Destiny With Bangtan (COMPLET...

By sangneul7

34.6K 3.2K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... More

1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

4

1.2K 110 2
By sangneul7

"Gina-ya kau dimana sekarang?" Suara manajer Sejin dari seberang sana.

"Aku baru saja sampai di apartemen mu Sejin-nim," kata Gina yang sedang melepas hodie pink pastelnya.

"Gina-ya, coba lihatkan apa ada album hijau diatas meja kerjaku?" pinta manajer Sejin.

"Eoh album itu ada disini. Kenapa kau terus terusan meninggalkan barangmu Sejin-nim?" ucap Gina yang sudah beberapa kali mendapati barang manajer Sejin tertinggal.

Terdengar suara kekehan dari ponsel. "Apa kau sedang mengomeliku Sekarang Gina-ssi?" Perkataan itu lantas juga membuat Gina tertawa.

"Gina-ya, mohon bantuannya. Tolong antarkan album itu ke kantor sekarang, aku perlu itu untuk menemui sponsor." Suara manajer Sejin seperti memohon.

"Tapi Sejin-nim aku harus bekerja sekarang. Eotteohge?" kata Gina dengan nada menggoda.

"Kau tidak perlu bekerja hari ini, cukup antarkan album itu dan kau bisa langsung pulang," balas manajer Sejin.

"Assa! Sejin-nim, aku Otw sekarang." Gina berseru riang lalu bergegas pergi meninggalkan apartemen yang baru didatanginya itu.

Dua minggu berlalu sejak Gina diantar pulang oleh Jungkook. Ia masih ingat betul, gimana sulitnya dia nahan diri buat gak minta foto, gak terlena, gak gugup, gak teriak atau sampai pingsan. Alhasil dia minta diturunin di depan minimarket, dengan alasan tempat tinggalnya itu ada di lorong gitu jadi mobil gak bisa masuk.

Sejak kejadian itu Gina belajar cara mengontrol diri, lebih tepatnya profesionallisme dalam pekerjaannya. Ia tau, bekerja dengan manajer Sejin pasti akan membuatnya sering bertemu Bangtan secara tidak sengaja.

Empat hari yang lalu saja Gina bertemu dengan Namjoon, kala member Bangtan itu berkunjung ke apartemen manajer Sejin. Untungnya Gina bisa stay cool.

Padahal, aslinya Ambyar.

Sama halnya sekarang, gadis itu melangkahkan kakinya santai menuju sebuah pintu bertuliskan practice Room, dimana suara musik terdengar keras dari dalam sana. Pintu itu dibuka begitu saja, menampilkan isi ruangan yang memiliki cermin besar dan sangat ramai dipenuhi beberapa staff juga backdancer, tentunya ada Bangtan disana, lengkap OT7.

Perasaan takjub disertai gugup menghampiri gadis itu untuk sesaat sebelum ia berhasil mengendalikannya.

Gina lantas mengalihkan pandangannya mencari manajer Sejin. Setelah meneliti seisi ruangan, ia menemukan manajer Sejin yang sedang berada dipojokan, menjauh dari keramaian.

Gina memasuki ruangan tanpa seorangpun yang mengacuhkan kedatangannya, semua orang sedang sibuk.

"Sejin-nim," panggil Gina yang berhasil membuat manajer Sejin menoleh kearahnya.

"Oh kau sudah datang," sahutnya sembari menerima album pemberian Gina."Jal haesseo," pujinya. (Good job)

"Jadi hari ini tugasku selesai," kata Gina dengan wajah sumringah menatap manajer Sejin.

Manajer Sejin hanya tersenyum melihat tingkah Gina, ia sudah menganggap Gina seperti ponakannya sendiri. "Pulanglah, istirahat, jangan keluyuran, kau akan kerja keras lusa," candanya.

"Heyyy Sejin-nim jangan se---"

Seketika pandangan mereka teralihkan karena suara gaduh yang ada di dalam ruangan. Orang-orang mulai berkumpul pada satu titik, musik pun dimatikan hingga terdengar jelas seseorang berkata, "Call 911."

Manajer Sejin bergegas menghampiri kerumunan, memeriksa apa yang sedang terjadi, sedangkan Gina masih berdiri ditempatnya beberapa saat dengan rasa penasaran.

