.

Orang itu adalah Sam.

"A-ah, terima kasih.. Aku pamit." aku membungkuk berpamitan.

"Tunggu sebentar, itu hebat kau lebih bisa menyelesaikan tidak ada 1 hari." Sam mengangkat tas dari punggungku dengan satu tangan.

"Uwaah! Bagaimana kau bisa mengangkatnya dengan ringan?!" aku tak sadar bersuara memekik.

Jena yang berdiri di samping Sam tersenyum.

"Dimana kau memusatkan titik bebannya?" tanya Jena lembut sambil membuka tas ransel mengintip isi tas itu.

"Eh? B-beban? Um.. Aku mengangkatnya dengan punggung." jawabku berusaha berpikir.

"5 beton?! Bahkan Rinka dan Mella hanya mendapat 3 beton." Sam bersuara saat melihat isi tas itu.

Ah, ternyata beton ya?
Itu sangat berat..

Sam menatapku sebentar, penampilanku sangat jelek dengan rambut berantakan dan keringat menyebalkan, ditambah lagi tubuhku sedikit gemetar setelah mengangkat 5 beton itu.

Sam membungkuk dan membantu menyeka keringatku dengan sapu tangannya.

"Aku akan protes tentang ini oke, tolong tunggu sebentar." pinta Sam terlihat kasihan.

Jena menahan tangan Sam dan menggeleng pelan.

"T-tapi Jena! Kau lihat tubuhnya bahkan lebih kecil dan kurus dari Rinka atau Mella, lagi pula Tesia adalah bangsawan! Dia tidak harus—"

"Sam-san.. A-aku baik.." aku mendongak menahan baju Sam dan menggeleng berkata baik-baik saja.

Sam berhenti melawan dan terdiam.

Setelah hening beberapa saat Jena berlutut menyamai tinggiku, dia sangat tinggi sehingga aku seperti setengah ukuran tingginya.

"Tesia.. Jika kau hanya mengangkat beban dengan punggungmu, punggungmu akan retak nantinya." Jena tersenyum ramah.

Punggung retak?!
Aku akan terkena penyakit orang tua?!

Aku menyentuh punggungku sedikit ketakutan. Jena tersenyum dan menaruh tasku kembali ke punggungku.

Guh, ini berat seperti biasa.

Jena mengomando tubuhku untuk tegap dan membawa beban ke kakiku bukan punggungku, mengagahkan kaki lalu tubuh tetap tegak.

Aku mencoba berjalan, ini terlihat lebih mudah.

"Jena-san.. Arigatou." aku menghela napas lega.

"Tolong jalani pelatihanmu dengan baik.." Jena tersenyum ramah sambil menganggukkan kepalanya.

Dia benar-benar tubuh besar berhati hello kitti.

Aku membungkuk sebelum pergi melambai meninggalkan mereka.

...........

"Fuhah! Hah.. Hah.. Hah.." aku berhasil menuntaskan pelatihanku.

Aku membanting tas beton itu dan berbaring terlentang di atas tanah.

Nafasku tak beraturan, aku membuka mata dan menatap bulan purnama yang bulat sempurna di atasku.

Aku meletakkan jari tangan kananku di atas mata kananku, mataku sedikit menyipit dengan cahaya bulan.

"Hei, kau akan masuk angin! Cepat berdiri dan beristirahat!"

Itu suara Mella, aku tidak terburu-buru bangkit karena tubuhku terasa menyatu dengan tanah.

"Ayo berdiri." Rinka menarik tanganku dan mengajakku berdiri.

Mataku sedikit berkunang-kunang karena mengantuk.

"Xeon! Gendong dia!"

Semuanya memburam, aku tertidur pulas di pelukan Rinka. Dadanya empuk sekali..

oO°Oo

Aku membuka mata dan melihat kamar dinding kayu sederhana, karena merasa asing. Aku buru-buru duduk.

Wow.. Aku memakai yukata polos sederhana berwarna hijau pucat sekarang.

Luka-luka memar karena pelatihanku kemarin dibalut sempurna dengan perban putih. Aku pun juga kembali bersih, terakhir kali aku penuh dengan tanah karena sering terjatuh.

Tok-tok-tok..

Pintu menderit terbuka, Rinka yang memakai kimono cantik datang membawa nampan.

Wow.. Dia sangat cantik..

"Ah, kau sudah bangun?" tanya Rinka tersenyum menyambutku.

"A-ah, Rinka-san.. Maaf membuatmu kerepotan." aku membungkuk di atas kasur.

"Tolong santailah, haha.. Bahkan Zelef-san menjadi kaget dengan penampilanmu yang lebih kotor, tapi dia juga salah.. Kenapa memberimu 5 beton di dalam tas ransel? Itu gila.." Rinka mengomel panjang sambil berkecak pinggang.

Aku tertawa pelan.

"..lalu.. Apa-apaan dengan semua luka itu? Apa kau tidak takut lukanya akan membekas?" tanya Rinka khawatir sambil meletakkan nampan berisi teh hijau dan bubur di meja.

