raja chanyeol •chanbaek• [END]

By Guardian_Light

544K 84.8K 17.2K

Gue kira dia itu cuma cowok mesum dengan dandanan ala Raja yang menggelikan, tapi setelah dia dengan terpaksa... More

•1 •loker
•2 •kosan
•3 •makan
•4 •gang sempit
•5 •sweater
•6 •kerja
•7 •bagiin brosur
•8 •coin emas
•9 •ranjang
•10 •lari
•11 •ritual
•12 •tak berdaya
•13 •ramuan
•14 •kamar mandi
•15 •testpack
•16 •sebuah pilihan
•17 •gerbang untuk kembali
•18 • kereta kuda sang Raja
•19 •bandit
•20 •kamar Sang Raja
•21 •malam panas di kamar sang Raja
•22 •kembaran kai?
•23 •pesta
•24 •ibunda raja
•25 •pengukuhan
•26 •hukuman
•27 •peraturan
•28 •balkon
•29 •gambar bergerak
•30 •kepemilikan
•31 •cemburu
•32 •Tabib Will
•33 •ke gep
•34 •diem-dieman
•35 •Andreas
•36 •menjalani hukuman
•37 •Puteri dari Negeri Seberang
•38 •Penyusup
•39 •kepulangan sang Raja
•40 •surat
•41 •seseorang
•42 •perlawanan
•43 •pengkhianatan
•44 •introgasi
•45 •membuka mata
•47 •hari eksekusi
•48 •menanti kelahiran
•49 •ramalan
•50 •bertemu kai
•51 •kejadian tak terduga
•52 •pangeran
•53 •nyala api
•54 •sesuatu yang tersembunyi
•55 •bendera kemenangan
•56 •pemandian
•57 •balkon
•58 •Arthur
•59 •paling berharga
•60 •Raja Selanjutnya

•46 •arti mimpi

5.3K 1.2K 338
By Guardian_Light

Jujur...

Gue sebenarnya pengen ketemu Faresta sesegera mungkin, bahkan kalau bisa saat ini juga. Gue cuma pengen memastikan apa mimpi gak biasa yang gue dapatin tadi malam beneran atau hanya bunga tidur semata. Karena jujur aja, selama gue tinggal di sini, gue jarang banget mengingat mimpi apa aja yang gue dapatkan malam harinya.

Dan gue ngerasa mimpi itu nyata, seolah petunjuk. Andreas pernah cerita, di negeri ini masih percaya yang namanya petunjuk lewat mimpi. Di setiap mimpi, pasti ada arti tersembunyi. Entah itu hal yang baik, atau hal sebaliknya. Saat gue tanyain ke Richard pun, jawaban dia sama. Itulah mengapa gue pengen ketemu sama Faresta secapatnya.

Tapi, nggak bisa.

Kedatangan ibunya Richard yang tiba-tiba di pagi hari ini jelas aja gak bisa untuk gue abaikan. Sebisa mungkin tetep mengulas senyum hangat, nyoba tetep kalem di saat dia terus aja berceloteh banyak hal. Sebelah tangannya dengan lembut mulai ngelus permukaan perut gue yang membuncit dari balik pakaian, kembali senyum pas ngerasain ada sedikit tendangan dari dalam.

Bener.

Gue juga ngerasain.

"Ah, aku bisa merasakan Putra Mahkota negeri ini sedang bergerak."

Kepala gue ngangguk, nyanggah perut gue sambil ikut mengelusi permukaannya sesekali. Meskipun memang kerasa samar, tapi gue yakin betul kalau janin yang lagi bertumbuh dan berkembang di dalam sana baik-baik aja. Dia janin yang kuat, sama seperti Ayahnya. Dan gue beryukur akan itu, baik gue maupun dia berhasil selamat.

"Setelah ini beristirahatlah, kau dan juga bayimu membutuhkan waktu agar cepat pulih."

"Terima kasih, Ibunda."

