A Little Pieces Of Heart - Wa...

By Sean_XZ

87.5K 10.4K 1.3K

[END] Wei WuXian tidak pernah menyangka akan diutus menjadi dewa penjaga untuk putri kecilnya. Namun tidak ad... More

Prolog: Once Upon A Time
I. Moonlight Drawn by Cloud
II. A Substitute For The Heart
III. The Tale of Yunmeng
IV. Shadow That Remain
V. Lessons For A Little Princess
VI. Being A Real Mother
VII. The Return Of The Owner's Heart
VIII. The Feeling That Missing
IX. A Plan To Unite Hearts
X. The Story Of Candy And Snowflake
XI. Our Wedding Story
XII. Words That Were Never Spoken
XIII. Go, Missing And Forgotten
XIV. Lotus Gift
Epilog: A Little Pieces Of Heart
Year By Year: Side Story

XV. A Wish From Heart

4.2K 506 71
By Sean_XZ

Flashback

Malam sebelum hari ulang tahunnya esok, Lan Weilian terbangun dari tidurnya. Seperti biasa malam ini pintunya juga sudah terbuka setengah seperti malam-malam biasanya. Seekor kelinci abu-abu juga sudah terlelap nyenyak di samping gadis itu.

Kau lagi? Setidaknya berubahlah menjadi ibu! Jangan hanya terus masuk ke kamarku tengah malam begini!

Lan WeiLian membopong tubuh kelinci ke luar kamarnya. Gadis itu baru menyadari kalau malam ini di luar sedang turun salju. Padahal ia berniat mengembalikan kelincinya ke gunung belakang. Tapi karena hawa dingin yang menusuk dari kepingan salju yang mulai menutupi jalannya membuat Lan WeiLian mengurungkan niat.

"Besok ulang tahunku, aku tidak sabar menunggu. Hmm ... bagaimana kalau jangan tidur sampai fajar? Kau mau menemaniku?" tanyanya pada si kelinci. Tapi hanya hening yang ia dapat. Tentu saja si kelinci tidak akan menjawab seperti dulu.

Gadis itu melangkah pelan kembali ke dalam kamar dengan kelinci di gendongannya.

"A-Lian? Kau belum tidur?"

Lan WeiLian menoleh ke ambang pintu, menampakkan sang kakak yang sudah berdiri di sana dengan lentera yang menyala meremang.

"Kakak habis berkeliling? A-Lian tidak bisa tidur," ujarnya. Gadis itu meletakkan kelincinya di atas dipan lalu mendekat ke arah sang kakak.

"Ingin kakak temani?" Lan SiZhui mengusap puncak kepala adiknya pelan. Seutas senyum lembut mengembang di wajahnya.

"Tidak perlu. A-Lian juga sudah tidak mengantuk."

Lan WeiLian beralih menggapai pinggang sang kakak lalu memeluknya. Gadis itu menyenderkan kepalanya manja membuat sang kakak otomatis meraih pundak sang adik.

"Kalau begitu apa kau mau menemani kakak menerbangkan lampion?"

"Lampion? Tengah malam begini?"

Lan SiZhui melepaskan pelukannya pada sang adik kemudian meraih tangan dingin gadis itu.

"Ikut kakak."

###

Kakak beradik itu beralih menuju ke halaman utama. Terlihat beberapa murid muda dan Lan JingYi sedang merakit dan membenarkan beberapa lampion yang akan di terbangkan.

Lentera kertas berwarna putih itu tampak polos belum ditulis atau digambar apapun, membuat Lan WeiLian mengernyit bingung.

"Kakak kenapa lampionnya banyak sekali dan semuanya masih belum di lukis?"

Lan SiZhui tampak menggeser beberapa tumpukan lampion di atas tanah dan mengambil salah satu lampion yang berada di bawah tumpukan lampion yang lainnya.

"Yang ini tidak. Ini milikmu."

Lan Weilian meraih lampion dari tangan sang kakak lalu mengamatinya. Lampion yang satu ini sudah dilukis gambar kelinci yang terduduk di atas daun teratai.

"Woahhh, kakak yang menggambarnya?"

"Mn. Kau menyukainya?"

"Ya A-Lian suka. Ini indah—ayo terbangkan!"

Lan JingYi yang berada sedikit jauh dari keduanya itu kemudian mendekat membawa beberapa lembar lampion yang sudah di lukis oleh beberapa murid dan dirinya.

"Aku sudah selesai. Apa yang polos akan diterbangkan sekalian SiZhui?" tanya Jingyi

"Mn. Terbangkan saja semuanya."

Lan JingYi mengangguk pelan lalu beralih menyalakan semua lampionnya. Sementara Lan SiZhui membantu Lan WeiLian menyalakan lampion milik gadis itu.

