her | izone

By yenajigumina

89.8K 12.9K 1.9K

[16+] Beredar rumor yang tidak sedap mengenai kampus yang baru saja diangkat namanya oleh seorang mahasiswa b... More

[0] intro
[1] tugas kuliah
[2] malam hari
[3] perpustakaan
untuk wizone
[4] minuman
[5] prasangka
[6] sebuah surat
[7] insiden
[📥]
[8] sakit hati
[📥]
[9] sesuatu berbeda
[📥]
[10] merenggang
[11] tidak disangka
[12] "aku tertekan."
[13] hari yang sendu
[14] obrolan singkat
[15] siapa dia?
[16] pusing kepala ini
[17] drop drop drop
[18] tidak terduga
[19] spekulasi
[20] perantara diri
[21] ruangan itu
[23] authenticity
ask me anything!

[22] itu, dia

1.5K 309 30
By yenajigumina

Saat Hyewon sedang sibuk mengancam Chaewon, pintu Kabinet Menteri terbuka dengan lebar diiringi suara hentakan yang keras karena pintunya menabrak tembok.

Baik Hyewon maupun Chaewon sama sama terkejut dan dalam hati Chaewon merasakan kelegaan yang setidaknya membuat dia merasa sedikit aman.

Hyewon kembali menatap Chaewon dengan remeh, dia berdecak pelan, "Cih? Bawa pasukan nih ceritanya?"

"Mendingan lo cepetan simpen pisau lo itu deh!" kali ini yang bersuara dengan lantang adalah Ahn Yujin. Sementara yang lain di belakangnya dengan perasaan takut.

Sejujurnya tidak ada yang berani mendekat ke arah Hyewon karena sekarang di tangan kirinya sudah memegang pisau daging padahal awalnya saat masih berdebat dengan Chaewon, dia menaruhnya di atas meja.

Semua orang fokus ke Hyewon, sementara Yuri yang berada di bagian belakang itu memundurkan langkahnya, dia mengambil ponsel di saku celananya dan segera menghubungi seseorang yang penting.

Telponnya langsung diangkat dan Yuri sangat bersyukur akan hal itu, "Ayah, tolong banget Ayah harus ke kampus Yuri sekarang. Ayah jangan lupa bawah pasukan soal—"

"Halo? Kamu kenapa Nak? Ngomong pelan pelan Ayah tidak paham."

Yuri menghela nafasnya kasar sambil melihat sekitar yang ternyata sangat sepi, "Ayah, di kampus lagi ada masalah besar. Ayah ingat kan semua kasus yang Ayah tangani itu menimbulkan tanda tanya?"

"Iya ingat."

"Ayah cepat ke sini! Jangan lupa bawa pasukan! Tolong percaya dengan Yuri, Yah. Yuri berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Ayah."

"Baiklah, Ayah akan sampai di sana dalam waktu lima belas menit."

"Sebentar Nak! Kamu saat ini berada dimana?"

"Yuri ada di ruangan Kabinet Menteri, Yah. Tanyakan saja kepada satpam atau mahasiswa yang Ayah temui, tolong sekali Yah untuk datang ke sini," jelas Yuri yang diakhiri dengan kalimat permohonan.

"Baik."

Telpon mereka terputus, kemudian Yuri mengintip sedikit dari pintu dan sekerang ada seseorang yang disandra oleh Hyewon, siapa lagi kalau bukan Chaewon karena dia sudah berada di sudut ruangan dan tidak bisa kemana mana lagi.

Hyewon mengarahkan pisau tersebut ke arah leher Chaewon, kemudian yang lain histeris dibuatnya. Hitomi keluar dari ruangan tersebut dan berusaha untuk meminta bantuan karena saat ini mereka bingung apa yang harus dilakukan.

"Turunin senjata lo! Kita ngomongin ini baik baik," ucap Wonyoung dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Hyewon tersenyum licik, "Hah? Ngomongin baik baik? Mana mungkin!"

