Daisy, Undeniable Destiny

By Khojina

304K 52.6K 2.4K

Bunga Daisy memiliki symbol kemurnian dan kepolosan, mungkin itulah yang menjadi alasan ibunya memberikan nam... More

Prolog
1. Kembali Menampaki Masa Lalu
2. Setelah Sekian Lama Berlalu
3. Ketika Hubungan Darah Tak Lagi Berarti
4. Keluarga baru
5. Yang Tersisa Hanya Pahit
6. Mereka Terlihat Sama
7. Aku Asing Untuknya
8. Dia Daisy
9. Pertemuan Si Kembar
10. Pertemuan Si Kembar Part 2
11. We Meet Again
12. Story About Us
13. We Are They Parents
14. Cerita Yang Terlewatkan
15. Kisah Yang Seharusnya (tak) Usai
16. Penyesalan dan Tekad Setiap Orang
17. Papanya Taya
18. Ikatan Anak Kembar
19. Untuk Attaya dan Rescha
20. Tinggal Bersama
21. Dia Yang Selalu Ada Untuk Mengulurkan Tangannya
22. Kisah Yang Tak Pernah Tercipta
23. Pelukan Yang Menyenangkan
24. Hadiah Dari Rasa Sakit
25. Ayah Si Kembar
26. Sedikit Pembalasan
27. Merasa Tidak Layak
28. Cerita Tentang Masa Itu
29. Maaf Dan Penyesalan Catyln
30. Bermain Bersama Papa
31. Kau Dan Aku Tidak Akan Pernah Menjadi Kita
32. Ketika Cinta Hilang Tergerus Waktu
33. Bisakah Kau Tidak Egois?
34. Tentang Seseorang Yang Ditinggalkan
35. Mencintai Dengan Cara Berbeda
36. Bahagia Dengan Cara Yang Berbeda
37. Melepas Untuk Bahagia
38. Mencoba Menjadi Keluarga
39. Liburan Keluarga Yang Pertama Bagian 1
40. Liburan Keluarga Yang Pertama Bagian 2
42. Pertemuan 'Keluarga'
43. Kakeknya Anak-Anak
44. Pertemuan Yang Dirancang Rajendra
45. Drama Memuakan
46. Mengambil Jalan Memutar
47. Cerita Yang Belum Terungkap Sebelumnya
48. Bisakah Kita Melangkah Bersama?
49. Obsesi Yang Membunuh
50. Melepaskan Beban Hati
52. Undenible Destiny Bagian 1
52. Undeniable Destiny Bagian 2
Epilog

41. Pertemuan Yang Diminta Ayah

4.4K 964 59
By Khojina

Pulang dari liburan yang berlangsung dua hari satu malam itu, anak-anak tidak kehabisan cerita untuk dibicarakan. Meskipun Attaya belum memiliki banyak kosa kata, tapi dia juga tidak kalah antusias menceritakan apa yang mereka lalui selama liburan. Liburan itu sepertinya meninggalkan kesan yang sangat mendalam untuk kedua anak kembar itu.

Akhir pekan ini, kebetulan semua orang benar-benar libur dari aktivitas mereka. Hari ini Daisy dan anak-anak juga kedua adiknya sarapan ala Amerika di toko roti milik Daisy. Toko memang mulai menyediakan breakfast menu, sebagai salah satu menu. Menu itu sudah mulai di jual sejak sebulan lalu, tapi baru kali ini, pemilik toko dan keluarganya menikmati sarapan di toko. Dengan roti dan kopi atau teh sebagai pendamping dan susu untuk anak-anak. Toko yang dekat dengan rumah sakit, membuat Daisy berpikir, menu sarapan pagi pasti sangat membantu pelanggan yang kebanyakan orang-orang yang menunggu pasien di rumah sakit.

Rescha dan Attaya menikmati sarapan mereka di sela-sela bercerita tentang berlibur bersama mama dan papa versi mereka. Para pegawai yang baru mereka temui langsung mereka ajak bercerita tentang liburan yang beberapa hari lalu mereka lewati. Andra dan Abhi sampai bosan saking seringnya mendengar anak-anak bercerita tentang liburan mereka beberapa hari belakangan ini.

