[S1] The Beginning Of Our Des...

By SUN1396

63.7K 6K 1.3K

[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang... More

Prolog
1. Jeon Wonwoo
2. Kim Mingyu
3. Teman ?
4. Kau tidak akan mengerti
5. Tak terduga
6. Batas kesabaran
7. Sandaran
8. Kejujuran
9. Keputusan
10. Lee Jihoon Pt.1
11. Lee Jihoon Pt.2
12. Perpisahan yang sesungguhnya
13. Karena aku rumahmu
14. Keinginan yang sederhana
15. Pertemuan kembali
16. Sang pengecut
18. Kebohongan
19. Ungkapan tak biasa
21. Bayi beruang kesayangan
22. Kebaikan berujung kehancuran
23. Maaf yang tak tersampaikan
24. Kesepakatan
25. Benarkah itu kau ?
26. Penuh harap
27. Undangan makan malam
28. Menusuk dari belakang
29. Membunuhku dengan perlahan
30. Sebuah pengakuan
31. Antara dua pilihan
32. Beban baru
33. Sampai kapan ?
34. Dibutakan oleh cinta
35. Selembar kertas
36. Aku kembali...
37. Hilangnya harga diri seseorang
38. Amarah yang menggebu
39. Kembali berkorban
42. Tak akan menyesal
43. Mulut dapat berbohong, sedangkan hati...
45. Dejavu
47. Pemilik mata rubah yang kami rindukan
48. Untukmu ibu
49. Ijinkan aku berada disampingmu
Epilog
📢 Pengumuman
📢 Info
🎉 It's PO Day

17. Tak lagi sama

822 110 16
By SUN1396

Happy Reading

.

.

.

Telah lebih dari satu bulan lamanya seorang anak yang bernama Jeon Wonwoo pergi dari rumah megahnya. Rumah yang selalu ditemani oleh teriakan itu nampak begitu sepi dan tak lagi terdengar suara penuh kesakitan. Masih ingat dibenak mereka yang bekerja dirumah tersebut, betapa pasrahnya anak remaja itu ketika tangan halus milik sang ibu mengenai tubuhnya dengan sangat keras. Bahkan sampai menyisakan luka yang teramat menyakitkan.

Seperti pagi di satu bulan terakhir tanpa Tuan Muda yang bersikap dingin, suasana pagi di rumah tersebut nampak begitu sepi dan sunyi. Tidak ada yang sibuk menyiapkan sarapan untuk sang Tuan Muda, yang ada hanya sarapan untuk Nyonya besar mereka. Ya, Nyonya Kim nampak bersikap biasa saja setelah kepergian Wonwoo. Wanita cantik itu tidak pernah mencarinya dan tidak ada niatan untuk mencarinya.

Katakan saja bahwa ia adalah seorang ibu yang sangat kejam. Mereka diluar sana yang berstatus seorang ibu akan langsung mencari anak kesayangannya ketika tak mendapati sang anak dirumahnya. Yang dialami Nyonya Kim justru bukan satu atau dua hari, sikapnya ini justru mengundang penuh minat dari pekerja yang bekerja dirumahnya. Ahjumma Han bahkan tak hentinya bertanya ataupun mencari keberadaan Wonwoo, walaupun hasilnya nihil.

Bukannya mencari keberadaan sang anak, justru Nyonya Kim menyibukkan diri dengan bekerja. Sampai beberapa hari tidak pulang kerumah. Apa yang dilakukan Nyonya Kim ini seolah tidak peduli dengan sang anak. Tidak ada rasa khawatirnya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan seorang anak. Wonwoo benar-benar tidak beruntung sebagai anak dari seorang Nyonya Kim.

Ahjumma Han memberikan Nyonya Kim segelas air putih dan meletakkannya dimeja makan tempat sang majikan tengah menyantap sarapan paginya. Nampak Nyonya Kim sibuk dengan ponselnya dan tak terusik oleh kehadirannya. Tanpa sadar Ahjumma Han merasa sedih ketika melihat sang majikan yang bersikap tenang dan tak peduli kepada anaknya yang hilang setelah satu bulan lamanya.