Selain ngelusin perut gue penuh kasih sayang, Ibunya si Richard juga gak jarang nyodorin potongan buah segar ke arah gue, nyuapinin dengan sabar. Dia berlaku bukan seperti seorang Ibunda Raja, tapi rasanya kayak seorang Ibu ke anak kesayangannya. Rasanya nyaman dan aman, terlebih sapuan telapak tangannya yang halus di puncak kepala gue itu bikin senyuman gue keluar tanpa gue minta.

Richard cuma diem aja, duduk di kursi kamar sambil merhatiin kita berdua dan sesekali ngebaca buku yang tebal di tangannya. Pria itu bener-bener nepatin janjinya buat gak ninggalin gue, terus berusaha nyiptain rasa aman dengan berada di dekat gue. Semua urusannya bahkan dilimpahkan sementara ke perdana menteri kepercayaannya. Dan soal penjagaan istana, semua diserahin sama Andreas yang gantiin posisi Faresta sebagai panglima.

Gue menghela nafas pelan, lagi. Mimpi tadi malem masih teriang jelas dan gue gak bakalan tenang kalau belum ketemu sama si Fares.

"Apa kehadiranku menganggumu, Wahai menantuku?"

Spontan, gue yang denger suara itupun menggeleng cepat. "Ah, tidak, Ibunda," jawab gue.

"Sejak tadi kau hanya diam dan menjawabku seadanya," ujarnya lembut, kembali natap ke arah gue sambil megang tangan kanan gue penuh kasih. "Apakah kau tengah memikirkan sesuatu?"

"Tidak, Ibunda."

"Sungguhkah itu?"

Dia ngebelai pipi gue lagi, kembali tersenyum hangat. "Janganlah kau sungkan untuk bercerita padaku, Nak. Tapi bila memang tak ingin menceritakannya padaku, kau bisa menceritakan masalahmu pada Richard. Aku tak ingin janin di dalam sini ikut merasakan juga kekhawatiran Ibundanya," ujar Ibunya Richard panjang lebar.

Rasanya campur aduk, sumpah.

Gue selama ini gak pernah lagi dapet kasih sayang seorang ibu, hampir lupa gimana sensasinya. Dan di dalam pelukan Ibunya Richard rasanya hangat, kayak dipeluk sama Mama gue beneran. Bahkan saking nyamannya gue sampai gak sadar Richard udah berdiri tepat di samping gue, kemudian ngusak puncak kepala gue sambil tersenyum.

"Sudah menjelang siang, Dear. Sebaliknya kau bersiap untuk makan dan kembali bertemu dengan Tabib Will untuk memeriksakan kondisimu."

"Aku baik, Richard."

"Apa kau ingin aku temani, Wahai menantuku?" Ibunya Richard nawarin diri, natap gue khawatir lagi. "Aku tidak keberatan bila harus menemanimu."

Untuk sesaat, gue natap wanita itu ragu. Gue sebenernya gak enak buat nolak, tapi di satu sisi gue ngerasa baik-baik aja dan lebih milih buat ketemu sama Faresta aja. Gue ngulum bibir bawah agak gugup. "Sebenarnya... hamba sudah berencana untuk  bertemu dengan Faresta pagi ini, Ibunda."

Raut muka Ibunya Richard entah kenapa tiba-tiba aja berubah pucat gitu, keliatan kaget. Tetapi, gue mencoba buat mengabaikan. Gue ngelirik ke arah Richard, ngambil tangan kanannya untuk gue genggam dengan erat. Richard ngebalas genggaman tangan gue gak kalah erat, gak bicara apapun karena Richard udah tau niatan gue sejak tadi malem. Bahkan dia yang ngebujuk gue terus menerus pas gue maksa ketemu Fares saat itu juga.

Entahlah.

Mungkin dengan bertemu Faresta secara langsung bisa nunjukin sesuatu.

"Untuk apa kau menemuinya?" tanya Ibunya Richard, masih natap gue dengan ekspresi yang sama. "Dia hampir saja membunuhmu, sebaiknya kau tak perlu bertemu lagi dengannya."

