Beby and Brother's [TERBIT]

By alalaylay

7M 734K 52.6K

Beby Abigail, si gadis polos nan lugu, hidupnya berubah menjadi 180 derajat ketika mamanya tiba-tiba menikah... More

Bab 1
Bab 2
C A S T
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
INFO
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
C A S T 2
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60 (End)
Coming Soon?
VOTE COVER
PREORDER

Bab 25

141K 13.3K 728
By alalaylay

Beby tersenyum ketika melihat orang yang ia cari sudah terlihat dimatanya dan ternyata sedang bersama abangnya. Ia mendekat ke arah kedua lelaki itu. Dengan paper bag yang sudah berpindah ke pelukannya.

Sementara Nio berdiri dengan kaku kala adiknya berjalan mendekat.

"Tadi aku cari kak El, ternyata sama bang Nio." Ujar Beby lugu. "Beby mau kembalikan sera--"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Nio menarik pergelangan tangannya. Apalagi paper bag yang ia sodorkan terjatuh begitu saja.

Dengan tubuh mungilnya, Beby berusaha menyamai langkah kaki Nio yang terbilang lebar. Beby menengok ke belakang, sekedar untuk melihat sahabat abangnya. Disana Elan hanya menatap kepergian mereka dengan raut wajah yang sulit diartikan.

***

"Abang! Kita mau kemana?" Beby bertanya dengan nada panik.

Pasalnya mereka sekarang tengah memasuki mobil-yang memang saat pagi tadi mereka berangkat menggunakan mobil karena motor Nio disita oleh Damian-padahal bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

Beby menoleh ketika tak mendengar jawaban dari abangnya. "A-abang?"

Nio menghembuskan napas pelan. "Kita mau jalan-jalan."

Mata Beby membeliak, "maksudnya kita bolos?!" serunya.

Nio terkekeh kecil, ia mengulurkan tangannya guna untuk mengacak rambut Beby. Lalu ia beralih, mulai mengemudi.

"Nanti dimarahi, abang!" Beby merengut.

"Itu biar jadi urusan abang, Baby." Ucap Nio, "sekarang abang ingin habisin waktu berdua sama Beby."

Beby menghela napas dan mengangguk pasrah.

Kemudian keheninganlah yang menemani perjalanan mereka. Hanya bertahan beberapa detik karena Beby kembali bertanya pada Nio. "Abang tadi bertengkar sama kak El ya?"

Nio menoleh singkat, "Beby dengar sampai mana?" Bukannya menjawab, Nio justru balik bertanya.

Membuat Beby menelengkan kepala sembari mengedip-ngedipkan matanya. "Lupa," ringisnya.

Nio tertawa kecil mendengar jawaban sang adik. Namun terselip rasa lega dihatinya, jika Beby tak tahu bahwa pertengkaran kecil 'mereka' bersangkutan dengan dirinya.

"Ih abang jangan diketawain!" Pekik Beby, pipinya mengembung seraya melipatkan tangan diatas perut.

"Soalnya Beby lucu," balas Nio dengan mata yang masih fokus ke jalanan.

"Tapi, walaupun Beby gak tau masalah abang sama kak El. Kalian harus segera berbaikan, gak baik tau bertengkar lama-lama sama teman. Salah atau nggak, pokoknya abang harus minta maaf duluan gak usah malu. Karena itu tandanya abang berusaha buat menghargai pertemanan kalian." Nasihat Beby dengan cakap.

Nio tersenyum, "wah.. adik abang ternyata bijak ya. Pandai berkata-kata."

Beby mengangguk antusias. "Itu kata-kata dari google abang, Beby menghafalnya. Tadi dikelas ada temen Beby yang berantem, pukul-pukulan dan gak ada yang berani buat melerai. Jadi Beby sempet tanya google, caranya misahin orang berantem gimana." Ceritanya panjang lebar.

Perkataan Beby, membuat Nio tak tahan untuk tidak tertawa. Ia bahkan sempat mengeluarkan sedikit air mata diujung, yang langsung diusapnya.

Setelah tawanya mereda, Nio menujulurkan salah satu tangannya untuk mengacak rambut Beby lagi. "Adik abang kenapa gemesin gini sih!"

Perlakuan Nio membuat Beby cemberut.

"Abang jangan diberantakin terus rambut Beby!" rengek Beby.

Nio terkekeh.

Dengan sedikit jengkel, Beby memalingkan wajahnya ke arah jendela. Matanga berbinar kala melihat sesuatu yang menarik minatnya.