"Wonwoo-ya bahkan kepergianmu tak berpengaruh kepada ibumu. Ibumu justru bersikap tenang dan tidak peduli padamu. Mengapa nasibmu seperti ini, nak." jerit batin Ahjumma Han betapa ia sedih dan kehilangan sosok Wonwoo yang telah ia anggap seperti anaknya kandungnya sendiri. Seandainya ia tahu keberadaan Wonwoo, mungkin ia akan mengajak remaja malang itu untuk tinggal dirumahnya. Daripada tinggal diluaran sana yang tidak menjamin keselamatan hidupnya.

Sadar akan kehadiran Ahjumma Han, Nyonya Kim segera memasukkan ponselnya kedalam tas kerja. Ia memandang Ahjumma Han dengan penuh tanda tanya, "Ada apa Ahjumma ? Jika kau menanyakan keberadaan Wonwoo, jawabannya akan tetap sama. Dia tidak akan lagi kembali kerumah ini." ucap Nyonya Kim begitu tenang dan setelahnya ia mengambil gelas yang berisi air putih itu. Ia meneguknya dengan pelan.

Ahjumma Han mengeratkan pegangannya pada nampan yang dibawanya. Mengapa harus selalu jawaban itu yang didengarnya ? Apakah tidak ada kata lain yang dapat membuat dirinya tenang dan bernapas lega ? Sungguh ia merasa sakit hati juga merasakan apa yang tengah Wonwoo rasakan. Seperti inikah sakit yang selalu Wonwoo rasakan setiap harinya dirumah ini mengapa rasanya sangat menyakitkan.

"Ahjumma aku akan selalu baik-baik saja meskipun suatu hari aku tak kembali ke rumah ini. Aku dibesarkan olehmu dan ya aku sudah menganggapmu sebagai ibu kandungku sendiri. Jika bisa memilih, aku ingin menjadi anakmu dan terlahir dari rahimmu. Kau bahkan lebih menyayangiku ketimbang dengan ibu kandungku sendiri dan kau lebih tahu bagaimana aku sebenarnya."

Dadanya bertambah sesak ketika kalimat yang pernah dikatakan oleh Wonwoo terngiang di telinganya. Masih ingat dibenaknya bagaimana putus asanya Wonwoo akan hidupnya yang semakin berat untuk dilalui. Mungkinkah sekarang Wonwoo telah menyerah akan hidupnya dan benar-benar tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini ? Haruskah ia mengikhlaskan kepergian Wonwoo dan berhenti mencarinya ? Jikapun Wonwoo tidak selamat, tolong temukan jasadnya atau pertemukan ia bersama Wonwoo untuk terakhir kalinya.

Nyonya Kim menghembuskan napasnya kasar ketika perkataannya tak digubris olehnya. Ia bangkit dari duduknya bersama tas kerjanya yang telah berada ditangannya. Lebih baik ia segera pergi bekerja daripada harus meladeni orang kepercayaannya ini yang terus menanyakan perihal Wonwoo. Baginya kepergian Wonwoo membuat beban hidupnya semakin berkurang, ia tak lagi harus membuat anak itu terluka.

"Aku tidak akan mengijinkanmu untuk pergi dari rumah ini, Ahjumma. Bagaimanapun kau telah bekerja denganku sangat lama dan mengurus anak itu." ujar Nyonya Kim tak lupa juga tatapan matanya yang begitu tajam. Siapa saja yang melihatnya akan ketakutan. Begitupula Ahjumma Han yang tidak berani menatap kedua mata Nyonya Kim, ia hanya dapat menundukkan kepalanya.

