Canistopia

By taejung21

63.5K 10.3K 3.7K

Sebuah dunia yang tidak akan pernah dimengerti oleh kaum manusia namun nyata adanya. July/2020 DON'T COPY MY... More

Prolog
Introductions
Canistopia - I
Canistopia - II
Canistopia - III
Canistopia - IV
Canistopia - V
Canistopia - VI
Canistopia - VII
Canistopia - VIII
Canistopia - IX
Canistopia - X
Canistopia - XI
Canistopia - XII
Canistopia - XIV
Canistopia - XV
Canistopia - XVI
Canistopia - XVII
Canistopia - XVIII
Canistopia - XIX
Canistopia - XX
Canistopia - XXI
Canistopia - XXII
Canistopia - XXIII
Canistopia - XXIV
Canistopia - XXV
Canistopia - XXVI

Canistopia - XIII

1.7K 367 73
By taejung21

.

.

Damien menatap keluar dari jendela kamarnya. Ya, kamarnya. Setidaknya itu yang Daves katakan setelah makan malam. Namun begitu, sepertinya ia sudah tidak bisa berdiam lebih lama lagi di sini. Ingat perkataan Sean? Benar. Mereka benar-benar akan bersiap untuk mendaki Alpen besok. Luar biasa, padahal cuaca di luar berangsur-angsur semakin dingin. Lihat saja, Damien mulai bergidik seraya menutup kaca jendelanya rapat-rapat.

“Apakah di sana aku bisa mendapatkan kebenaran? Tentang siapa aku?” tanyanya seraya memandangi butiran salju yang turun sementara kaca di depannya mulai buram.

“Haruskah aku meninggalkan Paris karena ini?” gumamnya, kemudian membanting pelan tubuhnya ke atas kasur. Tak lama ia menarik lengan piyamanya, memperhatikan bekas infusan yang diberikan oleh Matt beberapa waktu lalu.

“Manusia setengah wolf? Werewolf? Ah, itu bukan candaan. Tidak, mungkin akulah yang bukan candaan. Seharusnya aku meminta maaf pada Chris soal kejadian itu.”

Setelah mencerna kata-katanya, Damien mengernyit. “Lagi pula aku tidak begitu sadar,” ucapnya kemudian mengernyit jijik. “Bodoh sekali kau makan daging mentah, padahal masakan Daves enak-enak.”

Damien menatap ke atas langit-langit kamarnya kemudian menyadari sesuatu. Oh, ya. Pakaiannya masih utuh saat itu. Padahal ia baru saja berubah menjadi serigala. Keningnya mengernyit lagi. “Apakah semua ini karena bracelet-nya? Apakah ini salah satu sihir yang mereka maksud? Mungkin aku harus bertanya pada Matt.”

Sementara itu jauh di bawah sana seseorang mengernyit heran kala mendapati Chris berdiri di depan laboratorium kemudian masuk tanpa berkata apa-apa.

“Ada apa? Kakimu sakit?” tanya Matt beranjak dari kursinya.

Chris menggeleng. “Hampir sembuh.”

“Ah, benar. Kurasa harus lebih cepat lagi karena besok kita harus mendaki. Apa kau baik-baik saja? Aku bisa meminta Sean untuk memberikan pengertian pada Fred dan Mike agar mau menundanya.”

“Tidak perlu. Fred dan Mike terlihat senang mengetahui kita akan segera pulang.”

Matt mendengus. “Tapi kau tidak boleh memaksakan diri.”

“Aku percaya kau. Besok pasti lukaku sudah sembuh.”

“Tidak begitu juga,” ucap Matt. “Yah, tapi aku mengharapkan hasil yang terbaik.”

Chris mengangguk kecil. “Apakah barang bawaanmu banyak? Kurasa kita tidak akan cepat-cepat kembali ke Chamonix. Bukankah kita harus melindungi Canistopia?”

