A Little Pieces Of Heart - Wa...

By Sean_XZ

87.5K 10.4K 1.3K

[END] Wei WuXian tidak pernah menyangka akan diutus menjadi dewa penjaga untuk putri kecilnya. Namun tidak ad... More

Prolog: Once Upon A Time
I. Moonlight Drawn by Cloud
II. A Substitute For The Heart
III. The Tale of Yunmeng
IV. Shadow That Remain
V. Lessons For A Little Princess
VI. Being A Real Mother
VII. The Return Of The Owner's Heart
VIII. The Feeling That Missing
IX. A Plan To Unite Hearts
X. The Story Of Candy And Snowflake
XI. Our Wedding Story
XII. Words That Were Never Spoken
XIII. Go, Missing And Forgotten
XIV. Lotus Gift
XV. A Wish From Heart
Year By Year: Side Story

Epilog: A Little Pieces Of Heart

4.4K 469 56
By Sean_XZ

37 tahun telah berlalu saat Lan WeiLian membuka kedua kelopak mata mungilnya untuk yang pertama kali ke dunia.

Saat pertama kali dilahirkan, Lan WeiLian tidak pernah menangis kata sang ayah, Lan WangJi. Hal itu membuat sang ibu, Wei WuXian sangat tersentuh. Betapa kuatnya malaikat kecilnya itu walaupun sang ibu terbaring lemah di atas dipan selama mengandung 9 bulan dan harus berdampingan dengan kematian saat melahirkannya.

Lan WangJi tidak pernah kemanapun dan selalu menemani sang istri. Lelaki itu dengan tekun menyalurkan energi spiritualnya pada tubuh ringkih Wei WuXian sembari mengurus semua kebutuhan lelaki bergigi kelinci itu.

"Lan Zhan? Akan diberi nama apa malaikat kecil kita ini?" tanya Wei WuXian menatap Lan WangJi menunggu jawaban dengan seorang bayi perempuan mungil nan cantik di gendongannya.

Lan WangJi mengusap pipi pucat pasi sang istri lembut.

Bibirnya masih bisa tersenyum walaupun kedua mutiara hitamnya tidak bisa membohongi dirinya sendiri karena keduanya kini sudah mengkilap dan menyisakan riak bening di sudutnya, melukiskan luka dan jeritan rasa sakit karena melihat keadaan sang istri sekarang ini.

"Kau yang beri dia nama, karena aku sudah memberikan nama untuk A-Yuan dulu."

Wei WuXian tersenyum senang, "Ah benar, baiklah kalau begitu ... WeiLian, bagaimana?"

"WeiLian?" ulang Lan WangJi lirih.

Wei WuXian mengangguk pelan.

"Ya, WeiLian. Seorang putri dan cahaya terang yang berharga, cantik 'kan?"

Lan WangJi mengangguk setuju pada sang istri. Bulir air mata kini tak bisa dibendungnya lagi. Kebahagiaan bercampur haru dan rasa sakit dengan kemelut kekhawatiran menyelimuti hati Lan WangJi. Ia sangat takut ia tidak bisa bersama dengan sang istri sampai A-Lian tumbuh besar. Seolah sebuah firasat itu telah ada jauh sebelum anaknya lahir dan masih dalam kandungan sang istri.

Namun, Lan WangJi senantiasa berharap kebahagiaan akan ada untuk mereka kelak.

"Boleh aku menggendongnya?" tanya Lan WangJi membuat Wei WuXian terperangah.

Kenapa juga suaminya itu harus bertanya ketika anak di gendongannya itu adalah anak Lan WangJi juga. Tentu saja Lan WangJi tidak perlu lagi meminta ijin.

Wei WuXian tertawa pelan melihat tingkah sang suami yang sangat kaku itu.

"Kau mau menggendongnya? Kalau begitu gendonglah. Tidak perlu bertanya-gendong dia, A-Lian ayahmu gendong ya ...."

Lan WangJi meraih bayi mungil yang masih terdiam itu. Kemudian, dengan perlahan ia menimang lembut putrinya membuat Lan WeiLian di gendongannya tampak seperti sangat menikmati.

"WeiLian," lirih Lan WangJi terharu. Ia sangat bahagia. Sungguh.

"Lan Zhan," panggil Wei WuXian saat suaminya itu masih terpaku pada Lan WeiLian.