Raut wajah orang orang terlihat khawatir membuat Gina semakin penasaran, ia coba mendekati kerumunan itu hingga kedua manik matanya menangkap siluet seseorang yang sedang terbaring di lantai dari celah kerumunan.

Wajah Gina mendadak berubah. Terkejut akan sosok pria yang dilihatnya itu. Gina lantas langsung menerobos kerumunan dan segera memposisikan dirinya disamping pria yang sudah tak sadarkan diri itu. Ia bahkan tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya dan hanya fokus ke satu sosok didepannya.

Dengan gerakan cepat ia mendekatkan telinganya ke hidung dan mulut pria tadi, lalu berganti menyentuh pergelangan tangan dan leher pria itu.

"Ah SH*T!" Wajah Gina berubah jadi panik. Segera mungkin ia memposisikan diri setengah berdiri, meletakan telapak tangannya di pertengahan dada, tepat dibawah tulang sternum pria itu. Lalu mulai menekannya dengan tempo yang cepat secara berulang. Ia sedang melakukan RJP (resisutasi jantung paru).

Saat itu juga seseorang kembali menerobos kerumunan dan melangkahkan kakinya mendekat kearah Gina. "Aku akan membantumu." Yoongi ikut berjongkok disisi pria tadi, dihadapan Gina.

Gina melihat Yoongi dengan wajah cemasnya. Ia bahkan seolah gak peduli lagi dengan siapa ia sedang berbicara sekarang. "Apa kau bisa?"

"Seseorang pernah mengajariku," balas Yoongi yakin.

"Tolong berikan nafas buatan saat aku berhenti melakukan ini," pintanya dengan suara yang tidak stabil. Matanya mulai berkaca-kaca.

Yoongi mengangguk dengan tatapan percaya-padaku.

Gina berhenti melakukan aksinya setelah selesai memberikan 30 kompresi dada pada Pria itu.

Maka Yoongi pun langsung beraksi mendongakkan kepala dan mengangkat dagu pria tadi, membetulkan saluran nafasnya. setelahnya ia menjepit hidung pria itu lalu memberikan nafas buatan tanpa ragu. Hanya perlu sedetik buat Yoongi meniupkan udara ke mulut pria itu. Sayangnya gak ada perubahan hingga Yoongi kembali memberikan nafas buatan keduanya.

Gina kembali memegang leher pria itu, memeriksa arteri carotisnya."Belum berhasil," gumamnya lalu kembali melakukan aksi memompa dada.

"Kumohon," gumam Gina masih terus berusaha. Sebulir air jatuh dari sudut matanya.

"Kau belum boleh pergi," ucapnya lirih. Yoongi yang ada di depan Gina pun hanya bisa menatap prihatin.

Hitungan detik berganti menjadi hitungan menit. Ambulance tak kunjung tiba, sementara Gina sudah mulai kelelahan, tapi ia masih setia melakukan aksinya dengan pipi yang berlinang air mata.

"Jebal...," ujar Gina dengan suara terengah-engah. Yoongi bahkan bisa mendengar suara nafas Gina yang menderu. (Kumohon)

"Jebal Yoonki-ah." Gina kembali bersuara lirih nan senduh , disertai air yang terus jatuh dari sudut matanya. Disuguhkan pemandangan seperti itu justru membuat bibir Yoongi bungkam seribu bahasa, ia tak tau harus melakukan apa dengan gadis yang sedang menangis dihadapannya itu.

Gina berhenti masih dengan nafas ngos-ngosan, pandangannya tak pernah lepas dari sosok pria yang dipanggilnya Yoonki itu.

Saat itu juga Yoongi kembali bergerak memberi pria itu nafas buatan, meniupkan seluruh udara yang ada di paru-parunya, hingga nafasnya tersengal-sengal saat ia melepaskan tautan bibirnya.

Gina kembali memegang leher pria itu beberapa saat.