"Abang! Beby mau es cendol!" Beby menunjuk arah luar mobil yang ternyata terdapat beberapa pedagang kaki lima.

Tak ada tanda-tanda menghentikan mobil , Nio malah terus melajukan mobilnya pelan. "Disana gak higienis, Beby."

Beby mendengus dan mengerucutkan bibir, "tapi Beby haus. Pengen minum yang dingin-dingin."

"Es krim?" tawar Nio.

"Tapi dirumah udah ada es krim sekulkas, abang. Kalo beli lagi, sayang es krim dirumah gak dimakan dan juga malah buang uang. Lagipula Beby maunya yang berbentuk cair."

"Loh, kan es krim salah satu bahannya juga dari air kalau dimakan langsung mencair."

"Ihh Beby malah kesel sama abang!"

Beby kembali memalingkan wajah. Membuat Nio terkekeh senang ketika menggoda adiknya.

Beberapa menit kemudian, Beby menoleh ketika mobil berhenti.

"Bukannya Beby tadi bilang haus? Ayo kita turun beli minuman." Kata Nio lembut sambil melepaskan seatbelt miliknya dan juga adiknya.

"Beli snack juga boleh, abang?"

"Apapun kemauan Beby."

Beby bersorak gembira dan segera turun dari mobil. Lalu berlari kecil menuju supermarket meninggalkan Nio dibelakangnya.

"Jangan lari-lari Beby nanti jatuh!"

***

Gadis mungil itu mengikuti langkah abangnya yang sekarang tengah menuju ke lemari pendingin.

Sementara Nio, sekarang tengah membuka salah satu pintu showcase. Matanya menjelajahi bermacam-macam minuman kemasan botol. "Beby mau yang mana?"

Beby segera mengedarkan pandangannya ke segala arah minuman saat ditanya abangnya.

"Em... Beby mau yoghurt aja."

Nio mengiyakan.

"Beby mau kesana ya, abang?" Beby menunjuk arah rak dimana disana tempat perkumpulan snack.

"Iya, abang akan ambil ini dulu. Kalo sudah selesai nanti ke kasir ya."

Beby mengangguk semangat. Tanpa kata, ia berjalan cepat meninggalkan abangnya. Nio menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman menanggapi kelakuan Beby.

Sudah berada ditujuannya, Beby segera menyusuri rak sampai ujungnya dengan mata menjelajah semua snack yang ia inginkan. Dan akhirnya Beby menemukan snack kesukaannya. Tapi sayangnya berada paling atas.

Namun, Beby akan berusaha untuk mengambilnya. Ia mengangkat tangan kanannya dan kakinya mulai berjinjit. Karena tetap tak sampai, Beby pun melompat-lompat.

Dan tiba-tiba terdapat tangan lain yang lebih besar darinya, meraih salah satu snack itu dengan mudah.

"Kamu mau ambil ini?"

Beby mengernyit mendengar suara berat tepat dibelakangnya yang terasa tak asing baginya. Ia mengambil snack coklat itu sebelum membalikkan badannya.

"Terima ka--"

Sontak Beby menghentikan ucapannya ketika melihat siapa penolongnya. Ia melebarkan mata dengan raut wajah yang mendadak menjadi pucat.

Orang yang sekarang berada didepannya, yang tak lain adalah seorang lelaki itu juga terlihat terkejut. "Beby?"

Tubuh Beby gemetar kala lelaki itu memanggil namanya. Dari mana lelaki ini mengetahui namanya?

"Hei," lelaki itu mengulurkan tangannya hendak menepuk bahu gadis didepannya tetapi tidak jadi ketika Beby langsung menghindar, sehingga membuat tangannya menggantung. Segera, lelaki itu menarik kembali tangannya.

"Beby!"

Suara itu membuat keduanya menoleh.

Dan ketika tahu jika itu abangnya yang tengah berdiri diujung rak membuat Beby segera berlari ke arah Nio.

Dahi Nio terlipat saat mengetahui keadaan adiknya. Rasa cemas segera muncul.

"Hey, adiknya abang kenapa? Muka Beby pucat, Beby sakit?"

Beby menggeleng, "kita pulang sekarang ya bang" gumamnya.

Membuat Nio mau tak mau menyetujuinya. Ia segera menggiring Beby menuju kasir terlebih dahulu. Bahkan ia tak sempat melihat seorang lelaki yang tengah berbicara dengan adiknya tadi, karena rasa khawatir lebih mendominasinya.