“Oh, soal itu. Ya, tidak masalah. Jangan kau khawatirkan,” jawab Matt. “Ranselku muat banyak. Kau tahu 'kan?” tanya Matt. “Sihir,” bisiknya.

“Oh, astaga. Kau terdengar seperti kaum Stavatale,” cibir Chris sementara Matt terkekeh.

“Menurutmu apakah mulai sekarang gerbang menuju Canistopia bisa bebas dimasuki oleh wolf mana pun?”

Chris sejenak terdiam kemudian mengangguk. “Mungkin begitu.”

“Bukankah itu lebih berisiko. Kau tahu, ‘kan? Tidak semua wolf bersifat baik. Bagaimana kalau mereka membuat kekacauan di wilayah manusia?”

“Memang kau bukan manusia?” heran Chris.

Matt tersenyum lebar. “Manusia biasa maksudku.”

“Memang kau manusia super?”

“Astaga, Chris! Kenapa kau selalu menyambungkannya dengan kata-kata aneh seperti itu?” protes Matt.

“Memang perkataanku salah?”

“Ya! Ya! Christoper Cowell yang dingin keturunan Albaterra memang tidak pernah salah!”

Ck! Jaga ucapanmu,” omel Chris. “Kalau kau berkata seperti itu lagi, akan ku pukul kau.”

“Coba saja,” goda Matt. “Oh, Chris. Menurutmu bagaimana sikap Damien? Kurasa Mike benar-benar tersinggung sepanjang makan malam tadi.”

“Sean juga refleks melihatnya. Setelah makan malam pasti dia mengunjungi Mike di kamarnya,” pikir Chris.

“Wahh, ucapannya sangat telak. Kau tahu, ‘kan? Apa yang dikatakannya itu benar-benar kelemahan Mike. Maksudku, kemampuan yang Mike miliki.”

“Masa depan memang tidak pasti. Damien tidak salah, dan Mike? Dia tidak bisa mengelak itu.”

Matt memiringkan kepalanya bingung.  “Tapi Sean sendiri tidak pernah secara gamblang mengatakan kelemahan siapa pun. Meskipun dia berkata, ‘Hei! kesalahanmu ini! Kau lemah dalam melakukan ini!’ seperti itu, tetapi dia tidak pernah mengkritik kemampuan individu yang kita miliki.”

“Ya, dia hanya berkata, ‘kau terlalu lamban’, ‘kau terlalu lengah’, dan sejenisnya.” Chris setuju dengan perkataan Matt kali ini.

“Sulit sekali membuat mereka dekat,” keluh Matt.

“Fred dan Mike sudah bersama kita sejak kecil. Mungkin rasanya aneh saja, jadi sulit menyesuaikan.”

“Daves juga tidak bisa berbuat banyak.”

Biarkan saja selama mereka tidak macam-macam,” ucap Chris.

Sesaat setelah keduanya berbincang tak lama pintu terbuka lagi membuat Matt menoleh. “Oh, kau, newborn. Ada apa? Tidak tidur?”

“Tidak bisa tidur,” ucap Damien lalu menyadari bahwa Chris juga ada di sana. “Tepat sekali kalian di sini.”

“Ada apa?” tanya Chris.

“Aku ingin bertanya.”

Matt ternganga mendengar penuturan Damien. “Kau serius? Ini bahkan sudah malam.”

“Kalian pun masih berbincang di sini. Tidak bolehkah aku bergabung?”

Chris menoleh. “Kau mendengar percakapan kami?”

“Tidak. Memang kalian membicarakan apa?”

“Duduklah, duduklah! Apa lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Matt jengah.

Damien mengedik kemudian menurut. “Apakah besok kita tetap pergi? Ke Canistopia?”

“Ya. Kenapa?”

“Bagaimana denganmu, Chris? Kakimu tidak apa-apa? Bukankah mendaki itu perlu tenaga ekstra? Terlebih kekuatan kakimu itu.”

Chris menatap Damien datar. “Kenapa kau selalu memiliki deretan pertanyaan seperti itu, newborn?”