"Mn?" Lan WangJi menjawab Wei WuXian tapi wajah HanGuang-Jun itu tidak mau berpaling dari putrinya, membuat sang istri gemas sendiri.

"Sepertinya aku terlupakan ...."

"Apa? Tidak Wei Ying bukan begitu. Kau ingin sesuatu?" sahut HanGuang-Jun, buru-buru menoleh takut sang istri kecewa.

Tapi saat wajah itu menatap Wei WuXian, sang istri malah sudah tertawa lepas.

"Tidak ada. Yang aku inginkan saat ini hanya kau di sampingku, sudah cukup."

•••

Lan WeiLian yang baru saja kembali dari pasar di kota langsung bergegas menengok si kembar yang ia titipkan pada sang ayah.

Saat sampai dan melihat sang ayah masih terduduk di bawah pohon dengan si kembar yang berguling-guling di rerumputan bersama puluhan kelinci ayahnya itu membuat Lan WeiLian menggeleng tidak percaya.

"Diē kan A Lian bilang untuk tidak melepas mereka bersama kelinci-kelinci Diē-astaga lihat Diē! Mereka-aiyaa badannya rumput semua!"

HanGuang-Jun itu menaruh kembali bukunya di samping tempat ia duduk lalu menatap putrinya seraya tersenyum ringan.

Entah kenapa setelah menjadi kakek, lelaki itu jadi lebih banyak tersenyum. Walaupun wajahnya sama saja dari dulu seperti tidak memiliki syaraf alias kaku tapi makin kesini Lan WangJi tampak akan menyaingi kakaknya dalam hal tersenyum.

Percayalah sedikit mengangkat bibir, Lan WangJi bisa menjadi sangat tampan apalagi jika wajah tampannya itu di tempeli dengan senyum cerah Lan XiChen. Ah! Lan WeiLian yakin ibu pasti akan pingsan setiap hari dan ia akan mengagumi patung es berjalan ini untuk seumur hidupnya.

"Kemari," lirih Lan WangJi kepada putrinya, membuat Lan WeiLian mengernyitkan dahi walau akhirnya berjalan mendekat juga.

"Apa?"

"Duduk," titah sang ayah menarik tangan Lan WeiLian tiba-tiba hingga sang putri terjatuh tepat di sampingnya.

"Ada apa?"

"Tidak ada."

Lan WangJi mengelus pelan surai hitam Lan WeiLian. Perempuan itu bertambah heran. Tidak biasanya ayahnya begini. Biasanya ia yang akan bermanja-manja dengan sang ayah dulu tapi karena sekarang ia sudah punya dua makhluk kecil yang memanggilnya ibu. Rasa malu mulai hinggap saat ia bergelayut pada sang ayah. Jadinya Lan WeiLian sudah meninggalkan kebiasaan lamanya itu.

"Apa JingYi mengganggumu lagi?" tanya Lan WangJi.

Lan WeiLian yang tadinya sedang mengawasi si kembar itu kemudian menoleh cepat.

"Tidak."

"Bagusla-"

"Tidak salah lagi! Pria itu tiap malam menggangguku. Semalam saja dia pulang basah kuyup. Sebenarnya kalian habis dari mana? Padahal di Yun Shen belum hujan kenapa dia bisa pulang dengan keadaan seperti itu? Seperti habis tercebur ke danau. Apa kalian berburu malam sambil berenang? Atau habis melawan ghoul air?"

"Tidak."

"Lalu kenapa basah begitu? Mana pulang langsung masuk kamar dan si kembar belum tidur alhasil dua bocah itu bajunya basah karena JingYi- langsung menggendong mereka. Cucianku tambah banyak-aiyaa! A-Lian tidak mau mencuci lagi! Dan sekarang ayah malah membuat mereka kotor lagiii!"

Lan WeiLian menghela napas berat. Lalu beralih menatap sang ayah yang terlihat kembali membuka bukunya. Wanita itu mengamati gerakan sang ayah yang mulai membaca lalu membalik halaman bukunya hingga matanya kemudian tertuju pada pembatas buku yang terlihat sangat.

"Ayah itu bunga apa?" tanya Lan WeiLian penasaran.

Sang ayah hanya melirik sekilas putrinya yang tampak tertarik dengan pembatas buku miliknya itu lalu berucap, "Peony Obat."

