Canistopia

By taejung21

63.2K 10.2K 3.7K

Sebuah dunia yang tidak akan pernah dimengerti oleh kaum manusia namun nyata adanya. July/2020 DON'T COPY MY... More

Prolog
Introductions
Canistopia - I
Canistopia - II
Canistopia - III
Canistopia - IV
Canistopia - V
Canistopia - VI
Canistopia - VII
Canistopia - VIII
Canistopia - IX
Canistopia - X
Canistopia - XI
Canistopia - XIII
Canistopia - XIV
Canistopia - XV
Canistopia - XVI
Canistopia - XVII
Canistopia - XVIII
Canistopia - XIX
Canistopia - XX
Canistopia - XXI
Canistopia - XXII
Canistopia - XXIII
Canistopia - XXIV
Canistopia - XXV
Canistopia - XXVI

Canistopia - XII

1.5K 381 107
By taejung21

.

.

Sudah hampir setengah jam Matt berdiri membelakangi pintu kamar mandi menunggu Damien mengeluarkan seluruh isi lambungnya. Sementara di lain sisi, matanya menatap seseorang yang baru saja datang dari arah pintu seraya membawa teko kaca dan juga gelas tinggi di nampan.

“Dia masih di dalam?”

Matt mengangguk lesu. “Begitulah, Sean.”

“Daves kembali ke dapur untuk menyiapkan semuanya ditemani Chris.”

“Chris? Bukankah kakinya terluka?” heran Matt.

“Berjalan dibantu Mike dan Fred,” angguk Sean.

“Oh. Memaksakan diri sekali.”

“Kau seperti tidak tahu bagaimana Chris,” ucap Sean. “Ngomong-ngomong aku membawakan Damien air. Dia bisa kekurangan cairan kalau begitu caranya.”

Matt mengedik. “Kurasa perutnya tidak bisa mentolerir daging mentah.”

“Ya, kau pikir saja! Astaga! Bukan hanya daging mentah, tetapi dia memangsa kambing itu hidup-hidup.”

“Lama sekali aku tidak melakukan cabik-mencabik seperti itu,” pikir Matt sementara Sean mendelik.

“Cabik saja dirimu sendiri!”

“Galak sekali,” keluh Matt.

“Bagaimana dengan cairan infusnya?” tanya Sean.

Matt mengintip Damien sebentar kemudian mengangguk. “Hampir habis. Mungin satu labu lagi. Setelah itu, tubuhnya akan menjadi lebih terbiasa dengan perubahan.”

“Termasuk full moon?”

Yep!”

“Kau hebat!” puji Sean.

“Kalau tidak hebat, bukan Matt namanya,” ucapnya bangga.

“Menyesal.”

“Apanya?”

“Memujimu.”

Bro!”

🐾

Dengan amat terampil Daves menyibukkan kedua tangannya untuk mengambil ini dan itu—sesuatu yang mendukung untuk melakukan sebuah makan malam keluarga, setidaknya begitu isi pikirannya. Benar ‘kan? Mereka sudah seperti keluarga.

“Kau repot seperti itu hanya untuk menyambutnya?” tanya Mike.

“Jangan begitu, Mike,” ucap Daves tanpa menoleh sedikit pun.

“Kau tidak pernah memasak sebanyak ini, Daves.” Fred menatap pai daging yang Daves buat di dalam pemanggang.

“Bukankah kau ingin segera kembali ke Canistopia?” tanya Daves.

“Ya,” angguk Fred.

“Makan malam ini akan menjadi penutup setelah kita tinggal di sini selama beberapa bulan kemarin.”

“Jadi besok kita akan pergi?” tanya Fred sedikit menunjukkan rasa antusiasnya.

“Besok atau lusa,” jawab Chris.

“Kenapa menunggu lusa?” tanya Mike.

Chris yang sedang membersihkan buah-buahan dari kursinya mendongak. “Semua tergantung ramalan cuaca. Kau sadar? Musim dingin hampir datang.”

“Dan kita tidak menggunakan mobil untuk mendaki gunung,” sambung Daves.

“Aku tahu itu,” cibir Mike.

“Jadi, kalau salju turun kita tidak akan pergi?” tanya Fred.

Daves menghela nafas menoleh. “Bukan begitu. Setidaknya kita tahu kemungkinan yang terjadi. Maksudku, kita bisa mempersiapkan semuanya lebih baik lagi.”

“Benar. Jangan sampai perjalanan kita terhenti di tengah jalan,” angguk Chris.

“Itu karena kita tidak bisa mendaki dengan wujud wolf kita dalam jarak tertentu” ucap Daves seraya mencuci beberapa batang asparagus.

Mike mendengus. “Aku pun tahu tentang itu.”