"Mereka terlihat sangat bahagia menceritakan liburan yang mereka lalui." ucap Abhi berkomentar melihat bagaimana bersemangatnya sepasang anak kembar itu.

"Hm...mungkin karena ini kali pertamanya mereka pergi berlibur bersama." ucap Daisy mengiyakan pendapat Abhi.

"Atau mungkin karena mereka pergi dengan papa dan mama mereka secara bersamaan untuk pertama kalinya." ucap Andra ikut berpendapat. Dia bukanya membela Darren atau apa, hanya saja melihat bagaimana Darren terlihat begitu mencintai anak-anaknya, dia merasa ayah dan anak itu tidak layak untuk di pisahkan. Dia dan kedua sadaranya hidup tanpa orangtua mereka, melihat begitu pahitnya jalan hidup yang harus dialaminya dan saudara-saudarnya. Dia ingin keponakannya hidup dengan orangtua lengkap, merasakan kasih sayang ayah dan ibu setiap waktu. Tapi, mengingat Andra tidak menyaksikan apa yang terjadi di masa lalu secara langsung, dia merasa tidak terlalu berhak untuk mengemukan pikirannya tentang masa depan Daisy dan anak-anak.

Seakan tahu sedang di bicarakan, Darren tiba-tiba ikut bergabung dengan mereka. Anak-anak menyambut kedatangan ayah mereka dengan gembira. Hubungan Darren dengan anak-anak semakin dekat, apalagi selama liburan, dia lebih banyak mengambil porsi untuk bermain dengan anak-anak. Menghabiskan waktu bersama hingga waktu tidur dan kembali bertemu saat pertama membuka mata, berpengaruh banyak pada hubungan orangtua dan anak diantara mereka.

"Papa mau makan roti juga?" tanya Rescha setelah melepaskan pelukannya pada Darren.

"Roti mama enak..." ucap Attaya mempromosikan roti buatan ibunya.

"Ayo, berikan papa roti yang enak itu." ucap Darren antusias membuat anak-anak mengangguk bersemangat.

"Apa kedatanganku mengganggu?" tanya Darren setelah dia berjalan mendekat ke arah Daisy dan keluarganya.

"Tidak, duduklah bersama kami, pak Darren ayahnya anak-anak, tentu saja bagian dari keluarga kami juga." jawab Andra mempersilahkan Darren duduk.

"Tidak usah memanggilku menggunakan kata 'pak', panggil nama saja. Meskipun aku bisa dibilang cukup tua dibanding usiamu, tapi aku belum setua itu." ucap Darren berusaha berkelekar yang sayangnya tidak lucu. Mungkin pria itu harus banyak belajar bagaimana caranya bicara basa basi, agar membuat lawan bicaranya nyaman.

Daisy tidak berkomentar dan beralih membawakan roti dan segelas kopi untuk Darren. Tidak sulit menebak apa makanan yang akan pria itu sukai, karena semua makanan yang anak-anak sukai pasti berasal dari pria itu. Kadang Daisy juga tidak mengerti, bagaimana anak-anak dan ayah mereka memiliki selera makanan yang mirip padahal mereka jarang makan bersama. Dan mengenai ketergantungan anak-anak pada pudding coklat, anak-anak itu benar-benar menjiplak makanan favorite Darren yang satu itu. Daisy ingat semasa mereka tinggal bersama, hanya pudding coklatlah yang membuat mereka bisa berdamai.

Sarapan berjalan dengan baik, obrolan-obrolan ringan, dan celotehan anak-anak. Sesekali Darren dan Andra juga membahas tentang bisnis. Hanya Daisy yang tidak banyak bicara dan sibuk melayani mau anak-anak dan sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya.

Melihat bagaimana Daisy sibuk mengurusi anak-anak terlebih dahulu dibanding dirinya sendiri, memang bukan pemandangan yang pertama Darren lihat. Tapi, baru kali ini dia merasa sangat kecil. Dia merasa sangat tidak berguna untuk anak-anaknya. Jika seorang pria merasa bangga karena dia mencari uang untuk keluarganya, dan mengabaikan anak-anaknya, dia sama sekali tidak berhak merasa bangga, karena tugas menjadi seorang ibu lebih sulit dari itu.