“Memang kenapa?”

“Karena kau membuatku pusing,” jawab Chris.

“Oh ....” Damien merengut. “Maaf. Sebenarnya aku merasa bersalah karena kau terluka. Tapi jujur saja aku antara sadar dan tidak saat melakukannya.”

“Lalu kau mau menggendongku hingga ke puncak?” tantang Chris.

Sementara Matt mencebik. “Dasar kakek-kakek.”

“Jadi kau tidak mau memaafkanku?” tanya Damien.

“Bagaimana ya,” pikir Chris menimang-nimang. “Kau juga baru saja melukai hati Mike.”

“Aku? Kapan?” bingung Damien.

“Kau tahu? Membuat mereka menerimamu saja sudah sulit. Lalu sekarang kau menambahi rasa benci mereka padamu,” omel Matt.

Damien mengernyit. “Benci padaku? Hei! Aku salah apa?”

“Salahmu ... yah, mungkin kau terlalu lama tinggal bersama manusia biasa.”

“Kau manusia super?” ulang Chris pada Matt.

“Diam kau!” Matt terkekeh merasa geli sendiri. Lalu apa? Ia tidak bisa mengumpamakannya dengan kata-kata lain.

“Lalu kenapa?” tanya Damien.

“Ya, jadi mereka sulit menyesuaikan diri denganmu. Mereka berdua yang paling muda, lalu kau hadir membuat perhatian Daves dan Sean beralih padamu,” pikir Matt.

“Jadi itu salahku? Lagi pula aku tidak ingin di sini. Aku ingin kembali ke Paris,” kesal Damien.

Chris tersenyum simpul. “Kemudian memangsa manusia layaknya kau memangsa kambing itu?”

“Aku, um ... ya ... Matt! Tidak bisakah kau memberiku obat atau ramuan atau apa pun itu?”

Matt mengernyit. “Untuk?”

“Agar aku dapat menjadi manusia seperti pada umumnya lagi.”

“Gen milikmu tidak sama dengan mereka. Jadi kupikir tidak ada sesuatu yang bisa merubahnya,” jawab Matt.

“Benar-benar menyusahkan,” kesal Damien.

“Siapa?”

“Diriku sendiri.”

Matt menghela nafasnya seraya bersandar. “Tidak akan. Kau sudah menghabiskan dua labu ramuanku.”

“Apa artinya?” tanya Damien.

“Artinya kau akan lebih terkendali lagi dari biasanya. Cahaya bulan tidak akan memengaruhi apa-apa,” jelas Matt. “Termasuk full moon. Aku sudah menjelaskannya pada Sean. Mungkin kau hanya harus berlatih sedikit saja.”

“Lalu kenapa dengan Mike? Kau bilang aku juga melukainya.”

Chris berdeham. “Ya. Kau mengatakan soal ketidakpastian masa depan. Melihat masa depan adalah kemampuan Mike. Tetapi kau secara terang-terangan mengatakan kelemahannya.”

“Letak kesalahanku di mana? Bukankah benar masa depan memang bisa berubah-ubah?”

“Ya. Tetapi Sean sekalipun tidak pernah mengatakannya meskipun dia tahu dan bisa melihatnya,” ucap Matt.

“Jadi aku perlu minta maaf?”

🐾

Fred berdiri di depan jendela kamar Mike untuk menatap butiran salju. Benda putih itu membawanya pada ingatan baik dan juga ingatan buruk sekaligus. Mungkin hanya Sean yang tahu, karena kejadian itu dulu sekali di pegunungan Pirenia.

“Berhenti memasang wajah seperti itu, Mike.”

Suara Sean membuatnya menoleh sejenak. Saudara sewilayahnya itu sedang membujuk Mike sejak beberapa menit yang lalu. Setelah perdebatan di meja makan, Mike enggan berbicara sedikit pun pada yang lain. Wajahnya ditekuk sementara matanya sibuk menatap buku yang entah sebenarnya dibaca atau tidak. Tetapi Fred yakin, bahwa Mike tidak sedang membaca.