Kepala gue ngegeleng. "Mohon ampun, Ibunda. Tapi aku sangat ingin bertemu dengannya untuk memastikan sesuatu."

"Apa gerangan sesuatu yang kau maksudkan itu, Menantuku?"

"Aku bermimpi jika sebenarnya bukan Putri Claire lah yang menyuruh Faresta, tetapi seseorang yang lain dari kerajaan ini."

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak tahu pastinya, Ibunda," Gue ngulum bibir sebentar, natap Ibunya Richard sekali lagi sebelum melanjutkan ucapan,

"Hanya Farestalah yang tahu siapa pelaku sebenarnya."

.
.🍌🍓.
.


Kalau ditanya apa gue berani ketemu Faresta,

Jawabannya nggak.

Nyatanya kedua kaki gue rasanya gemeter hebat dan jantung gue berdegub kencang. Padahal, gue bahkan belum melangkah masuk ke dalam ruangan dimana Faresta berada. Rasa takut di malam itu, rasa sakit dan senyuman miring itu masih jelas di otak. Gue gak bener-bener bisa ngelupain semua kejadian itu sedikitpun, susah. Sekuat apapun gue mencoba.

Gue narik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata, nyoba buat menenangkan diri. Sebelah tangan gue masih menggenggam erat ujung pakaiannya Richard, berusaha mensugestikan diri gue sendiri kalau semua baik-baik aja. Richard ada di sini, di sisi gue. Dia pastinya gak bakal ngebiarin Fares ngelukain gue lagi.

"Jika kau memang masih belum siap untuk menemuinya, kau bisa menundanya, Dear. Jangan kau paksakan."

Gue kembali narik nafas dalam, dongak natap si Richard setelah sebelumnya ngegelengin kepala. Kedua ujung bibir gue tertarik bersamaan. "Tidak," jawab gue, menatapnya mantab. "Harus kuselesaikan secepatnya, Richard. Aku tak ingin pelaku sebenarnya bebas melakukan apapun dan membahayakan yang lain. Terlebih dirimu."

Richard senyum, ngebelai pipi gue dengan jemari-jemarinya yang panjang. Tatapanya melembut dan gue ngerasa lebih tenang ngeliat itu, rasanya kayak dapat kekuatan baru.

"Baiklah, Dear. Tetapi aku akan membawa paksa dirimu jika terjadi sesuatu," jelas si Richard, balas menatap.

Kepala gue cuma ngangguk, setuju.

Tarik nafas, buang.

Gue melakukan itu berulang kali buat menenangkan diri, mencoba membuang pikiran buruk dari kepala. Ada Richard dan pengawal yang lainnya, harusnya gue gak boleh ragu apalagi takut. Jadi, gue balik melangkahkan kaki menuju ke ruangan temaram di bawah kerajaan, dimana penjara bawah tanah itu di bangun. Ada enam sel dengan satu jendela kecil sebagai ventilasi di setiap selnya, selebihnya gak ada.

Dan ini adakah kali kedua gue ke tempat ini setelah kejadian Lucas waktu itu.

"Wah, tak kusangka Baginda Ratu Negeri ini akan berkunjung. Ah, kupikir kau dan bayimu sudah berada di Nirwana. Sayang sekali."

"Jaga ucapanmu, Faresta!"

"Ah, maafkan hamba Yang Mulia Raja. Hamba tidak bisa menahan diri."

Gue buru-buru nahan pergelangan tangan Richard yang hampir aja kemakan amarah, terlebih ketika dia ngeliat sunggingan senyum miring dari bibir Faresta yang keliatan menyebalkan, seperti meremehkan. Sebisa mungkin gue ngusap-ngusap permukaan dada Richard dengan lembut sambil terus berbisik untuk tenang. Gue gak mau kalau sampai Richard kepancing dan berakhir dengan sia.