Setelah kobaran api menyala di dalam lentera kertas putih itu dan siap diterbangkan, Lan SiZhui sempat menatap sang adik sekilas laku berujar, "Buatlah permintaan."

Lan WeiLian yang sebelumnya belum pernah mengikuti acara penerbangan lampion seperti ini menatap bingung ke arah sang kakak.

"Memangnya harus?"

"Ucapkan saja ... dewa akan mendengarnya, apapun itu."

"Kakak juga minta?"

"Tentu saja. Kakak selalu minta, tidak hanya saat menerbangkan lampion—"

"Kalau itu sih A Lian juga."

Lan JingYi di sisi lain tampak sudah kesal karena kedua orang itu malah mengobrol.

"Kalian akan menerbangkannya atau tidak? Nanti kalau terlalu lama, kertasnya akan terbakar."

Lan WeiLian, "Jingyi- berisik! Ini juga mau diterbangkan, dasar cerewet! Kakak ayo."

Lan SiZhui mengangguk pada sang adik, kemudian keduanya melepaskan genggaman mereka membiarkan lentera kertas itu melayang, melambung jauh di udara melawan kepingan ringan salju yang turun.

Kakak beradik itu berlanjut memejamkan mata mereka dan menggenggam tangan masing-masing di depan wajah yang sedikit menunduk untuk mengucapkan permintaan.

Lan SiZhui membatin dalam hati kecilnya. Dewa berilah keluarga kami kebahagiaan dan ... kembalikan ibu kami.

Sedangkan Lan WeiLian mulai membuka mulutnya dan berseru lantang, "Dewa yang kejam tolong kembalikan ibuku!!! Aku mohon ... buat dia kembali."

Beberapa murid muda sudah menatap seruan Lan WeiLian tanpa bisa berkata-kata sedangkan Lan JingYi hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

Lan SiZhui yang sudah membuka matanya itu langsung beralih pada sang adik. Manik mata Tuan Muda Lan itu menatap penuh kesedihan sementara sudut matanya sudah berair.

Lan WeiLian membuka matanya setelah selesai dengan makiannya pada dewa. Gadis itu malah tertawa geli, tapi kedua kepingan matanya tidak bisa berbohong pada sang kakak kalau kenyataannya ia juga sama dengan Lan SiZhui.

"Hehehe, apa suaraku terlalu keras tadi?"

Lan SiZhui tertawa ringan setelah mengusap sudut matanya perlahan. "Tidak. Itu tidak terdengar buruk."

Keduanya berakhir tertawa bersama di tengah hujan salju dengan lautan lampion indah yang menyala di langit. Menggantikan terangnya lautan bintang di atas Yun Shen Bu Zhi Chu yang tadinya gelap dan dingin itu.

Dari atas salah satu atap bangunan Yun Shen Lan WangJi yang kembali pada kebiasaan lamanya memainkan guqin di tengah malam itu menatap ke arah putra putrinya. Kemudian dengan wajah menengadah ke langit, mutiara hitam Lan Wangji perlahan terpejam. Beberapa kepingan salju menyapu wajah seputih gioknya dan suara yang hampir tidak terdengar lelaki itu berucap, "Dewa ... kembalikan Wei Ying pada kami."

Flashback End

•••

Rintik hujan turun di pagi hari menjelang siang. Cahaya sang surya meredup diikuti dengan gemuruh samar dari langit membuat Yun Shen BuZhi Chu kelabu. Semakin lama hujannya semakin melebat, membuat beberapa kegiatan terhenti. Sementara 3 orang di depan gerbang itu masih setia memeluk satu sama lain.

Lan WeiLian sudah terisak bersama Lan SiZhui di pelukan sang ibu sementara Lan WangJi masih berdiri dengan merentangkan lengan bajunya untuk menutupi ketiga orang di depannya itu dari air hujan yang semakin deras turun.

"A-Lian merindukan ibu hiks, kenapa—kenapa waktu itu ibu menghilang dan meninggalkan A-Lian sendirian ... kenapa?"

Wei WuXian yang masih memeluk erat melepas rindu itu mengecup puncak kepala Lan WeiLian singkat.

"Maafkan ibu, A-Lian—maafkan ...."

"Wei Ying, WeiLian, SiZhui. Hujannya semakin lebat. Masuk ke dalam."

Lan WangJi tiba-tiba bersuara pria yang sudah basah kuyup itu tidak memperdulikan dirinya sama sekali. Ia hanya tidak ingin ketiga orang itu terkena air hujan dan berujung demam.

Jiang Cheng dan Lan XiChen di belakang sana sudah saling melindungi diri satu sama lain sementara Jin Ling dan Lan JingYi entah sudah pergi kemana untuk berteduh.