Seorang ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya, itu juga yang menjadi pegangan Darren saat ini. Darren yakin Daisy tidak akan keras hati mengenai tawaran kebersamaan darinya jika menyangkut tentang anak-anak. Darren yakin Daisy akan menerimanya kembali jika itu demi anak-anak. Biarlah dia bertindak licik dengan menggunakan anak-anak untuk membuat mereka kembali bersama. Dengan cara apaun Darren akan membuat Daisy kembali padanya dan membuat keluarga sempurna untuk kedua anak mereka.

"Hari ini, kita ajak anak-anak ke rumah bunda." ucap Darren tiba-tiba setelah tinggal hanya mereka berdua dan anak-anak saja di meja itu.

"Tidak bisakah kau hanya bermain dengan anak-anak di rumah saja?" tanya Daisy. Dia merasa tidak nyaman merepotkan Sashmita dengan anak-anaknya. Meskipun Sashmita pasti sangat senang menyambut kehadiran kedua cucunya, tapi tetap saja. Ini akhir pekan, bukan hanya ada Sashmita di rumah keluarga Mawarman tapi pasti ada anggota keluarga lain. Meskipun anak-anak sudah bertemu dengan anggota keluarga Mawarman yang lain kecuali Rajendra Mawarman, tapi Daisy sungkan membiarkan anak-anak berinteraksi dengan mereka. Terutama dengan Revan, setelah perbincangan terakhir mereka beberapa hari lalu.

"Ayah ingin bertemu denganmu dan anak-anak." ucap Darren.

Daisy mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Darren, Rajendra Mawarman tidak pernah menjadi bahan pembicaraan diantara mereka. Bahkan saat Daisy masih tinggal di rumah keluarga Mawarman, pertemuan dengan kepala keluarga Mawarman dapat di hitung jari. Rajendra memang tidak menolak kehadiran Daisy secara terang-terang tapi, pria itu bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu. Seingat Daisy, mereka belum pernah bicara satu sama lain.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada ayah, selama ini dia terlihat tidak peduli sama sekali, tiba-tiba saja saat makan malam tadi malam dia ingin bertemu denganmu dan anak-anak." Ucap Darren menjelaskan, jangankan Daisy, dia juga heran kenapa tiba-tiba ayahnya ingin bertemu dengan Daisy dan anak-anak.

"Bunda setuju?" tanya Daisy menginat sejak awal sepertinya Sashmita juga tidak terlalu berniat memperkenalkannya dan anak-anak pada Rajendra Mawarman.

"Bunda bilang, dia tidak memaksa jika kamu tidak menginginkan pertemuan itu." Jawab Darren.

"Tapi, aku pikir tidak ada salahnya membawa anak-anak bertemu kakeknya." Ucap Darren.

"Karena hari ini jadwalmu bertemu dengan anak-anak, kamu bisa lakukan sesukamu. Kamu bisa membawa mereka ke rumah orangtuamu." ucap Daisy setelah beberapa menit dia berpikir. Darren benar, walau bagaimanapun Rajendra adalah kakek dari anak-anak. Rasanya tidak bijaksana jika melarang kakek dan cucunya bertemu.

"Ini bukan hanya tentang anak-anak, tapi juga tentangmu, ayah juga ingin bertemu denganmu." ucapa Darren.

"Aku bukan lagi bagian dari keluargamu, urusan kita sudah selesai..."

"Kamu masih bagian dari keluargaku, kamu masih istriku ingat?" tanya Darren menekankan kata 'istri' saat bicara.

"Tapi..."

"Jika kamu tidak mau, tidak masalah kita tidak usah bertemu dengan ayahku." Ucap Darren beralih menatap anak-anak.

"Hari ini kalian mau jalan-jalan kemana?" tanya Darren pada anak-anak.

"Darren..." desis Daisy sedikit kesal, karena Darren mengakhiri pembicaraan diantara mereka begitu saja. Sejujurnya, Daisy tidak mau Darren mengambil keputusan hanya karena dirinya. Sejak kapan keputusannya berpengaruh pada keputusan pria itu. Nampaknya desisan Daisy bukan hanya di dengar oleh si pemilik nama tapi juga oleh anak-anak yang sekarang fokus menatapnya.

