The Strange Playlist (#2)

By fairywoodpaperink

2M 14.8K 1.1K

"It's Funny How Music Could Be A Time Machine" Setiap orang pasti punya keinginan untuk merubah keputusannya... More

ACKNOWLEDGEMENT
PROLOG
1 - Done, Totally Done
2 - Nightmare at The Wedding
3 - Here We Go Again
4 - Prioritas
5 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #1
REAL PAST TIME - NAMANYA RAESHANGGA
6 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #2
7 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #3
REAL PAST TIME: HORCRUX KATANYA
8 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #4
REAL PAST TIME: I DON'T DO BULLSHIT
9 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #5
11 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #7
TO BE CONTINUE...
Pre-Order

10 - TIME TURNER PLAYLIST TRACK #6

4.9K 620 23
By fairywoodpaperink

Now playing: 1,2,3,4 – Plain White T's

Saat bulan puasa datang, bulan itu jadi masa-masa panas bagi hubungan Lasha dan Dinan. Berawal dari saat Dinan bertamu sore-sore ke rumah Lasha. Ketika menjelang buka puasa, ibu Lasha mulai bertanya, "Dinan puasa?"

Dengan polos Dinan menggeleng pelan sambil tersenyum sungkan. "Nggak, Tante..."

Saat itulah serumah langsung tahu kalau Dinan berbeda keyakinan dengan Lasha dan keluarga. Salah Lasha juga sih waktu itu, ngapain membiarkan Dinan datang sore-sore ke rumah! Harusnya Lasha bilang aja kalau dia mau buka puasa di luar!

Sudah siap-siap 'disidang' oleh ibunya, namun ibunya justru hanya berkomentar, "Pokoknya Dinan nggak ibu masukin ke daftar calon mantu!" Ngasal abis. Lasha tahu kok, ibunya ngomong setengah bercanda, setengah menyindir. Karena kalau serius, ibu nggak akan begitu ngomongnya. Dalam hati Lasha menjawab, siapa juga yang mau nikah sama dia! Tapi mungkin ibunya ngomong seperti itu karena saat itu Lasha masih SMA, jadi Ibu mikirnya ini bukan pacaran serius.

Ibunya juga bilang, "Awas ya, Lasha, kalo kamu kepergok cium-ciuman atau berduaan aja sama Dinan di rumah, Ibu langsung masukin pesantren kamu! Mau kamu masuk pesantren?!" Lasha pengin jawab, ih siapa juga yang mau 'ngapa-ngapain' sama Dinan!

Kalau Lasha sudah niat pergi ke luar, ibu akan menyindir, "Hari ini buka puasa bareng Dinan? Eh, maksudnya buka puasa ditemenin Dinan," Santai sih ngomongnya, tapi dalem! Bikin Lasha jadi sebal sendiri. Ya walaupun dia juga nggak niat lama-lama sama Dinan sih, tapi sebal aja kalau Ibu udah nyindir-nyindir begitu! Lasha tahu, secara nggak langsung ibunya mencoba memperingatkan Lasha, tapi Lasha nggak suka aja caranya!

Ibu nggak judes sih sama Dinan, tapi nggak terlalu welcome juga. Yang biasanya suka nanya-nanya kalau Dinan main ke rumah, jadi nggak acuh dengan keberadaan Dinan di rumah. Ayahnya sih biasa aja, ramah seperti biasanya. Ayah selalu percaya pada Lasha, percaya bahwa anaknya paham batasnya sampai mana.

Lasha tahu, ini bukan soal siapa yang keyakinannya lebih baik. Tapi bagaimanapun orang tua pasti ada kekhawatiran tersendiri. Takut anaknya memilih "menyeberang" dari mereka hanya demi sebuah cinta yang semu.

Sampai suatu saat Dinan bertanya pada Lasha, "Las, keluarga kamu sebenarnya gimana sih sama aku?"

Lasha langsung merasa agak kikuk menanggapi pertanyaan Dinan. Masa harus jujur banget sih? Kan nggak enak juga. Akhirnya Lasha mencoba menjawabnya, "Hmm... biasa aja sih, Nan."

"Biasa aja tuh jawaban apa sih, Las?"

Glek. Lasha cuma bisa menelan ludah.

"Yaa... biasa ajaaa... baik-baik aja ke kamu. Orang tuaku emang gitu, agak cuek." Batin Lasha langsung menjerit, bohong kamu, Las! Dulu sama Rae nggak gitu kan? Dulu semua welcome sama Rae! Bahkan Abi dan Biyas yang tadinya cuek, bisa main playstation bareng!

"Dulu ibu kamu suka ngajak aku ngobrol. Sejak bulan puasa jadi jarang... apa karena... dia udah tau ya?" Dinan langsung mengarah tepat ke sasaran.

Lasha menarik napas panjang untuk menjawab. Jawab jujur atau nggak? Atau gimana? Jujur aja kali ya? Toh, apa adanya gitu kan? Tapi kalau Dinan tersinggung gimana? Ya emang Lasha nggak niat pacaran lama juga sama Dinan, cuma kan jangan sampai bikin orang sakit hati juga.