"Itu sudah lama? Tapi kenapa masih berwarna? Apa menaruh bunga di sela halaman buku bisa membuatnya tidak membusuk?"

Lan WangJi berdeham pelan, "Itu akan membuat warnanya bertahan sampai bertahun-tahun."

"Jadi ini sudah lama di sini? Eh, Sebentar ... sepertinya aku pernah lihat ayah punya banyak."

"Mn. Itu semua dari ibumu."

"Dari ibu? Ibu memberi ayah bunga? Sebentar apa tidak terbalik?"

Saat Lan WeiLian masih mencoba menunggu jawaban dari sang ayah tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Sayang! sedang apa-eh, Hanguang Jun ...." Lan JingYi yang baru datang langsung memberi hormat pada mertuanya diikuti Lan SiZhui yang berjalan sedikit di belakangnya.

"Yuan-? Kau sudah pulang? Kenapa cepat sekali sudah kembali? Apa Jin Ling- langsung mengusirmu saat kau sampai?"

Lan JingYi mendengus kesal karena ia juga sama-sama baru datang kenapa malah istrinya tidak menanyainya sama sekali seperti ia bukan suaminya. Sekarang lelaki itu mulai ragu dengan statusnya sendiri.

"Tidak. Dia tidak memperbolehkanku pulang dan malah akan mengurungku di JinlinTai tapi aku memaksa pergi akhirnya dia membiarkanku pulang"

Lan WeiLian dan Lan JingYi yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengarkan cerita Lan SiZhui dengan Pemimpin Sekte LanlingJin itu.

"A-Niang ... A-Diē ..." Sebuah suara kecil membuat orang-orang dewasa itu menunduk ke arah sumbernya.

Lan LiWei sudah berdiri di antara ayah dan ibunya sembari menarik-narik hanfu bawah keduanya.

"WeiWei ada apa? Dimana adikmu? Hua-ya ampun nak! Astaga Gēgē anakmu cepat ambil nanti dia mati!"

"Ya ampun, HuaHua kau kenapa bisa terkubur begitu!"

Lan JingYi dan Lan WeiLian sontak berlari ke arah Lan LianHua yang sudah terkubur di dalam tumpukan bola-bola berbulu putih di seberang.

Dengan cepat Lan JingYi mengangkat putrinya itu. Namun bukannya menangis, bocah perempuan itu malah tertawa geli.

"Hihihi HuaHua sedang sembunyi dari Wei Gēgē kenapa A-Diē gendong Huahua?"

Lan JingYi mendengus kesal, "Apa tidak pengap? Siapa yang menguburmu seperti itu? Nanti Huahua tidak bisa napas bagaimana?"

Lan WeiLian beralih pada putranya satu, "Weiwei kau mengubur adikmu?"

Lan LiWei mengangguk pelan dengan wajah polosnya. Sang ibu hampir membentak namun tidak jadi dan menghela napas panjang.

"Kenapa-"

"A-Niang Gēgē tidak mengubur HuaHua kok. HuaHua mengubur tubuh HuaHua sendiri.."

Kepala Lan WeiLian yang mulai pening itu kemudian beralih pada putranya lagi, "Kenapa WeiWei berbohong hmmn?"

Lan LiWei yang tanpa ekspresi dan wajah datar itu hanya mengerjap beberapa kali lalu menjawab, "Takut A-Niang memarahi HuaHua jadi WeiWei bohong ... A-Niang maaf."

Lihatlah bocah nakal imut ini astaga bahkan Lan WeiLian yang hampir membentak anak itu kini malah menatap menyerah.

"Ahh, Gēgē urus anakmu ini arghh aku lelah! Mandikan sekalian aku akan masak.. yang bersih!! Aiyaa kepalakuuu!"

"AKU TARUH BELANJAAN SEBENTAR!" lantang Lan JingYi bergegas.

Sementara itu, selagi keluarga kecil Lan WeiLian meributkan beberapa hal dan berlalu, Lan WangJi menatap putranya yang masih memandang adik dan adik ipar serta keponakannya dengan senyum.

"SiZhui," panggil Lan WangJi membuat Lan SiZhui sontak menoleh.

"Ya ayah. Ah, Maaf saya terlalu asik memperhatikan mereka."

Lan WangJi mengangguk kecil, "Mn. Kau membawanya?"

Lan SiZhui yang mengerti apa yang ayahnya tanyakan itu langsung mengeluarkan barang yang ia sembunyikan di kantung lengannya.