"Darren siapa ma?" tanya Rescha yang terdengar lucu mengucapkan nama 'Darren' karena Rescha belum benar-benar fasih menyebut 'r'.

"Nama papa nak." jawab Darren yang membuat kedua bocah itu mengangguk seolah mengerti.

"Jadi, kalau ada yang tanya Echa sama Atta anak siapa, jawab anaknya papa Darren yah." ucap Darren lagi yang langsung di protes oleh Rescha karena Rescha anaknya mama. Akhirnya pembahasan ke rumah orangtua Darren harus di panding dulu oleh obrolan membujuk Rescha agar mau menjadi anak mama dan papa Darren juga bukan hanya anak mama saja.

Sementara anak-anak dengan pembicaraan tak pentingnya bersama sang ayah, Daisy membereskan sisa makanan mereka dan membantu pegawaianya melayani pelanggan. Andra dan Abhi juga ikut membantu, pelanggan di akhir pekan memang terkadang lebih ramai.

"Kita akan bermain di rumahku saja." ucap Darren menuntun kedua anaknya di tangan kanan dan kirinya.

"Bukannya kamu akan membawa mereka ke rumah orangtuamu." ucap Daisy.

"Kamukan tidak mau, jadi kita tidak jadi pergi." ucap Darren membuat Daisy menghela napas.

"Baiklah, ayo kita berkunjung ke rumah orangtuamu." ucap Daisy pada akhirnya. Setelah berpikir, Daisy pikir bersikap keras kepala terasa kurang tepat jika menghadapi orangtua. Anak-anak berhak bertemu dengan kakek dan nenek mereka, terlepas dari kisah tidak menyenangkan antara dirinya dan orang-orang itu. Niatnya untuk berdamai dengan masa lalu, membuat dia harus mengambil langkah ini agar dia benar-benar bisa berdamai. Mungkin jika dia sudah benar-benar berdamai dengan seluruh masa lalunya, dia juga bisa membawa anak-anak bertemu Adric. Pria yang terikat ikatan darah dengannya itu juga, berhak untuk tahu tentang cucu-cucunya.

"Kalau begitu, tunggu apalagi, ayo kita berangkat." ucap Darren bersemangat.

"Kita pulang dulu ke rumah Andra sebelum berangkat, anak-anak belum mandi." ucap Daisy.

"Kita pulang ke rumahku saja, rumahku sejalan dengan rumah bunda." tawar Darren.

"Anak-anak harus mandi dan berganti pakaian, kau tidak lihat mereka hanya mengenakan piama di lapisi jaket?" tanya Daisy tidak habis pikir dengan tawaran Darren.

"Baju anak-anak dan perlengkapan mereka ada di rumahku." ucap Darren.

"Terap tidak bisa, kalau kamu tidak bisa mengantar, tidak apa-apa, aku akan pulang bersama Andra dan kamu bisa menjemput kami di rumah Andra." ucap Daisy.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Darren. Entahlah, kapan mereka akan sepakat satu hal dengan mudah.

"Aku memiliki semuanya di rumah...pakaian dan perlengkapan kedua anak kita aku sudah menyiapkannya...pakaianmu dan perlengkapanmupun, aku sudah menyiapkan semuanya. Tidak bisakah pulang ke rumah kita saja?"

Continue Reading

You'll Also Like

152K 9.3K 9
Ditalak setelah gaungan sah para saksi terdengar, membuat Nur terluka dan malu. Pria yang bernama Anggara, suami beberapa detik berhasil membuat Ayah...
324K 22.7K 45
"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"
159K 18K 43
Ada banyak Rahasia yang disimpan oleh seorang Lima Ayudia. Rahasia yang membuat dirinya menjadi wanita yang paling dibenci. Bertahan sampai akhir ada...
71.4K 5.8K 45
Tania percaya bahwa janji masa kecil dan kesabaran akan membuat cintanya bertahan. Namun, ketika Rafa mengungkapkan niat untuk melamar kekasihnya, se...