Sakura menatap bengis ke arah Hyewon yang sudah sangat teramat di luar batas, "Mau secantik apapun permainan lo, semuanya bakalan ketahuan pada waktunya."

"Oww anak indigo mengerikan sekali," ledek Hyewon dan dia tertawa sendiri padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

Karena melihat Hitomi yang keluar, Nako pun ikut keluar, keduanya berlari secepat mungkin untuk mencari bantuan, siapapun itu semoga mereka mau.

Semua langkah berusaha untuk mendekat, beberapa dari arah yang sama, yaitu Sakura, Yujin, dan juga Wonyoung. Sementara dari arah sisi lain ada Chaeyeon dan juga Minju.

"Jangan mendekat!" teriak Hyewon.

Langkah mereka semua berhenti, mereka khawatir jika Chaewon akan terluka. Digeser saja pisau itu sedikit maka leher Chaewon akan mengeluarkan darah yang banyak.

"Gua tau kok," ucap Sakura, "Dari awal gua udah curiga sama lo."

Yuri kembali masuk ke dalam ruangan dan betapa terkejutnya dia karena posisi mereka berpencar ke arah sisi lain.

"Nggak usah berlagak sok pintar deh lo," tukas Hyewon kesal dan dia malah semakin menahan Chaewon yang berusaha untuk meronta padahal berbahaya.

Ketika melihat pisau daging yang ada di tangan Hyewon, Yuri sadar jika itu adalah pisau yang dia lihat ada di dalam belanjaan Hyewon dan Minju waktu itu.

"Itu kan pisau yang kita beli kemarin?" ucap Minju dengan wajah yang sulit diartikan.

Hyewon tertawa karena menurutnya lucu, padahal tidak ada yang sedang melucu ataupun ada momen lucu, "Kalian semua harus berterima kasih dengan Minju karena dia yang selama ini ngebantu semua ini."

Tentu saja seluruh mata menatap Minju dengan tatapan tanda tanya besar. Dan Minju sendiri merespon dengan gelengan yang cepat.

"Lo jangan percaya dia, gua nggak turut andil dalam tingkah dia yang aneh," sahut Minju dengan wajah paniknya.

"Tapi lo nggak inget ya Ju? Lo bantuin gua untuk ini itu dan sama aja lo membantu gua, kan?" ucap Hyewon.

Apa yang Hyewon ucapkan itu benar, tetapi Minju benar benar tidak tahu niat Hyewon. Yang dia tahu ya temannya itu akan melaksanakan olimpiade kimia.

Minju itu benar benar polos. Dia sendiri saja sudah pusing dengan masalah serta tugas di hidupnya, bagaimana dia bisa mencelakai orang lain? Rasanya mustahil.

Chaeyeon yang melihat tubuh Minju bergetar langsung menggenggam tangannya dengan hangat. Situasi saat ini benar benar tidak mengenakan sekali.

"Ck, nggak ada Hitomi ya sekarang?" tanya Hyewon dan tentu saja tidak ada yang menjawab.

"Haha, kalian semua nggak punya etika ya? Kalau ada orang yang nanya itu dijawab, bukan didiemin doang."

"Mau Hitomi ada di sini ataupun nggak itu bukan urusan lo," sahut Wonyoung.

"Oh begitu ya? Tadi gua liat dia kok. Terus dia keluar ruangan ini. Pasti dia mau cepu ya? Hahahahahaha!"

Kalau diperhatikan dengan seksama, Hyewon ini sudah gila. Dia memang pintar, tetapi karena paksaan dan juga tekanan, hal itulah yang membuatnya gila seperti ini sampai sampai mencelakai orang lain demi memuaskan diri sendiri.

"Harusnya lo sadar Ju kalau semuanya nggak baik baik aja sejak awal," kata Hyewon yang sekarang menjauhkan pisau dari leher Chaewon, namun dia malah mendorong Chaewon sampai berbunyi hantaman yang keras di lantai karena Hyewon mendorongnya dengan sangat kuat.