Sebuah botol arak putih pun tampak.

Lan SiZhui memberikan botol berisi Senyum Kaisar itu pada sang ayah. "Saya hanya beli satu. Karena tidak ada yang minum selain ibu ...."

Lan WangJi tersenyum sekilas dan berucap sebelum berlalu, "Kemari."

•••

Flashback

"Lan Zhan kau tahu apa hadiah terindah dalam hidupku? Ya benar, itu kau. Lan Zhan kau akan selalu jadi hadiah terindah untukku di setiap tahun. Jadi tetaplah di sisiku apapun yang terjadi ya?"

Di hidupnya, Wei WuXian merasa tidak pernah memberi hadiah apapun untuk Lan WangJi. Membuat Wei WuXian berpikir terkadang ia terlalu jahat. Saat Lan WangJi selalu memberikan apapun yang ia mau di hidupnya. Bahkan hidup Lan WangJi pun telah diberikan untuknya.

Hari itu setelah insiden di perpustakaan dan pesta arak yang membuat ia dan Lan WangJi berakhir di aula penghukuman dengan 50 pukulan lebih di punggungnya membuat Wei WuXian merasa ia harus melakukan sesuatu pada Lan WangJi.

Siang ini saat di temui di kolam air dingin Hanguang Jun itu masih tidak mau berbicara dengannya. Padahal ini hari terakhir Wei WuXian di Gusu. Karena setelah hukumannya selesai ia harus pulang ke Yunmeng dengan pamannya dan kedua saudara seperguruannya.

Wei WuXian berniat menemui Lan WangJi terlebih dahulu sebelum ia pulang tapi pemuda itu tidak ada dimanapun.

"Lan Zhan!" pekik Wei WuXian girang saat melihat tubuh kokoh berhanfu putih dari kejauhan sedang terduduk di bawah pohon rindang di belakang Yun Shen.

Dengan sedikit berlari, Wei WuXian menghampiri Lan WangJi yang terduduk tenang itu.

"Lan Zhan sedang apa?" tanya Wei WuXian penasaran namun Lan WangJi masih tidak membalasnya.

"Lan Zhan aku pulang hari ini kau tidak mau ikut ke Yunmeng?"

"Tidak," jawab Lan WangJi dingin membuat Wei Wuxian murung.

"Heeh-kenapa? Kau harus berkunjung. Aku akan menyambutmu dengan makanan lezat Yunmeng. Kau belum pernah makan masakan shijieku kan? Apalagi sup iga polong teratai shijie itu tidak ada tandingannya! Soalnya shijie biasanya memakai polong biji yang masih ada akar dan tangkainya. Polongnya manis dan itu sangat cocok dengan rasa supnya."

Lan WangJi terlihat tidak peduli dengan ocehan Wei WuXian. Ia masih terus melanjutkan meditasinya. Walaupun sebenarnya pria itu mendengarkan semuanya.

"Lan Zhan kau harus ke Yunmeng. Di sana juga bukan hanya makanannya yang terkenal enak tapi juga banyak gadis cantik, hihi. Kalau kau main nanti akan ku kenalkan pada gadis penjaga kedai di dekat pasar, dia sangat cantik percayalah. Di Gusu aku jamin belum ada yang secantik dia. Ya walaupun Yunmeng bukan tempatnya orang-orang tampan sepertimu tapi jangan meremehkan wanita Yunmeng. Mereka tidak kalah cantik dengan yang ada di Gusu."

Lan WangJi masih tidak bersuara tapi jemari tangannya sedikit bergerak mencengkram hanfu putih bersihnya tanpa sepengetahuan Wei WuXian.

"Lan Zhan kau masih tidak mau bicara padaku? Semarah itu ya? Baiklah terserah kau saja. Tapi aku tunggu kau di Yunmeng jadi kapan-kapan mainlah. Lebih cepat lebih baik ... bagaimana dengan lusa?" tanya Wei Wuxian tapi Lan WangJi masih tidak bergeming akhirnya lelaki itu hanya bisa menghela napas pelan.

"Lan Zhan lusa ya? Lan Zhan ishh! Ah, sudahlah kalau begitu. Lan Zhan aku pergi. Sampai nanti."

Wei WuXian bangkit dari duduknya lalu berjalan menjauh. Namun baru beberapa langkah ia kembali berbalik dan memandang Lan WangJi.