Andreas dan satu pengawal berbadan tinggu besar ngebuka pintu sel itu dan masuk lebih dulu ke dalamnya, mastiin kalau ikatan di kedua pergelangan tangannya Faresta tetap erat. Dia dibiarin buat duduk bersimpuh sedangkan kita semua berdiri di hadapannya, saling bersitatap. Faresta dongak, natap gue sesekali sambil terkekeh seolah ada hal yang lucu.

"Dari pemeriksaan Putri Claire kemarin, dia sama sekali tak terbukti bersalah. Kau... kenapa menyembunyikan pelaku yang asli?"

Gak tahan, gue langsung aja to the point.

Rasanya, pengen ngegas.

"Apa keuntunganmu melakukan ini, Faresta? Kenapa kau sampai rela menukar nyawamu hanya untuk melindunginya?"

Faresta ketawa lagi. "Ah, bukankah aku sudah berkata jujur saat itu? Aku hanya menjalankan perintah Putri Claire yang terobsesi dengan Yang Mulia Raja, apalagi yang aku sembunyikan?"

"Putri Claire memiliki alibi yang kuat," Richard yang ngomong kali ini, natap tajam ke arah Faresta. "Dan lagi, kudengar Putri Claire akan melangsungkan pernikahan dengan Putra dari kerajaan Alatus di negeri seberang satu minggu yang akan datamg. Jadi, tidak mungkin jika dia merencanakan semua ini."

Faresta seketika diam, namun masih mengulas senyum.

Terdengar helaan nafas panjang darinya, ngebuat gue ngerutin dahi gak ngerti akan sikapnya yang tiba-tiba. Dia nunduk barang sebentar sebelum arah tatapannya berubah menatap ke arah Ibunya Richard yang memang kebetulan datang nemenin gue. Dia ketawa pelan, kembali mengembuskan nafas dan pundaknya yang semula keliatan tegang jadi melemas.

"Maafkan hamba, hamba memang bukanlah pembohong yang baik."

Kita semua masih diem, nunggu Faresta selesai bicara.

"Wahai Ibunda Raja yang kami cintai, bertahun-tahun kuabdikan diriku untukmu, bahkan sampai rela menjadikan nyawaku sebagai taruhan atas keinginanmu," Fares natap Ibunya Richard dengan air muka yang gak bisa gue mengerti. "Tapi hendak sampai kapan kau menyembunyikan semua ini hm? Menutupi hatimu yang busuk dengan semua kebaikanmu yang palsu."

Gue dan Richard sama-sama ngerutin kening, gak paham sama ucapan Faresta yang tiba-tiba. Arah pandangnya si Fares sejurus ke depan, natap tepat Ibunda Raja yang juga ngerutin keningnya. "Apa yang kau katakan itu, Faresta? Aku tidak tahu dan tidak mengerti," jawab Ibunya Richard, bikin gue seketika bingung.

Alih-alih ngejawab dengan segera, Faresta justru ketawa puas banget. Tatapannya masih tertuju tepat ke arah Ibunda Raja seolah cuma ada mereka berdua di sini, gak ngerasa keganggu sama kehadiran gue dan juga Richard. Faresta ngekeh sekali sebelum senyum penuhnya hilang, terganti sama tatapan yang kian tajam dan nyalang. Dia berdesis sinis, keliatan gak suka.

"Lupakah engkau, Yang Mulia?" Faresta kembali bicara. "Kau memintaku untuk melenyapkan Ratu dan melimpahkan semua kesalahanmu itu pada Putri Claire dengan memanfaatkan kebencian dirinya pada Ratu. Kau juga yang memintaku untuk membunuh siapapun yang menghalangi jalanmu. Benarkan? Ah, apa sekalian saja kukatakan pada Yang Mulia Raja bahwa sesungguhnya kau sangat membenci Ratunya? Membenci keturunannya yang tidak lain adalah calon penerus kerajaan ini?"

"Hentikan! Jaga bicaramu, Faresta!"