“Akhir-akhir ini pegunungan lumayan ramai dengan pendaki. Penginapanku selalu penuh.”

“Itu bagus, Daves. Berarti uang di rekeningmu akan bertambah.” Chris mengedik.

“Bisnis ski-mu juga pasti terkena dampak baik. Juga peminjaman peralatan mendaki milik Mike tentunya,” tambah Daves.

“Aku berencana untuk menambah cabang bisnisku nanti,” pikir Mike.

“Apa itu?” tanya Fred.

“Belum pasti. Kolam pemandian air panas, mungkin?”

“Ha?”

“Tidak ada yang tidak mungkin. Pikirkan dan rancang saja dulu,” bela Daves.

Chris menoleh seraya berpikir. “Kupikir hal seperti itu sudah ada di sekitaran Pirenia.”

“Benarkah?” tanya Fred terkejut.

“Kau tidak tahu?” heran Chris. “Apakah Sean juga tidak tahu?”

“Akan sangat keterlaluan kalu sampai benar,” ucap Daves. “Setidaknya kalian berdua hapal daerah itu.”

“Kami sudah lama sekali pindah dari sana. Lalu kalian pikir bagaimana cara kami mengetahuinya?”

“Kau tidak punya benda persegi?” tanya Chris membuat kening Fred mengernyit.

“Maksudmu?”

“Ponsel. Kau tidak punya ponsel?” Chris menunjukkan benda yang dimaksud miliknya sementara Mike terkikik.

“Oh, benda itu. Aku jarang menggunakannya kalau bukan untuk bisnisku,” jawab Fred.

“Sombong sekali,” ejek Chris.

Fred lagi-lagi dibuat mengernyit. “Apanya?”

“Setidaknya gunakan ponselmu untuk mengetahui dunia luar.”

“Ngomong-ngomong apa yang dikatakan Sean sesaat setelah aku pergi?” tanya Daves seraya membalikkan potongan daging di atas frying pan.

Mike mendongak mengalihkan perhatian dari serbet-serbet yang sedang dilipatmya. “Sean? Oh, bertanya tentang kemampuan kami saat menangkap anak itu.”

“Menangkap anak itu? Kau pikir dia tawanan?” protes Daves. “Lalu apa?”

“Ya. Aku dan Fred mengatakan bahwa menemukan keberadaannya adalah sebuah kebetulan.”

“Apakah itu jawaban yang sesungguhnya?” tanya Chris.

Mike mengangguk. “Kau pikir siapa yang mampu membohongi Sean? Kau lupa dia bisa membaca pikiranku? Lagipula aku tidak pandai berbohong.”

“Lalu bagaimana bisa dia pulang dalam keadaan tak sadarkan diri?” tanya Chris lagi.

“Fred mencuri peralatan milik Matt,” jawab Mike cekikikan.

“Hei! Aku tidak mencuri!” protes Fred.

“Lalu disebut apa? Kau mengambilnya tanpa ijin,” tanya Chris. “Daves, kau tahu soal itu?”

“Aku hanya meminjamnya! Untuk berjaga-jaga karena aku tahu soal anak itu. Mike sendiri belum bisa melihat apapun tentangnya. Bahkan bukan hanya Mike, kak Sean juga.”

“Dia benar, Chris.” Daves mengangguk sementara tangannya sibuk mengangkat pai.

“Membenarkannya mengambil barang seseorang tanpa ijin?” tanya Chris.

“Baik! Baik! Aku akan mengatakan itu padanya nanti!” kesal Fred.

Chris tersenyum samar. “Sekalipun Sean dan Daves mengerti alasan kau melakukan itu, setidaknya ingatlah soal tata krama. Kau seorang keturunan bangsawan yang baik bukan?”

“Chris dan perhatiannya,” puji seseorang.

“Sean?”

“Tidak masalah, Fred. Sean sudah menjelaskannya padaku,” ucap Matt yang datang bersama dua orang sisanya.

Yah, maaf karena tidak mengatakannya. Ide itu muncul tiba-tiba setelah keluar dari kamar Chris,” sesal Fred.

Matt terkekeh. “Oh, ayolah. Sudah ku bilang tidak masalah. Tidak apa-apa.”

“Kau serius? Aku sudah masuk ke laboratoriummu tanpa ijin.”

“Benar,” angguk Matt. “Lagipula aku senang kalau salah satu dari kalian terampil melakukan hal semacam itu. Setidaknya kalian bisa bertindak jika suatu hari aku tidak ada.”

“Maksudmu mati?”

“Chris! Mulutmu!” omel Sean.

“Baru saja tadi mendapatkan pujian,” ejek Mike.