“Damien tidak tahu tentangmu. Jadi kau harus memakluminya,” ucap Sean.

Fred menghela nafas kemudian berbalik. “Justru karena dia tidak tahu apa-apa seharusnya diam saja.”

“Ayolah. Mungkin dia perlu membiasakan diri, Fred.”

“Sampai kapan? Dia memang selalu ingin tahu segalanya bukan? Aku yakin kau bisa melihatnya.”

Sean tersenyum tipis. “Mungkin aku, Matt, dan yang lain harus memberitahunya lebih banyak lagi agar kalian tidak mudah tersinggung seperti ini.”

“Mudah tersinggung? Oh, apakah aku terlihat seperti itu selama ini?” tanya Fred.

“Kemari dan duduk,” titah Sean.

“Aku-”

“Cepat, Fred!” paksa Sean. “Apakah aku pernah memarahi kalian dengan alasan yang tidak jelas? Bagaimana dengan Matt? Chris? Daves? Pernahkah?”

“Tidak.”

“Kalian anggota termuda di sini, begitupun Damien. Jangan salah paham bahwa kalian tidak bisa mendapatkan perhatian lagi. Anak itu tidak tahu apa pun tentang kita, maka dari itu kita harus memberinya waktu.”

“Aku tidak suka dengan caranya berbicara seperti itu,” ucap Mike akhirnya.

Sean tersenyum. “Aku tahu. Tetapi kau juga memiliki kehebatan, Mike. Jangan terlalu fokus pada kelemahanmu.”

“Kau tahu semuanya. Kau tahu kenapa aku membenci kelemahanku itu, Sean.”

“Ya. Aku mengerti. Tetapi kau sudah tumbuh menjadi seseorang yang lebih hebat lagi sekarang. Masa lalu tidak akan berubah bagaimana pun dan sekeras apa pun kau memikirkannya, Mike,” ucap Sean tulus.

“Tapi-”

“Yang mati tidak akan hidup lagi,” ucap seseorang di ambang pintu.

“Daves!” tegur Sean kala Daves tiba-tiba muncul.

“Maaf tidak mengetuk. Aku hanya khawatir dan ingin melihat seperti apa wajah adik-adikku ini seusai makan tadi.”

“Kau pikir aku kenapa? Aku tidak apa-apa,” ketus Mike.

Sean menggeleng. “Mike ....”

“Maaf.”

Daves tersenyum. “Setidaknya dia sudah mau bersuara. Baguslah.”

“Tetapi kau keterlaluan, Daves,” ucap Fred terlihat marah seraya kembali ke jendela untuk menjauhi mereka yang sedang duduk di sofa.

“Kenapa?” tanya Daves bingung kemudian hening sesaat.

“Oh, kau mengingat mendiang ibumu lagi, Fred?” tebak Sean menyadari ke mana tatapan kosong Fred tertuju.

“Benda putih itu, berubah menjadi merah. Aku masih bisa mengingatnya dengan sangat baik.”

.

.

.

.

.

.

Karena cerita ini berhubungan sama sihir, mungkin beberapa teori wolf di sini nggak akan sama kaya cerita wolf lainnya. Hehehe 😀

Continue Reading

You'll Also Like

649K 31.5K 38
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
893K 74.5K 34
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€สŸแด€ษดษดสแด€ แด„แด‡ส€ษชแด›แด€โ™ฅ๏ธŽ ___...
351K 12K 11
UNPUBLISH DAN REVISI. ๐ต๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘–, ๐‘™๐‘Ž๐‘™๐‘ข ๐‘—๐‘Ž๐‘ก๐‘ขโ„Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐‘ ๐‘’๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘  ๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž. -๐‘จ๐’๐’Š๐’๐’…๐’Š๐’“๐’‚ Ini t...
1.7M 134K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...