Faresta ketawa lagi. "Kenapa, wahai Yang Mulia? Kau tak ingin bila Putra kebangganmu ini tahu kebusukanmu selama ini? Bukan kah engkau kecewa karena dia lebih memilih Ratu Alta ketimbang Putri Claire? Akuilah, kau bahkan berniat untuk meracuni sang Ratu diperjamuan selanjutnya."

Bentar.

Gue gak paham.

Jadi arti mimpi gue tadi malam...

Ini?

Sosok lain di belakang Faresta itu, Ibunda Raja?

Ibunya Richard?

"Jangan mengada-ngada, Faresta! Ibundaku tak mungkin melakukan itu!"

Faresta kembali bersandar di dinding. "Lalu mengapa Ibunda Raja tak menemui Ratu di malam itu? Bukankah seharusnya dia datang lebih cepat bila memang dia peduli dengan keselamatan Ratu dan janinnya? Kenapa harus menunggu hari berikutnya? Bisa kau jawab itu, Ibunda Raja?"

Ibunya Richard cuma diem, kayak gak bisa lagi ngejawab.

Sesaat, gue ngelirik ke arah Richard yang keliatan kecewa, ngebuat gue ikut ngerasain sakit entah kenapa. Bisa gue liat juga kepalan tangannya yang kian menguat, spontan ngebuat gue ngeraih tangannya buat gue genggam gak kalah erat. Berharap kalau apa yang gue lakuin bisa ngebuat dia lebih tenang.

"Ap-apakah itu alasan Ibunda memaksaku untuk mengangkat Putri Claire menjadi seorang selir? Apa benar, Ibunda?" Richard natap Ibunya gak percaya, keliatan banget kekecewaan di pancaran matanya. "Aku hanya mencintai Ratuku, Ibunda. Akan dan selalu. Aku bahkan tak peduli jika harus turun dari jabatanku sebagai seorang Raja, aku tidak akan pernah melepasnya, tidak akan."

"Ti-tidak, Nak. Ibunda bisa jelaskan."

"Lebih baik kau jelaskan saja racun yang kau simpan di kamarmu itu...."

Sebelum benar-benar menyudahi ucapannya, Fares kembali natap Ibunya Richard yang nampak gak bisa jawab apa-apa lagi. Dia ngekeh puas sebelum berkata,

"... berhentilah bersandiwara dan akui semua kebusukanmu."

--tbc.

Wah, apa nih?

Jadi selama ini Ibunya Richard yang jahat?

Hmm... siapa nih yang tebakannya bener? Kira-kira lanjutannya bakal gimana, ya?

Buat kalian semua yang udah dukung, makasih banyak. Yang sampai DM aku di sini ataupun di ig, makasih banyak juga. Kalian semua yang bikin aku semangat buat terus nulis, bikin aku terus muter otak buat nyajiin cerita yang bikin kalian terhibur. Dan apakah sepanjang ini yang kalian mauuu? Dari yang 1k jadi hampir 2k an wkwk.

Maap juga ya kalau di chapt ini agak bingungin atau gajelas, udah lama bat gak bikin cerita dengan konflik yang agak berat, jadi buat yang gak terbiasa sama cerita berkonflik, bisa skip aja. Buat yang ngerasa bosen ataupun gak suka juga bisa skip aja yaa. Mohon banget, berlaku buat semuanya ya, kalau memang gak suka sama suatu hal cukup lewatin aja, okay? Kita gak tau apa aja yang udah dia lakuin buat bikin suatu karya. So, hargaiilah✨

Kritik dan saran? Silakan, kalau bisa yang membangun yaa. Biat aku bisa muter otak nyari sesuatu yang bikin kalian tercengang😚

Voment? Aw, makasih banyak yaaa😚❤

Continue Reading

You'll Also Like

111K 318 6
bikin basah💧 Isinya colmek ngewe jilmek semua🔞🔞🔞🔞🔞🔞 siap siapin tisu aja yahh Bocil di larang masuk 🔞 ada fotho and video nya juga ya
37.2K 939 13
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...
786K 22.9K 62
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
965K 61.4K 37
SLOW UPDATE Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...