Ya tuhan bagaimana ia bisa mencari Wonwoo ? Bahkan ia tidak diijinkan untuk keluar dari rumah ini, apalagi mengundurkan diri. Mengapa ia harus terikat oleh seseorang yang tak berperasaan seperti Nyonya Kim ? Sungguh ia hanya ingin bertemu dengan Wonwoo dan menjadi seseorang yang menyayanginya seorang. Haruskah sesulit ini ?

Jam telah menunjukkan pukul delapan dan seperti biasa ia akan mengadakan meeting bersama kliennya. Hari ini ia akan bertemu dengan pemegang saham paling berpengaruh di negeri ini, ia berharap jika kerja samanya ini berjalan dengan lancar. Dan ya dirinya tak terus memikirkan anak yang tak terlihat lagi disatu bulan ini.


Seorang remaja melangkahkan kedua kakinya dengan lebar. Terlihat dari langkah kakinya jika remaja itu tengah mencari keberadaan seseorang yang sejak istirahat tadi tak terlihat batang hidungnya. Dalam hati ia merutuki guru yang menyuruh dirinya untuk membantunya membereskan beberapa buku dan meninggalkan Wonwoo seorang diri. Sudah jelas jika Wonwoo akan kembali mendapat perisakan oleh teman-temannya ketika tak bersamanya.

Remaja itu tak lain adalah Mingyu. Ia terus berkeliling mencari keberadaan Wonwoo, bahkan ia tak ragu untuk bertanya kepada murid yang berada disana. Walaupun ia tidak akan mendapatkan hasil yang sejalan dengan pertanyaannya. Mereka seolah tidak peduli dan tak melihat bagaimana dirinya khawatir ketika tak melihat Wonwoo. Ingin rasanya Mingyu memarahi mereka karena terus mengatakan hal yang tak masuk akal, ia dengan kesal harus mengurungkan niatnya untuk tidak berbuat apapun. Karena ia yakin akan membuat Wonwoo kesulitan.

"Mengapa kau harus peduli dengannya, Mingyu-ssi ? Apakah kau ingin menjadi korban selanjutnya ?" lagi dan lagi pertanyaan itu yang Mingyu harus dengar. Tidak bisakah mereka melupakan masa lalu Wonwoo dan tidak terus mengatakan jika Wonwoo seorang pembunuh. Apalagi sekarang Wonwoo dengan kehidupannya yang kedua dan tak lagi hidup sebagai Jeon Wonwoo.

Mingyu menatap tajam teman perempuannya ini , "Mulutmu itu tak sesuai dengan wajah cantikmu, Cheyeon-ssi. Kau cantik, tapi sayangnya hati dan mulutmu tidak secantik wajahmu. Berhenti mengatai Wonwoo pembunuh karena kau tidak tahu apapun." ujar Mingyu dan segera pergi. Meninggalkan Chaeyeon mengepalkan kedua tangannya erat membuat buku kukunya memutih. Ia tidak terima dengan perkataan Mingyu yang menurutnya sangat keterlaluan.

Hey nona bukankah kau sendiri sangat keterlaluan ? Perkataanmu itu sangat menyakitkan dan tidak ada salahnya jika Mingyu mengatakan hal itu. Daripada kau kesal atas perkataan Mingyu, lebih baik kau perbaiki dirimu dan tak terus terpengaruh oleh mereka yang terus menjelekkan Wonwoo. Bahkan kau tak tahu masalah yang sebenarnya. Kau hanyalah seseorang yang bertambah mempersulit kehidupan seseorang.

Mingyu mencari keberadaan Wonwoo kesetiap penjuru sekolah, namun usahanya nihil. Ia tak juga menemukan Wonwoo. Bahkan ia pergi ketempat yang sering Wonwoo kunjungi dan bahkan tempat yang sering mereka gunakan untuk melukai Wonwoo. Wajah tampan seorang Kim Mingyu telah dihiasi peluh. Tubuhnya sangat lelah, namun hatinya yang bahkan lebih lelah dari tubuhnya. Ia harus segera menemukan keberadaan Wonwoo sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya.