Seketika ia langsung terduduk lemas dengan keringat yang membanjiri pelipis dan dahinya. "Dahaengida," ucapnya lega setelah ia merasakan jantung pria ini kembali berdetak. (Syukurlah)

Sontak hal itu langsung mendapat tepuk tangan dari orang-orang yang melihat aksinya, tapi gadis itu tidak bergeming dengan suara tepuk tangan yang diberikan untuknya itu. Pandangannya terkunci hanya pada satu objek, pria yang disebutnya Yoonki.

***


Sejak kejadian tiga hari yang lalu itu Gina belum mendapat kabar mengenai keadaan Yoonki. Gina sempat bertanya pada manajer Sejin tapi gak ada hasil. Manajer Sejin juga tidak tahu menahu, karena ia juga sibuk mendampingi Bangtan untuk world tour nya selama sebulan. Mau gak mau Gina juga jadi libur dari kerja part timenya.

Waktu sebulannya Gina fokuskan untuk mengurusi kuliahnya, belajar bahasa Korea yang menurutnya cukup menantang. Ia masih ingat betul saat pertama kali tiba dikorea, kejadian tak mengenakan selalu menghampiri, mulai dari kehilangan ponsel, di usir dari bus dengan alasan yang tidak diketahui, sampe kena maki maki karena memanggil seseorang dengan panggilan ahjumma  yang membuatnya tak pernah menggunakan kata itu lagi. Dan masih banyak hal tak mengenakan lainnya.

Bogoshipda... Bogoshipda...🎵

Suara itu memenuhi kamar Gina. Tanda ada panggilan masuk.

Gina meraba-raba kesekeliling, mencari benda penghasil suara yang membangunkan tidurnya itu. Lalu mengangkat telfon tanpa melihatnya terlebih dahulu. "Yeoboseo?" ucapnya masih setengah tidur.

"Apa kau masih tidur?" Mendengar suara itu Gina langsung membuka matanya lebar-lebar. Suara itu tersimpan rapi dalam memorinya. "Yoonki?" tanyanya ragu.

"Eoh Wae?" Itu beneran Yoonki.

"Yakh kemana saja kau selama ini, kenapa baru mengh---."

"Bogoshippo," ungkap pria itu tiba-tiba. (Aku rindu)

"Yoonki-ah, apa kau tau betapa terkejutnya aku sa---."

"Mianhae." selanya dengan suara lirih. (Maaf)

"Yoonki-ah apa kau baik-baik saja?"

"Iya, aku baik."

"Kau dimana sekarang? Apa kau masih dirumah sakit?"

"Aku sedang ikut tour."

"Yaaa bagaimana bisa kau langsung bekerja, kau mas---"

"Gina-ya, ayo bertemu saat aku kembali nanti. Aku akan menjelaskan semuanya," potong pria itu, lagi.

***

Gina kembali menjalani hidup seperti sebelumnya, melakukan LDR bersama Yoonki. Ia sangat senang saat Yoonki menghubunginya seakan akan pencariannya selama beberapa bulan ini menemukan titik terang.

Beberapa hari ini mereka kembali saling berkirim pesan, Yoonki selalu menceritakan kegiatan world tournya, hanya saja Pria itu selalu mengabaikan pembicaraan Gina mengenai kejadian ia tidak datang dipertemuan pertama mereka dan juga kejadian di practice room. Ia berdalih akan menjelaskan semuanya saat mereka bertemu.

"Jadi kapan kau pulang?" tanya Gina pada pria diponselnya sambil berjalan menyusuri trotoar menuju suatu tempat.

"3 hari lagi aku pulang."

"Haruskah aku menjemputmu?" tanya Gina excited.

"Kau mau menjemputku atau menjemput Bangtan?" goda pria itu yang dibalas dengan suara kekehan Gina. "Jangan menjemputku, aku yang akan menjemputmu," sambungnya.

"Guerae," ujar Gina mengakhiri pembicaraan. Ia gak banyak tanya juga sebab ia telah tiba ditempat tujuannya, sebuah cafe di Hongdae. (Okay)

"Devi Yakh!" teriaknya sambil berlari memeluk sahabatnya yang sudah beberapa bulan ini tak dilihatnya. Kebetulan Devi sedang berlibur jadi mereka menyempatkan waktu buat hangout bareng sebelum Devi pulang.