***

Dengan pelan Beby memasuki rumah dengan Nio merangkulnya.

Nio membawa Beby menuju arah dapur. Lalu ia menuntun Beby untuk duduk. "Sebentar ya, abang ambil minum dulu."

Tanpa menunggu jawaban, Nio melenggang begitu saja.

Netra Beby menangkap sosok abangnya yang lain telah menaiki anak tangga. Dengan buru-buru, Beby segera menyusul.

Sampai dipintu kamar abangnya yang tertutup, Beby menghembuskan napas pelan sebelum mengetuk pintu tersebut sebagai bentuk kesopanan. Memang akhir-akhir ini, Beby sedikit menghilangkan perilakunya yang sering menerobos pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Setelah mendapati jawaban dari dalam, Beby membuka pintu perlahan. Ia hanya melihat punggung abangnya karena abangnya tengah membelakanginya.

"Abang?"

Suaranya berhasil membuat Damian menoleh.

"Beby? Beby sudah pulang?" tanya Damian, "kenapa diam disitu. Sini masuk."

Menurut, Beby memasuki kamar Damian tak lupa menutup kembali pintunya. Kemudian ia melangkah mendekati abangnya.

Damian mengernyit kala menemukan ada sesuatu yang berbeda dengan adiknya. "Beby kenapa? Beby sakit? Muka Beby pucat."

Beby menggeleng. Apakah wajahnya masih sepucat itu? Tapi tubuhnya sudah tak bergemataran seperti tadi.

Tak menghiraukan respon adiknya. Damian meletakkan telapak tangannya didahi Beby guna memeriksa suhu badan Beby. "Tapi Beby gak panas,"

"Beby memang gak sakit, abang." Beby melepaskan tangan abangnya yang menempel didahinya.

"Kenapa abang kemarin hindarin Beby? Beby punya salah?" tanya Beby. Yang memang sejak kemarin Damian terkesan menghindari Beby walau tak secara terang-terangan.

Damian tersenyum tipis, "Beby gak pernah ada salah apa-apa. Dan juga abang gak pernah menghindar dari Beby." Ia menowel hidung adiknya.

"Tapi kemarin abang selalu pergi waktu Beby dekati," cicitnya.

Beby memekik saat tubuhnya ditarik oleh Damian. Sehingga membuatnya terjatuh diatas ranjang bersama Damian disampingnya.

Damian terkekeh, ia menarik pinggang yang terasa kecil itu ke pelukannya. "Abang cuma takut kangen berlebihan kalau lihatin Beby terus waktu abang pergi."

"Abang mau pergi?!" seru Beby heboh. Memang, suasana hati dan tubuhnya cepat sekali berubah-ubah.

"Iya, masalah kerjaan di Jepang." Balas Damian, "apa abang gak usah pergi aja?"

"Gak boleh dong abang. Kan abang ke sana buat kerja bukan buat main. Kalau mau main ke sana baru ajak Beby."

"Beby mau ikut abang?"

"Ihh, kan Beby harus sekolah bang. Lagian, kan Beby udah bilang kalau abang ke sana buat kerja."

Damian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Kalau gitu, nanti malam Beby tidur sama abang."

Beby mengangguk setuju.

Dengan lembut, Damian membawa kepala Beby tenggelam didadanya.

Terlalu berat sekali membiarkan Beby tinggal, walaupun terdapat para adiknya ditambah para pembantu disini, tapi tetap saja itu membuat Damian merasa tak puas. Apalagi perasaannya terasa buruk.

"Astaga, Beby! Abang cariin dimana-mana."

Disana terdapat Nio sedang berdiri didaun pintu yang terbuka lebar.



Tbc

Maaf baru apdet🙏🙏
Karena lagi banyak tugas, jadi jarang buka wattpad. Paling cuman lihat notif sama pesan. Dan ternyata masih banyak yang nunggu cerita ini❤️❤️❤️

Terima kasih loh udah setia nunggu😭😘

Jangan lupa vote dan komen

Senin, 19 Oktober 2020

alalaylay

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 255 59
THE 2ND STORY : CHAPTER ONE 'EVELINE' NEW ADULT kisah cinta antara Eveline Merlia Velline, si Ratu kampus. Dan juga Alvaro Galendra seorang cowo coo...
2.3M 72.8K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
2.8K 236 17
'Naura dan altar yang di kenal dengan musuh bebuyutan oleh seluruh siswa dan juga guru-guru lantaran sikapnya yang tak pernah akur sedikitpun, namun...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...