ruang hampa ✓

By WoonJS

18.3K 3.1K 1K

⎯ lee heeseung; bahkan aku yang dilahirkan sebagai seorang manusia tidak pernah diperlakukan selayaknya manus... More

lee heeseung dan ruang hatinya
lukisan dan toko bunga
memberi dari kekurangan
dia ditengah salju
salah orang
persahabatan itu hancur
bercerita tentang dia
kami kembali menjadi yang dulu
awal bertemu kembali
mana yang lampau?
masalah lagi
heeseung dan kesakitannya
keadaan yang semakin kacau
masalah masa lalu
perlahan mulai terjawab
bagian yang mulai lengkap
kita hanya perlu bicara
siasat untuk menjaga nama baik
hubungan dengan kepalsuan
sedikit rasa risau
hampir menemukan jawabannya
untuk yang belum sempat terungkap
akhirnya harus diungkap
ia sudah kembali
belum bisa menerimanya
bisakah kita kembali?
beberapa hal yang harus dijelaskan
untuk kita sebelum menutup cerita
ujung dari segala cerita

bahkan masalah kecil bisa menjadi...

381 82 36
By WoonJS

Deru derap langkah yang kencang menghiasi tempat itu, Heeseung menuju ruangan kepala sekolah dengan secepat mungkin sebelum ada masalah yang jauh lebih berat dibanding ini,

"Permisi, pak." Ucapnya sambil memasuki ruangan tersebut.

Disana sudah ada ayah dan ibu Heeseung, serta Sunghoon yang entah bagaimana ceritanya juga ada disana.

"Heeseung, silahkan masuk."

Heeseung memasuki ruangan itu dengan ragu,

"Heeseung, apa yang dikatakan oleh orang tuamu benar? Kamu memang terbukti sudah kabur dari rumah dan mengikuti Sunghoon?"

Heeseung meneguk salivanya dengan kasar, "Pertama. Jangan bawa nama Sunghoon ke kasus ini. Ini hanya kesalahanku."

Ayah Heeseung menyahut "Tidak. Pasti karena bergaul dengan anak sialan itu sikapnya jadi berubah."

"Ayah! Ayah tau apa tentang Sunghoon?"

"Beraninya kamu!"

"Aku bakal jadi gelandangan kalau Sunghoon tidak ada."

"Banyak alasan kamu! Memang karena anak sialan si Sunghoon ini kamu jadi brengsek."

"Sudah. Mohon ketenangannya ya pak." Perintah sang kepala sekolah untuk menenangkan suasana.

Lanjut sang kepala sekolah "Saya sangat yakin dan percaya bahwa Sunghoon itu adalah anak yang baik. Dan begitu juga dengan Heeseung. Menurut saya, bapak dan ibu terlalu keras memperlakukan Heeseung—"

Sebelum lelaki itu menyelesaikan perkataannya, ibunda Heeseung menjawab "Kami tidak pernah berlebihan terhadap Heeseung. Tapi memang anak ini sudah kurang ajar."

"Hanya satu harapan kami sebagai orang tua..."

"Keluarkan Sunghoon dari tempat ini atau Heeseung yang akan kami pindahkan."

Sunghoon hanya bisa menerima keadaan, dia memilih untuk diam saja selama orang tua Heeseung berkunjung tadi.

Heeseung mendekatinya kemudian bertanya padanya "Sunghoon... Astaga. Aku sungguh minta maaf. Maaf sudah membawamu ke dalam masalah ini."

Pemuda bermarga park tidak membalasnya, dia hanya mendengar apa yang Heeseung ucapkan.

"Sunghoon... Aku tidak tahu bagaimaja harus menyelesaikannya. Tapi aku terima resikonya. Aku akan pindah sekolah, anggap saja kamu tidak pernah terhubung dengan masalah ini. Aku jamin kamu–"

"Heeseung, berapa kali aku harus terlibat ke dalam sebuah masalah karenamu? Hah?"

Heeseung membungkam mulutnya, isyarat tersirat agar Sunghoon dapat melanjutkan kalimatnya,

"Dengar ya, Lee Heeseung. Aku sudah berkali - kali masuk ke dalam masalau karenamu. Aku berniat membantumu dan sekarang aku terjebak dalam masalah lagi! Aku lelah, kamu tahu? Siapa yang mengurusmu selama pergi dari rumah?"

"Aku juga yang mengurusmu, pengeluaranku sudah dua kali lipat untuk membiayaimu karena kamu tidak berkerja selama seminggu. Dengan mudahnya kamu berkata anggap tidak terlibat dalam masalah apa - apa?"

Sunghoon meneteskan air matanya. Sementara kamu tidak perlu bertanya Heeseung bagaimana. Dia masih membatu karena tidak tahu harus bereaksi apa.

"Lee Heeseung. Aku sekarang tidak peduli mau aku yang pindah sekolah, mau kamu yang pindah itu semua karena orang tua kamu yang tidak berguna itu. Tapi satu hal yang pasti. Aku tidak akan membantumu lagi. Pergilah teman, aku tidak bisa menjadikanmu seorang sahabat."

"Nichia! Kamu mau kemana lagi?"

"Bunda, aku harus pergi keluar. Sebentar saja. Nanti aku akan kembali untuk les piano."

"Nichia!"

"Dah bunda, sampai jumpa!" Nichia langsung meninggalkan rumah bahkan sebelum sang bunda menjawab salam pamitnya itu.

"Hei– Chia! Aish anak itu mau kemana lagi?" Keluhnya.

Nichia berlari masih dibalut dengan seragam sekolah dan sepatu berwarna putih polosnya. Sesuai janjinya dengan Heeseung, ia harus segera bertemu dengan Heeseung sesuai waktu yang sudah mereka tentukan.