Chris mengedik. “Salahkan Matt karena mengatakan hal-hal yang membuat semua orang salah paham begitu.”

“Mungkin maksudnya di saat Matt pergi dan hal genting terjadi,” ucap Daves meluruskan.

“Atau juga karena harus mengurus seseorang yang kakinya berdarah-darah karena gigitan seekor serigala kelaparan,” tambah Fred melirik Damien sekilas.

“Apakah ... yang kau maksud adalah aku?” tanya Damien yang sedari tadi hanya diam menyimak.

“Kau lapar Damien? Perutmu sudah kosong lagi bukan?” tanya Daves. “Kalian semua duduklah. Makanan hampir siap,” titah Daves.

“Aku akan membantumu,” ucap Sean seraya menyimpan beberapa piring hidangan ke atas meja.

“Terimakasih.”

“Banyak sekali yang kau masak,” ucap Matt.

“Untuk menyambut newborn. Begitu kata Daves,” jelas Mike.

“Aku?” tunjuk Damien pada dirinya sendiri.

Sementara di ujung meja Matt terkekeh. “Kau sudah menerimanya? Bahwa dirimu seorang newborn?”

“Uhm ... hanya saja ... aku merasa tidak ada newborn lain yang kalian sebut selain diriku sendiri di sini,” bingung Damien.

“Memang tidak ada,” timpal Chris.

“Kau suka pai daging?” tanya Daves.

Damien mendongak bingung. “Apapun yang kau masak, aku akan memakannya.”

“Termasuk daging mentah?” tanya Mike tanpa melirik sementara tangannya sibuk menyuapkan anggur yang baru saja dipetiknya dari piring buah yang terletak di hadapan Chris.

“Aku sedang membersihkan buahnya, Mike!” omel Chris.

“Astaga, aku hanya makan satu,” ucap Mike merengut.

“Semoga kau sakit perut.”

“Kak! Mulutmu benar-benar,” gerutu Mike semakin kesal.

Daves menghela napasnya dari depan microwave. “Berhenti berdebat hal-hal tidak penting.”

Mike terdiam sejenak kemudian menoleh. “Daves, salju sudah turun di luar.”

“Benar juga. Kita memiliki peramal di sini, kenapa kita perlu menunggu ramalan cuaca?” tanya Chris sementara Mike mendelik.

“Tumben sekali kau banyak bicara, Chris,” heran Fred.

Sean terkekeh kemudian beralih pada kursinya. “Kalau begitu bagaimana kalau besok kita bersiap untuk kembali ke Canistopia?”

“Aku setuju,” angguk Fred.

“Benar. Sebelum salju turun semakin lebat.”

“Kau bisa meramal?” tanya Damien pada Mike.

“Eh, aku belum mengatakannya padamu?” tanya Matt bingung. “Sepertinya belum ya?”

“Aku bukan peramal,” ucap Mike ketus.

Damien mengernyit. “Lalu aku harus menyebutnya apa?”

“Semacam prekognisi? Ya, mungkin lebih baik menyebut kemampuan Mike seperti itu,” pikir Sean.

“Terimakasih, Kak.” Mike tersenyum canggung.

Yah, Sean ahlinya dalam penamaan kemampuan seseorang,” ucap Daves mengerling kemudian menggantung apronnya.

“Melihat masa depan? Tapi dia mengatakan bahwa salju baru saja turun. Bukankah itu kejadian yang baru saja terjadi?” tanya Damien. Matt melirik Chris yang sama-sama mengerti bahwa rasa penasaran newborn mereka belum berakhir.

“Aku sudah memperkirakannya berjam-jam yang lalu. Kau tahu apa?” tanya Mike kesal.

“Tapi apakah perkiraanmu selalu tepat? Maksudku, semua orang tahu bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang pasti. Semua bisa berubah seiring berjalannya waktu,” tambah Damien sementara wajah Mike sudah memerah. Sean langsung mengetahui bahwa saudaranya itu sedang marah.

Fred berdeham kemudian bertanya, “Haruskah kau merusak acara makan malam hari ini? Lalu bagaimana denganmu? Apa kelebihanmu newborn?”

.

.

.

.

.

.

Canistopia Trailer

by Ddaryeok

Thanks a lot for this amazing video. Suka banget huhu :' Kalian bisa check di akunnya silahkan 💜 Video ini juga bakal aku attach di Prolog buat pembaca yg baru join.
.

Because today is my birthday seperti yg udh aku mention di Nebula, maka di sini juga aku bakal double up. Happy reading! 😘

Continue Reading

You'll Also Like

332K 37.7K 52
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...
664K 56.6K 27
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ _______ (𝘔𝘦𝘯𝘨𝘢𝘶𝘮 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘭𝘢...
468K 53.2K 61
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...