"Mungkinkah dibelakang sekolah ?" monolog Mingyu dan meyakinkan dirinya bahwa tempat yang dipikirkannya itu adalah tempat terakhir yang akan dikunjunginya.

Dibelakang sekolah yang disebutkan oleh Mingyu. Nampak beberapa orang berada disana dengan seseorang yang terpojokkan. Mereka yang tak lain adalah Jin Hyuk, Rowoon dan Soonyoung nampak menyudutkan Wonwoo agar anak itu ketakutan. Entah mengapa dua dari tiga orang itu sangat senang melihat Wonwoo yang ketakutan, justru membuat keduanya sangat ketagihan. Sedangkan satu orangnya yang tak lain adalah Soonyoung hanya melipat kedua tangannya didepan dada, tak lupa kedua mata sipitnya terus menatap kearah Wonwoo tajam.

Jin Hyuk semakin kearah Wonwoo dan terlihat dikedua matanya penuh kebencian terhadap seseorang yang berada dihadapannya, "Kau sungguh tak tahu diri sekali, Jeon Wonwoo. Bisa-bisanya kau kembali ke sekolah ini setelah apa yang kau katakan kepada pihak sekolah. Kau pasti sangat senang ketika mereka memberiku hukuman atas perbuatanku padamu, bukan ?"

Tunggu ! Hukuman ? Bukankah wali kelasnya dulu tidak dapat berbuat apapun kepada Jin Hyuk ? Terlebih Jin Hyuk adalah anak dari pemilik sekolah. Semudah itukah wali kelasnya memberikan hukuman kepadanya ? Wah haruskah ia merasa senang akan hal ini ?

Tanpa sadar Wonwoo menyunggingkan senyumannya dengan apa yang didengarnya. Entahlah ia sangat senang sekali, "___tapi itu tak masalah karena tak sebanding dengan perbuatanmu pada sepupuku. Selamanya kau akan terus dikenang sebagai pembunuh."

"Kau sangat lucu sekali, Jin Hyuk-ssi. Kau mengatakan bahwa Jihoon adalah sepupumu, tapi kau sendiri tidak ada disaat Jihoon membutuhkan seseorang disampingnya. Kau bahkan tidak tahu betapa sulitnya dia berjuang seorang diri tanpa orang tuanya yang tak peduli padanya sama sekali. Kau juga tidak melihat bagaimana luka yang terus Jihoon dapatkan dari kedua orang tuanya. Apakah kau masih layak disebut sepupunya ?"

Jin Hyuk tak pernah menduga jika Wonwoo akan mengatakan hal itu dengan tenangnya. Lihatlah kedua mata itu bahkan tak lagi memancarkan ketakutan, justru kedua mata rubah itu terlihat memancarkan aura tenang. Ada apa sebenarnya dengannya ? Ataukah Wonwoo akan balas dendam kepadanya tentang apa yang telah dilakukannya ?

"BERANI SEKALI KAU BERKATA SEPERTI ITU, JEON WONWOO !" kesal Rowoon bahkan ia mendorong Wonwoo kebelakang, hingga membuat punggung Wonwoo menyentuh dinding tembok sana.

Sedangkan Wonwoo ? Anak itu tersenyum puas melihat bagaimana diamnya Jin Hyuk dan marahnya seorang Kim Rowoon. Mengapa tidak dari dulu saja ia mengatakan hal itu dan mencoba melawan keduanya ? Jika membuat mereka berdua kesal sangat menyenangkan sekali. Dan mungkin ia tidak akan menipu keluarga Kim atas apa yang terjadi padanya.

"Aku berkata berdasarkan fakta, Rowoon-ssi. Memang apa yang harus disalahkan ? Bahkan aku yang kalian sebut pembunuh ini, tak ada bukti tentang diriku yang membunuh sahabatku sendiri. Dan bodohnya kalian percaya begitu saja tanpa bukti yang jelas." kembali Wonwoo membalas. Sesekali kedua matanya menatap kearah Soonyoung yang hanya diam tak mengatakan apapun. Ia lihat soonyoung terlihat tak nyaman atas perkataannya barusan, oh apakah seorang Kwon Sooyoung tersinggung ?