Jam sudah menunjukkan angka 04.05 iya sebenarnya Nichia sudah telat 5 menit dari janji mereka. Alasannya? Karena dia baru saja pulang telat dari sekolah.

"Astaga... Heeseung pasti sudah menunggu..."

Nichia terus memeriksa ponselnya, barangkali memang Heeseung mengirimkan pesan untuknya.

"Tunggu... Tunggu... Ka... Kamu Alysia...?"

Nichia mendengar suara itu dari arah belakangnya, setelah itu dia langsung memandang asal suara tersebut.

"Kamu benar Alysia... Kan...?" Tanya Jake dengan ragu. Dia yakin sesungguhnya dia hanya berhalusinasi.

"Oh, hai jake. Sudah lama ya." Balas sang gadis.

"Ayah dan ibu bisa tidak diam!? Kalian pikir dengan datang dan marah ke sekolah bisa menyelesaikan semuanya? Aku malu."

"LEE HEESEUNG! SAMPAI KAPAN KAMU MAU PROTES! INI DEMI KEBAIKAN KAMU."

"Kebaikan apa, hah? Menyebabkan sahabatku sendiri harus pindah sekolah? Salah dia apa?"

"Bela saja terus sahabatmu itu. Ah, paling dia juga sebenarnya pacarmu."

Heeseung mendecak malas, sudah berapa kali dia mengelak tetap saja jawabannya sama dan itu lagi.

"Kamu dapat kembali bersekolah jika Sunghoon sudah pindah. Dan jangan berani menemuinya diluar sekolah. Dimanapun itu!" Ancam sang ibunda.

Heeseung membantah "Kalian pikir aku menurut, bagitu saja hah!? Aku benci kalian semua! Kalian bahkan tidak pernah mengurusku, tapi ketika aku keluar dari rumah kalian mencariku. Apa mau kalian?"

Ia melanjutkan "Kalian mau apakan aku? Dijadikan anjing perliharaan seperti kakak!? Mesin penghasil uang!?"

Plak!

"Jaga omonganmu anak kurang ajar!"

Heeseung memegang pipi kanannya yang memerah,

"Hei, dengar. Sampai kamu bergaul dengan anak sialan itu, jangan harap kamu bisa keluar dari rumah ini."

Sang ayah mendorong Heeseung ke dalam kamarnya kemudian mengunci pintu itu dan menutupnya rapat -rapat dengan sebuah ancaman,

"Jangan keluar dari ruangan ini kecuali jika kamu harus pergi ke sekolah! Jangan sampai aku melihatmu dengan anak sialan itu!"

"AYAH! AYAH! BUKA!"

"Owh, damn." Kutuknya ketika Heeseung mendapati pintu tersebut sudah terkunci.

"Ah sialan!"

Heeseung berusaha menarik pintunya berulang kali, tapi usahanya tidak membuahkan hasli.

Kini hanya dirinya sendiri. Di ruangan penuh sesak itu. Tempat kesukaraan dan kesulitaannya.

Bahkan Heeseung tidak pernah merasa bahwa ini rumahnya.

Hanya Nichia tempat dimana Heeseung bisa nyaman. Tempat dimana Heeseung merasa Nichia adalah rumah.

Bukan tempat ini. Kamar Heeseung sendiri yang sering ia sebut dengan ruang hampa.

"Kamu mau kemana?" Tanya pemuda Shim kepada sang gadis.

Nichia menjawab kepadanya "Aku ingin ke sekolah blow your mind. Menemui teman."

"Mau aku temani kesana? Aku tahu arahnya!"

Nichia menolak ajakan yang ditawarkan oleh jake "Maaf Jake, aku sudah tahu. Kamu bisa berhenti mengikutiku. Aku akan aman."

"Ta- Tapi aku hanya ingin mengantarmu. Boleh kan?"

"Eumm... Jake. Tolong jangan seperti ini. Maaf, aku tidak bisa berdua bersamamu berjalan kesana."

"Memangnya kenapa?"

"Aku hanya merasa risih untuk berada di dekatmu. Maaf tapi aku mungkin perlu mengingatkanmu. Aku Nichia, bukan Alysia. Jadi aku harap kamu bisa menjaga jarak dariku."

Senyum yang terukir di wajah Jake tiba - tiba saja menghilang, "Oh. Baiklah."

"Maafkan aku Jake. Tapi kita juga hanya masa lalu. Begitu juga dengan kamu dan Alysia. Maaf."

Jake tidak memberi kembali sepatah katapun kepada si gadis. Dia hanya berbalik arah dan meninggalkannya.

"Astaga... Ternyata memang masih banyak orang yang tidak bisa menerima kepergiaan Alysia."

janneth
eummm... maaf ternyata peran jake sepertinya bakal lebih banyak dari yang aku duga. tapi gak masalah kan? aku harap kalian suka! Jangan lupa tinggalkan jejak!

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 736 18
Karena nggak rela mantannya bisa nikah dan kemungkinan hidup bahagia, Kara mencari cara untuk menunjukkan kalau dia bisa 'lebih bahagia' dari mantann...
39.2K 7.5K 72
Tentang mereka yang ingin mengungkap kebenaran dari kematian teman nya, berakhir mereka yang terperangkap dalam pikiran masing masing. Yaitu, ke egoi...
219K 16.2K 27
🌱 Park Jisung and NCT Dream Season 1 tamat Season 2 on going • • SEASON 1 Rasa iri pada adik bungsunya membuat 'mereka' rela memperlakukan Jean baga...
21.8K 1.7K 68
𝑲𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒃𝒂𝒅𝒊 -adhivano Niki alvariski