"AAAKKKHH!" Chaewon berteriak saat tangannya itu tertindih oleh tubuhnya. Walaupun Chaewon itu kurus, tetapi tetap saja tangannya sangat teramat sakit karena jatuhnya juga tidak baik.

Wonyoung yang berada di dekat Chaewon itu mendekatkan dirinya sambil berjongkok. Kemudian Chaewon menunjukkan tangan kirinya yang sakit.

"Sakit banget?" tanya Wonyoung dan dihadiahi oleh anggukan dengan wajah menahan tangis.

"Kayaknya keseleo deh," ucap Wonyoung sambil menyentuh permukaan kulit yang berwarna merah.

"Aww— jangan disitu..., sakit banget! Nggak bisa digerakin," sahut Chaewon. Suaranya benar benar terlihat sangat pelan.

"Itu patah."

Hyewon lagi yang bersuara padahal dia tidak mendengar jelas ucapan Wonyoung dan Chaewon, "Dari waktu dia gua dorong juga udah ketara kali kalau bakalan patah."

"Brengsek," cicit Yujin pelan sambil menatap bengis ke arah Hyewon.

Chaeyeon melirik ke arah teman temannya secara bergantian, kemudian dia mengeluarkan ponselnya secara diam diam, lalu dia menekan tombol merah di layar ponselnya. Saat setelah ditekan, dia langsung kembali menyimpannya di dalam saku celana.

"Terus maksud lo dari awal udah nggak baik baik aja itu apa?" kesal Sakura.

Hyewon tersenyum licik, "Kan? Kalian semua itu bodoh. Gitu aja nggak ngerti."

"Ya kalau gitu tinggal jelasin aja bego!" tukas Yujin tanpa menyalin kosa katanya lagi, "Kalau lo pintar ya udah jelasin ke orang yang bego!"

Hyewon tersenyum dengan perasaan bangga yang dapat dirasakan oleh mereka semua. Percayalah, mereka semua tidak ada yang berani mendekat karena pisau daging yang masih ada di genggamannya Hyewon.

Dia menarik kursi yang ada di dekatnya, kemudian dia menopang dagunya dengan salah satu tangannya di atas mena, "Semuanya, itu karena gua. Manusia paling pintar di kampus dan kalian semua nggak bisa ngalahin gua sampai kapanpun itu."

Perlu diketahui, olimpiade kimia diundur menjadi bulan depan.

Dan perlu diketahui, Hyewon ke ruangan KM pasti ada alasannya. Ingat, Hyewon bisa melakukan apa saja demi menghilangkan stress dan dirinya sendiri.

"Gua nggak bakalan ngomong kalau pintu nggak ditutup."

Sakura mengerutkan keningnya, "Untuk apa? Barusan juga masuk kelas dan kita semua di sini bolos."

Hitomi dan Nako datang dengan pandangan yang kosong. Kemudian Nako menutup pintunya dengan rapat. Hal itu membuat Hyewon tersenyum miring.

Sakura melirik ke arah mereka berdua, sekarang feelingnya ngerasa nggak enak. Situasi tiba tiba membuatnya ingin muntah dan kepalanya sedikit pusing padahal tidak terjadi apa apa.

Continue Reading

You'll Also Like

4.4K 741 22
(story based on New Jeans 'Ditto' MV) Aku pikir ini hadiah natal, pada akhirnya aku memiliki teman.[] written by wonniefoxxi start:26/12/22 end:25/03...
2.3K 286 23
"haerinnn jangan tinggalkan aku hiks" "drama terus, ga ada jalan hidup lain kah?" "berisik!" "asu, cocok deh sama nama mu asa as Asu" "Hong sialan!" ...
17.7K 3.4K 38
Dahyun : Nama grup detektif kita apa ya? Tyuzu : Hmm... Gimana kalau Dandelion? Dahyun : Dandelion? Bukannya itu bunga? Chaeyoung : Ya udah itu aja...
284K 17.7K 76
[Revisi] Ini cerita dari sembilan cewek cantik dengan kewarasan yang perlu di pertanyakan . Fakestagram✔ Fakechat✔ Just for Fun, no baper baper club ...