"Ah, tentang itu.. Momo.." aku memanggil, dan tiba-tiba asap biru kecil melayang di udara. Setelah kepulan asap itu lenyap, kucing putih berbulu lebat muncul dan terbang di sekelilingku.

"Rinka-san, anak ini adalah hewan spirit.. Namanya Momo." aku mengenalkan Momo kepada Rinka.

"Nyaan~" Momo mengangkat tangannya gembira.

Mata Rinka terbelalak.

"Hewan spirit.. Kau membuat perjanjian dengan hewan spirit?" tanya Rinka terkagum.

"Ya, begitulah.. Momo, tolong sembuhkan lukaku."

Seketika Momo terbang ke pangkuanku, aku mengelus bulunya berlahan. Seketika cahaya hijau menyembuhkan luka-lukaku secara keseluruhan. Sasuga [Heal] Lv. 10!

"Itu melegakan, aku kehabisan sihir suci sehingga tidak bisa menyembuhkanmu." Rinka terlihat lega.

Rinka adalah kelas Priest. Senjata andalannya bukan tongkat Healer, tapi kipas lipat bercorak bunga-bunga indah. Itu sangat cocok dengan kecantikannya, tentu saja Yamato nadeshiko sesungguhnya adalah Hina-senpai, bahkan Rinka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya.

Setelah lukaku sembuh aku mencoba berdiri dan lega menatap kakiku kembali bersih tanpa memar ataupun luka.

"Rinka-san, aku akan berlatih lagi. Terima kasih sudah menjagaku."

"Tunggu, kau belum boleh bergerak kau tahu? Apa kau seorang masokis?" tanya Rinka yang membuatku terdiam.

Masokis?

Aku tidak..

Tapi aku mencoba memaksakan diriku agar aku lebih kuat untuk menghadapi segalanya, aku tetap bertindak sendirian walau tahu aku akan lebih banyak terkena luka.

Apakah aku juga masuk ke definisi masokis?

"A-ah, maafkan aku berkata yang tidak-tidak.." Rinka terlihat gelagapan.

Aku tersenyum masam menjawabnya.

"Rinka-san, aku ingin bertambah kuat.. Aku memiliki adik dan teman-teman yang akan mengorbankan diri mereka demi masa depan dunia.. Aku juga.. Diriku yang sekarang, tidak bisa.." tiba-tiba aku merasakan sesak di dada.

Rinka membawaku ke pelukannya.

"Aku mengerti.. Tolong maafkan aku." pinta Rinka.

Aku bersusah payah mengusir air mata dari mataku, ternyata dipeluk membuat kita semakin ingin menangis ya?

Tapi aku tidak sedang ingin menangis, aku mengadah wajahku ke atas dan berkedip-kedip mencoba memasukkan air mataku kembali ke mataku.

"Apa kau biasa menahan tangis? Tesia.. Itu akan buruk untuk kesehatan mentalmu." Rinka memgusap-usap rambutku lagi.

"A-aku, t-tidak ingin.. Menangis." jawabku tersendat sambil menggeleng pelan.

"Haii~ haii~ baiklah aku tidak akan memaksamu. Kau ingin latihan bukan?" Rinka melepas pelukannya dan membuka lemari pakaian.

"Aku sudah mencuci bajumu, jadi itu baik-baik saja." Rinka membawa 1 set pakaianku yang kemarin aku pakai.

"A-arigatou Rinka-san.." aku menerima dan membungkuk berterima kasih.

"Tapi sebelum latihan, kau wajib menghabiskan bubur dan teh hijau ini tanpa tersisa." pinta Rinka.

Aku mengusap kedua mataku lalu mengangguk senang.

"Benar-benar.. Kau itu sama sepertinya ya?" tanya Rinka berkecak pinggang sambil menatapku nanar.

Aku memiringkan kepala sedikit bingung.

"Selesaikan makanmu dan turun." Rinka berpamitan sambil menepuk puncak kepalaku sebelum pergi keluar.

oO°Oo
TBC
2327 words


Terima kasih telah membaca karya ini, tolong vote dan coment untuk membantu karya ini menuju puncak.

Yaps betol sekali, chapter ini ada sedikit terinspirasi KaEnYeah, entah itu gunung curam atopun batu Awakwoakwaoak. Maafkan atas kedangkalan ide ini.

Teehee~

Sampai jumpa di next chapter
(◍•ᴗ•◍)❤

_________________________________
Publish in November 4, 2020

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 44K 61
Dasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yan...
89.7K 13.7K 39
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...
3.8K 370 22
โตŒใ€Œ ๐š๐š’๐š–๐š—๐šŠ๐šœ ๐š๐šŠ๐š—๐š๐š’๐šŒ๐š๐š’๐š˜๐š—! ใ€ Hujan asam itu meluruhkan seluruh kehidupan, yang disisakan hanyalah kota mati. Beberapa survivor...
10.4K 21 4
-Cerita ini bukan untuk anak dibawah umur. ๐Ÿ”ž Cerita Dewasa ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat , foto, dan kejadian ataup...