"Umm... ya... ibuku baru tau pas bulan puasa ini. Mungkin dia jadi agak gimana gitu," jawab Lasha ragu-ragu.

Gantian kini Dinan yang menarik napas panjang. Mungkin dia sendiri sadar posisinya. Dia sendiri belum pernah mengenalkan Lasha ke keluarganya, mungkin kalau keluarganya tahu, responnya akan sama dengan keluarga Lasha.

Lasha kemudian angkat bicara lagi, "Menurutku sih kekhawatiran mereka masih wajar."

"Kamu masih boleh jalan sama aku?"

Lasha menatap kedua bola mata Dinan. Ayo, Las, ini saat yang tepat untuk menyelesaikan. Toh kamu juga nggak mau lama-lama kan? Batin Lasha. Tapi melihat kedua alis Dinan yang turun dan sarat tatapannya yang penuh harap, Lasha menjawab, "Hmm... nggak ada yang ngelarang sih. Setidaknya kedua orang tuaku nggak ada yang dengan keras melarang. Jadi..." Lasha mengangkat kedua bahunya. Menyerahkan keputusan itu pada Dinan.

Sebuah senyum tipis mengembang di wajah Dinan. Ia langsung membalas, "Aku juga masih pengen jalan sama kamu."

Lasha nggak tahu harus merasa tersanjung atau gimana, karena ada orang yang nyaman bersamanya. Tapi satu sisi Lasha merasa sedikit berdosa karena punya niat untuk segera menyelesaikan hubungannya dengan Dinan. Maka Lasha hanya membalasnya dengan senyum tipis.

****

Pulang dari pergi dengan Dinan, Lasha langsung masuk ke kamar dan memikirkan obrolannya dengan Dinan tadi sore. Apakah ini saatnya untuk menyelesaikan hubungannya dengan Dinan? Sebelum semuanya jadi semakin dalam? Bilang aja gitu kalau orang tua Lasha melarang. Atau apakah Lasha harus melakukan sesuatu yang tidak baik sehingga Dinan malas dengannya dan mengajaknya putus?

Jujur aja, Lasha sih senang berteman dengan Dinan. Sebagai anak SMA obrolan mereka nyambung. Tapi, jangan sampai baik Dinan ataupun Lasha jatuh terlalu dalam.

Paperina duduk di tepi kasur. Mata besarnya mengamati Lasha dengan saksama. Membuat Lasha tiba-tiba merasa tak nyaman dilihatin seperti itu. Menyeramkan! Dan dia adalah siluman! Makhluk jadi-jadian!

"Ngapain kamu liatin aku kayak gitu?" tanya Lasha yang langsung memundurkan badannya dari Paperina.

"Kamu lagi... bingung? Soal... Dinan?"

Kok dia tahu?

"Hmm... semacam itu."

"Makanya jangan main api kalau nggak tahu cara memadamkannya," sindirnya kemudian. Sekarang dia bangkit menuju meja belajar Lasha dan mengambil gunting kuku. Lalu tiba-tiba dia menggunting kuku tangannya. Aneh banget! Kucing mana yang punya inisiatif gunting kuku tangannya?!

Lasha beranjak dari tempat tidur dan mengambil ipod nano di dalam laci meja untuk melihat lagu apa yang sedang bermain. Lalu berkata pada Paperina, "Aku masih nggak ngerti apa hubungan setiap lagu ini dengan momen yang dimaksud. Aku nggak ngerti momen yang aku jalani ini soal apa? Keputusan apa?"

Paperina meminta ipod itu dan melihat-lihat isinya. "Kamu hapal lagu yang sudah lewat?"

Lasha mengerutkan keningnya. "Kurang lebih udah enam lagu," ujarnya. Lasha langsung mendapat ide untuk mencatat. Ia kemudian mencari diarinya di laci untuk mencatat. Ia mengingat-ingat lagu pertama. Lagu pertama... mulai darimana hitungannya? "Lagu pertama dihitung darimana, Paperina?"

"Dari pertama kali kamu terbangun di dunia yang ini."

Waktu itu bagaimana ya Lasha bisa terbangun? Yang dia ingat dia hendak menyeberang sambil mendengarkan lagu di ipod, lalu... kecelakaan itu terjadi. Kemudian ia terbangun dengan keadaan aneh seperti ini. Lagu apa ya yang didengarkan waktu itu?

Ah! Lasha ingat bagaimana ia terbangun dengan kepala pening! Ia kemudian langsung menulis di diari.

Track 1: pertama terbangun ke alternate universe, memilih sekolah. Memilih SMA yang berbeda.

Track 2: pertama berkenalan dengan Dinan. Mungkin soal teman dekat pertama?

"Yang ketiga aku ingat aku bangun dengan kepala pusing karena time jump. Tapi karena apa ya, Paperina?"

"Pertama kali kamu tanya soal time jump. Sepertinya kita lompat ke akhir kelas sepuluh, melewati tahun baru di tahun itu," jawab Paperina yang wajahnya nampak seperti berusaha mengingat-ingat juga.