Jin Hyuk merasa lidahnya kelu dan tak bisa membalas perkataan Wonwoo. Biasanya ia akan banyak bicara karena Wonwoo terus saja diam tanpa dapat membalas perkataannya. Tapi sekarang Wonwoo berbeda dan justru ia yang diam, kebalikan dari sebelumnya. Haruskah ia berhenti merisak Wonwoo ?

"Sudahlah. Lebih baik tinggalkan anak tak tahu diri ini." ujar Jin Hyuk dan segera mengajak Rowoon untuk pergi dari tempat tersebut. Jin Hyuk bahkan harus menahan Rowoon yang hendak memukul Wonwoo.

Wonwoo menatap kepergian Jin Hyuk dan Rowoon yang meninggalkan Soonyoung. Kemudian tatapannya teralihkan kepada Soonyouny yang menatapnya tajam dengan tangan masih dilipat didepan dadanya, "Kau tersinggung ?" tanya Wonwoo membuat Soonyoung mendekat kearahnya.

Sooyoung benci atas fakta yang menyebutkan bahwa Wonwoo tersenyum meremehkan kearahnya, "Kau ! Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu, Jeon Wonwoo ? Kau berniat menambah kebencian dari mereka bukan ? Ah aku tahu kau ingin mati ditangan kami, bukankah begitu ?"

"Kau salah ! Sampai kapanpun aku tidak sudi mati ditangan kalian. Bukankah kau sendiri yang menyarankan aku untuk tidak diam ketika kalian merisakku ? Jadi inilah jawabannya. Aku tidak menyesal telah mengatakan hal itu, karena aku berhak untuk melawan."

"Kau__"

Wonwoo menahan tangan Sooyoung yang hendak memukulnya. Ia pegang erat lengan Soonyoung yang sudah jelas akan menimbulkan bekas kemerahan, "Haruskah aku katakan kepada mereka bahwa kau adalah satu-satunya saksi ditempat kejadian ? Aku tak bisa bayangkan bagaimana hari-harimu tidak akan tenang dengan pertanyaan dari mereka tentang aku yang membunuh Jihoon. Kau tidak akan bisa menjawabnya, Kwon Soonyoung."

Ditempatnya berpijak, Mingyu tak percaya dengan baru saja dilihatnya. Tepat dihadapannya Wonwoo dengan tenang melawan mereka sampai tak dapat berkata. Ia bahkan tak ragu untuk tersenyum melihat bagaimana Wonwoo melawan ketakutannya kepada mereka yang mengganggunya. Sekarang Mingyu merasa tenang dan kekhawatirannya berkurang, ia berharap Wonwoo bisa terus menjaga dirinya dan mereka tak lagi mengganggunya.

#23102020

Hampir gak bisa up saking susahnya menyusun kata 😭

Ceritanya bertambah aneh gak sih ? Atau cuma perasaanku saja ?

(Gak tau kenapa aku lagi suka-sukanya ngedit poster kaya gini 😭 dan banyak juga yang menduga FF baru 😆 padahal aku cuma iseng ngedit)

Continue Reading

You'll Also Like

91.2K 11.1K 36
"Kamu Hyunjin kan, mau berteman denganku?" 150918-291018 ©Chyrxa
20K 3.3K 13
Bagaimana jadinya jika Sunoo bertemu kembali dengan kedua mantan kekasihnya. Jake mantan pacar sekaligus cinta pertamanya dan Jay yang merupakan mant...
392K 4.2K 84
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
20.2K 2K 25
FF &TEAM ENHYPEN BXB Sebuah Universe dimana Vampire dan Werewolf sudah bukan lagi musuh melainkan kawan seperjuangan. Perjalanan Seorang Werewolf...