"Lan Zhan lusa ulang tahunku," lirihnya sebelum akhirnya tubuh Wei WuXian kembali melangkah meninggalkan Lan WangJi.

Sementara Lan WangJi yang samar mendengar perkataan Wei WuXian barusan itu kemudian membuka dua kelopak matanya. Kepalanya bergerak ke arah Wei WuXian yang sudah lenyap dari pandangannya. Matanya menatap sendu ke langit. Lalu tubuhnya beralih bangkit dan memilih pergi ke arah berlawanan.

Flashback End

•••

Lan WangJi berdiri tepat di hadapan pohon persik tempat ia terduduk tadi. Dengan perlahan lelaki itu menuangkan Senyum Kaisar ke sekeliling akar pohonnya.

Lan SiZhui hanya bisa menatap pilu sang ayah yang melakukan kegiatan ini setiap tahunnya.

"Kau ingin melakukankannya?" tanya Lan WangJi menawarkan botol putih yang isinya masih sisa setengah itu.

Lalu dengan senang hati Lan SiZhui menerimanya dan melakukan hal yang sama dengan yang ayahnya lakukan barusan.

Setelah habis tersiram seluruhnya, Lan SiZhui meletakkan botol putih kosong itu di atas tanah.

Sementara itu, Lan WangJi beralih mengusap pelan batang pohon tua yang sedang berbunga itu.

Tiba-tiba angin berembus membuat bunga merah muda-nya berguguran ke tanah.

Dengan senyum mengembang tipis di wajah lelaki sedingin es itu, Lan Wangji berucap lirih, "Selamat ulang tahun Istriku."

Lan SiZhui juga ikut berucap setelah sang ayah selesai, "Selamat ulang tahun Ibu ... kami menyayangimu."

•••

Lan WeiLian yang tidak benar-benar kembali ke dalam Yun Shen itu diam-diam menyandarkan punggung pada tembok tinggi pembatas bangunan ceruk awan dalam keadaan tertunduk dalam sembari memandang puncak kepala dua buah hati dalam dekapannya.

Seolah merasakan apa yang dirasakannya saat ini, Lan LiWei dan Lan LianHua hanya bisa membalas dengan pelukan erat di kedua kaki sang ibu.

Tetes demi tetes air mata mengiringi isakan lirih yang lolos perlahan dari bibir tipisnya. Lan WeiLian sontak mengusap kasar pipinya sendiri demi menghilangkan jejak pilunya yang tak ingin di lihat dua orang di belakang sana. Ia hanya tidak ingin mereka tahu kalau sebenarnya ia begitu lemah selama ini.

Di tengah hening, dedaunan sekitar mulai membuat suara gemerisik. Angin mengembuskan helai ranting bambu-bambu yang menjulang tinggi. Semakin lama semakin ribut sampai ikut melambaikan kain putih panjang yang di kenakan Lan WeiLian.

Denting gantungan giok hitam dan putih yang terikat di bagian pinggang hanfu-nya mengalihkan pandangan Lan WeiLian. Lalu seulas senyum tanpa sadar terukir di wajah pilunya seraya menggenggam erat benda berumbai merah dan biru di bawah sana dengan gemetar.

Ibu terima kasih sudah melahirkan A-Lian, membuat A-Lian bisa merasakan kesempatan melihat indahnya warna semesta, dan maaf ... maaf jika A-Lian tidak setangguh ibu yang mampu melewati pahit manis kehidupan yang dewa berikan pada A-Lian. Maaf jika suatu saat A-Lian tidak bisa berjuang seperti Ibu sampai akhir. Walaupun begitu, A-Lian amat bahagia bisa diberikan sedikit waktu untuk melihat ibu kembali ... A-Lian menyayanyi ibu. Selamat ulang tahun, ibu.

~•~

A/N: Sebuah untaian kecil untuk satu karakter yang membuat hariku penuh air mata lara tapi juga senyum bahagia tak pernah terlupa di akhir ceritanya.

Terima kasih banyak untuk Mo Xiang Tong Xiu selaku penulis Mo Dao Zu Shi.

Terima kasih semua yang telah mengikuti sampai sini^^

Have a nice day!

Last Edited, Oct 5th 21
-sella

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.4K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
221K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1M 83.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
379K 4.1K 83
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...