Ya, Lasha ingat! Saat dia harus memilih jurusan! Tapi dia lupa apa lagunya. Dia kemudian melihat daftar lagu di playlist aneh itu. Lasha ingat waktu akhir kelas sepuluh dia sempat melihat Raeshangga dari jauh. Ia kemudian ingat masa-masa dekat dengan Raeshangga dulu. Lasha kemudian menambahkan di bawah nomor dua.

Track 3: Didekati Dinan pertama kali

Lasha dan Paperina terus berusaha mengingat-ingat setiap momen, hingga akhirnya daftar kejadiannya kurang lebih seperti ini:

Track 1: pertama terbangun ke alternate universe, memilih sekolah. Memilih SMA yang berbeda.

Track 2: pertama berkenalan dengan Dinan. Mungkin soal teman dekat pertama?

Track 3: Didekati Dinan pertama kali

Track 4: Ditembak Dinan dan menerima

Track 5: First date sama Dinan dan pertama kali mengenalkan Dinan ke keluarga

Track 6: Dinan nggak diterima di keluarga (???)

Lasha menatap daftar yang baru dibuatnya. Di bagian terakhir Lasha menambahkan tanda tanya karena ia tidak tahu apakah momen penting yang dimaksud adalah ini, karena fase ini belum selesai.

"Paperina, kamu tahu setiap lagu di playlist ini merepresentasikan apa?"

"Bisa kenangan, bisa juga tujuan... mungkin kamu punya kenangan dari lagu ini?"

Ya, contohnya lagu nomor tiga. Lasha ingat itu lagu yang liriknya pernah ditulis Raeshangga untuk menyatakan perasaannya pada Lasha. Momennya hampir sama dengan Dinan menembak Lasha waktu itu.

Tujuan? Bisa jadi, karena lagu pertama mengarahkan Lasha untuk keluar dari zona nyamannya.

"Kalau tujuannya menyindir bisa?" tanya Lasha ke Paperina dengan sarkastik.

Paperina tertawa kecil mendengar pertanyaan itu. "Mungkin juga. Kamu dengar, lagu untuk fase yang ini tentang manisnya sebuah hubungan sementara kamu dan Dinan sedang ada masalah. Atau mungkin... itu yang diharapkan Dinan pada kamu, tapi kamu nggak bisa melakukan itu ke dia?" Paperina kemudian mengangkat kedua bahunya seolah tidak tahu menahu. Semua hanya asumsinya saja.

Tunggu! Dari semua daftar kenapa isinya Dinan? Oh, tidak! Jangan-jangan Lasha hanya mengulang kesalahan yang sama tapi dengan orang yang berbeda?

Paperina kemudian berujar lagi, "Bisa jadi lagunya nggak nyambung dengan momen yang sekarang kamu alami, bisa jadi lagu tersebut jadi momen penting di kehidupanmu yang sebelumnya."

Lasha terdiam sejenak. Pikirannya jadi semrawut karena terlalu banyak kemungkinan. Tapi satu hal yang ia harus lakukan dalam waktu dekat adalah menyelesaikan semua ini dengan Dinan. Jangan sampai ia terjebak dalam siklus yang sama!

"Aku harus menyelesaikan ini dengan Dinan," ujarnya pada Paperina.

Paperina mengerutkan dahi dan menjawab pelan, "O... kee..."

"Kalau aku bilang orang tuaku melarang aku pacaran sama dia?"

Paperina nggak membalas pertanyaan Lasha dan malah melempar pertanyaan lain, "Kamu sendiri ada perasaan nggak sama dia?"

Lasha langsung terdiam. Apakah dia ada perasaan lebih dari sekedar nyaman? Dulu waktu dengan Raeshangga, yang namanya perasaan itu lebih kompleks untuk dijelaskan dengan kata-kata. Dengan Dinan, Lasha hanya tahu ia senang dan nyaman.

"Biasa aja," jawab Lasha datar.

Paperina menatap Lasha dengan iba. "Kalau perasaan dia ke kamu?"

Aduh... Paperina jadi bikin Lasha ragu! Rasanya Lasha kayak jadi orang jahat di sini! Ataukah memang ia yang jahat?

"Aku nggak tahu," jawab Lasha kemudian. Ia kemudian menambahkan catatan di diarinya:

Track 6: Dinan nggak diterima di keluarga (???). Harus lanjut atau nggak sama Dinan?

*****

Continue Reading

You'll Also Like

219K 42.7K 24
TELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghun...
886K 136K 132
8 Mahasiswa dan 8 Mahasiswi penuh drama yang kebetulan tinggal di kompleks kostan bernama, "Kost Boba" milik Haji Sueb. Moto Kost Boba Boy. "Aibmu ad...
1.9M 88.6K 23
Ajeng dan Gandi. Dua orang dengan sifat yang serupa tapi tak sama, bertemu di sebuah kota yang jauh dari tempat mereka dilahirkan di dunia. Ajeng ti...
1.6M 139K 23
[NOTE: Part masih lengkap kecuali epilog] Aku nggak mengerti bahwa sebuah kisah cinta bisa seperti ini. Sungguh, dulu aku hanya gadis polos yang tak...