Mereka menghabiskan waktu seharian di wilayah itu. Mulai dari wisata kuliner, mengunjungi cafe Aestetic, berbelanja, hingga berakhir menyaksikan cover dance dari para pria tampan.

"Wah liat deh yang itu mirip-mirip Jungkook," tunjuk Devi dengan tatapan nya pada pria yang dimaksud.

"Kan sudah kubilang orang korea itu wajah dan suara mereka agak mirip mirip," balas Gina.

"Disana! disana! Itu juga mirip Nam Joo hyuk, yang pemainnya drama Kim Bok Joo itu loh." Suara Devi antusias banget kek ketemu artis beneran. Gina hanya tertawa receh melihat tingkah sahabatnya itu.

"Eoh! itu juga mirip Yoonkimu." Tunjuk Devi pada segerombolan pria. Hal yang ngebuat Gina cukup terkejut karena pria itu benar-benar mirip dengan Yoonki yang Gina kenal.

Gina pun beranjak mendekati segerombolan pria tadi."Chogiyo," panggilnya yang berhasil menarik perhatian. Para pria itu menatap Gina bingung

"Apa kau tidak mengenaliku?" tanya Gina hati-hati dengan tatapannya yang tertuju pada satu pria.

Pria itu mengerutkan keningnya mencoba mengingat ngingat sesuatu.
"Eoh! Aku ingat!" serunya.

Mereka pun beralih masuk kedalam sebuah cafe untuk mengobrol setelah berpamitan dengan teman meraka masing-masing.

Keduanya saling berhadapan. Gina pun memulai pembicaraan. "Kenapa kau bisa ada disini? bukannya kau bilang akan pulang tiga hari lagi."

Pria itu nampak bingung. "Pulang?"

"Iya. Kan kau bilang lagi ikut tournya Bangtan," jelas Gina.

"Tour? Gimana mau ikut tour, aku saja baru keluar dari rumah sakit seminggu yang lalu," balasnya nampak bingung."Maaf aku lupa bertanya namamu siapa?" sambungnya.

Gina menjadi semakin bingung. Apa mungkin dia salah orang? Rasanya tidak. Apalagi pria itu sendiri yang bilang mengenali sosok Gina.

"Ini aku Gina! Apa kau lupa?" ungkapnya.

"Gina-ssi, aku tidak tau apa yang kau maksud, tapi ini pertama kalinya aku bertemu dan berbicara denganmu."

Gina mengerjap beberapa kali. Mencoba tuk mencerna tiap kalimat pria dihadapannya."Lalu bagaimana kau bisa mengenaliku?"

"Sebelumnya aku ucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan ku. Aku bisa mengenalimu setelah melihat rekaman video saat kau menolongku satu bulan yang lalu," jelas pria itu.

Gina kembali diam sejenak. Otak dan hatinya sedang bentrok. Hatinya menolak akan kesimpulan dari otaknya."Ini kau kan?" tanya Gina yang menunjukkan sebuah foto pria berbaju hitam di ponselnya.

"Ne, Itu aku. Aku juga memposting foto itu di Instagram ku setahun yang lalu."

"Apa?! kau punya instagram?" Suara Gina sedikit meninggi karena terkejut.

"Eoh, kupikir kau salah satu followersku." Sambil menunjukan akun Instagram miliknya Pada Gina.

"Apa ini nomu?" Gina menunjukan kontak seseorang dari ponselnya.

Pria itu meraih ponsel Gina. "Bukan. ini bukan nomorku," ucapnya seraya menggelengkan kepala. Lalu mengetikan sesuatu.

Pria itu mengembalikan ponsel Gina. "Itu baru nomorku," ungkapnya menggangkat ponsel miliknya yang menperlihatkan ada panggilan masuk dari ponsel Gina.

Air muka Gina seketika berubah. Otaknya berhasil memperoleh kesimpulan mutlak dari pembicaraannya bersama pria bernama Kim Yoongi ini.

Gina mendengus kesal."Ah Sh*t."

"Kenapa? Kau kena tipu ya?" tanya pria bernama Kim Yoongi itu.

"Kurang lebih seperti itu," jawab Gina lesuh.

Setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya Gina mulai menceritakan mengapa ia bisa mengira Kim Yoongi adalah Yoonki. Gina hanya menceritakan bahwa ia berteman baik dengan seseorang yang menggunakan identitas Kim Yoongi, tentu saja ia tidak menceritakan kalau ia menjalin hubungan spesial dengan pria penipu tersebut.

"Oh jadi itu sebabnya kau menangis saat itu? Karena kau berpikir aku teman online mu?"

Gina mengendikkan bahu. "Yah bisa dibilang begitu."

Kim Yoongi tersenyum gemas kearah Gina, membuat gadis itu tersipu malu. "Aksen Korea mu lucu," ujarnya tiba-tiba.

"Ah iya, aku masih belajar," tuturnya sambil menggaruk garuk lengannya yang tidak gatal.

Kim Yoongi kembali teringat rekaman video saat gadis itu memanggil namanya sembari menangis. "Yoonki...," gumamnya seraya tersenyum miring. Ia mengerti kenapa Gina memanggilnya seperti itu.

"Wae?" tanya Gina.

"Begini, namaku dalam penulisan alfabet memang seperti ini." Ia menunjukan tulisan YOONKI dan YOONGI dari ponsel.

Gina ngangguk. "Aku tau."

"Terus ini pelafalannya gimana?" tunjuknya pada kata YOONGI.

"Yung gi."

"Kalau ini?" tunjuknya pada kata YOONKI.

"Yoon ki."

"Bukan. YOONGI dan YOONKI itu sama, pelafalannya juga sama, YUNG GI," jelasnya.

Gina terdiam sejenak, otaknya sedang bekerja mencari memori memori pembelajaran huruf konsonannya. Setelahnya ia baru sadar. "Astaga," serunya menepuk jidat. Wajar ia baru sadar, sebab saat berkenalan dengan Yoonki dulu ia belum mempelajari huruf hanguel, dan juga ia terbiasa dengan pelafalan Indonesia YOONKI.

***

Gina memutuskan segera pulang setelah berpisah dengan Kim Yoongi, sedari tadi ia sudah coba menghubungi Yoonki namun pria itu belum menjawab panggilannya.

Amarahnya tak terbendung lagi kala pria itu menjawab panggilan.

"Neo nuguya?" ucap Gina dingin saat pria itu mengangkat telfonnya. (Kau siapa?)

"Wae Gina-ya?" tanya pria itu khawatir.

"KUBILANG KAU SIAPA?!!" teriaknya menyalurkan semua emosi yang bercampur aduk.

"Gina-ya..." Suara pria itu melemah.

"Apa kau mempermainkanku? Wae?! Wae?! Naega wae?!!!!" tanya Gina masih dengan emosinya yang berapi api.

Pria itu tak memberi respon, memberikan Gina waktu untuk meredekan amarahnya.

Gina tertawa miris. "Kau benar. Aku memang gadis murahan, gadis yang jatuh cinta pada seseorang yang tak kuketahui wujudnya."

"Yoonki-ah, Ani... Neo! Apakah aku melakukan kesalahan padamu? Mengapa kau melakukan ini padaku huh?" Suara Gina mulai melemah, menahan rasa sesak akan kecewa yang didapatkannya. Tak terasa sebulir cairan bening lolos dari sudut matanya begitu saja. Hal yang dia benci.

"Mianhea..." Hanya kata itu yang bisa diucapkan pria diseberang sana.

Gina mengusap air matanya kasar, berusah mengatur nada suaranya agar terdengar baik baik saja.

"Nappeun seki," makinya penuh penekanan sebelum mematikan telfon. (Pria brengsek)

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 393 22
yn: kamu pikir cuma kamu doang yang merasakan kehilangan.. aku juga yoon.. dan tolong jaga sikap mu terhadap ku Yoongi: apa yang harus di jaga hah? a...
92.7K 3.7K 45
Liat aja dulu siapa tau suka. Dijamin lagu mereka bikin kita semangat, gak salah bgt deh jadiin inspirasi kamu buat hidup, salam galaksi ungu 😭💜 ...
1.5K 84 41
menceritakan perjalanan bts dari tahun 2013 sampai 2023 diambil dari buku *BEYOND THE STORY* versi Indonesia
153K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...