"Wei WuXian? Apa itu kau? Kau kembali?!!! Setelah sepuluh tahun hah?! Kenapa tidak menghilang saja untuk selamanya?!!! Kenapa harus kembali?!!!" teriak Jiang Cheng memaki dan hanya di balas tatapan tajam oleh Lan WangJi.

Wei WuXian terkikik pelan. Lelaki itu bangkit bersamaan dengan kedua putra putrinya yang tidak mau lepas dari tubuhnya. Ia berjalan masuk melewati gerbang sampai di hadapan Jiang Cheng dan Lan XiChen dengan sang suami yang masih setia memayungi ketiga tubuh itu.

"Lan Zongzhu, ZeWu-Jun. Maaf telah membuat keributan di Yun Shen—"

"Senang bisa melihat Wei Gongzi kembali. Selamat datang kembali di rumah, Wei Gongzi. Yun Shen akan selalu menjadi rumah untukmu sampai kapanpun. Tolong jangan pergi lagi kali ini. WangJi dan keponakanku sangat menderita dalam sepuluh tahun terakhir ini. Karenanya ku mohon tetaplah tinggal bersama kami ...."Lan XiChen berucap sangat pelan dengan senyuman yang seperti biasanya. Sembari menepuk pundak adik iparnya itu, Lan XiChen kembali berujar, "Kami semua menyayangi Wei Gongzi jadi apapun yang terjadi pada Wei Gongzi juga akan menjadi pikiran untuk kami dan membuat kami semua khawatir."

Wei WuXian yang sudah tersenyum tanpa beban itu lantas menjawab, "Terima kasih atas kemurahan hati ZeWu-Jun."

Lan WeiLian yang tadi mendengar teriakan paman galaknya langsung menatap sang paman dengan kilatan amarah berkobar di matanya. "Kenapa paman galak berkata seperti itu tadi?!!! Kenapa menyuruh ibu menghilang lagi?!!! Hiks, ibu paman galak jahat pada ibu lihat!"

Lan XiChen tertawa gemas lalu lelaki itu kemudian mengusap pipi Lan WeiLian pelan.

"Maafkan istriku ya A-Lian, dia tidak benar-benar serius dengan ucapan—"

"Tunggu! A-apa?! Istri?! Kapan kalian menikah?!!!" pekik Wei Wuxian kaget.

•••

Ketiga orang tadi sekarang ada di dalam Jingshi dengan Lan WangJi—Lan WeiLian, Lan SiZhui dan Wei WuXian. Ketiga orang itu masih dalam keadaan berpelukan dari depan gerbang hingga tiba kemari.

"A-Lian, A-Yuan, bersihkan dulu badan kalian. Pakaian kalian basah di belakangnya nanti kalian demam. Ayo bangun," titah Wei Wuxian yang terduduk di dipan dengan putra-putrinya.

"Tidak mau! A-Lian masih ingin memeluk ibu. Nanti kalau ibu tiba-tiba hilang lagi bagaimana?"

"Tidak akan. Ibu tidak akan pergi lagi. Sungguh! Apa perlu ibu bersumpah di depanmu sekarang, hmm?"

Lan SiZhui akhirnya melepaskan pelukannya pada Wei WuXian setelah perkataan lelaki itu. Walaupun sedikit ragu tapi mendengar ucapan ibunya barusan membuat hati Lan SiZhui jadi sedikit melega. Sang kakak lalu merengkuh pundak sang adik untuk berdiri tapi tangan Lan WeiLian masih tidak mau lepas dari pinggang Wei WuXian, membuat sang ibu tertawa renyah kemudian.

"A-Lian, ibu dan ayah pasti ingin bicara berdua. Kita mandi dulu baru kemari lagi."

Lan WeiLian sudah merengut kesal, "Kakak~!" rengek gadis itu.

Akhirnya Lan WangJi pun harus bertindak mau tidak mau.

"WeiLian," panggil sang ayah lirih dan anehnya dengan cepat gadis itu langsung berdiri.

Lan WeiLian memang tidak berani kalau sang ayah sudah memanggilnya dengan datar dan suara yang paling rendah yang lelaki itu bisa.

"Iya ini sudah lepas. A-Lian pergi dulu, ayo kakak—eh Ibu jangan ke mana-mana ya! Kalau sampai A-Lian kesini lagi ibu tidak ada jangan harap A-Lian mau memaafkan ibu—"

"Iya tidak, Ibu tidak akan ke mana pun."

Kakak beradik itu akhirnya berlalu pergi setelah menutup daun Jingshi rapat. Tersisa dua orang di dalam kamar yang saling menatap canggung. Wei WuXian bingung harus mulai dari mana. Kemudian, daripada salah bicara ia memungut kain handuk di atas dipan yang di keluarkan Lan WangJi tadi untuk mengeringkan rambutnya yang sebenarnya tidak terlalu basah tadi.

Lelaki itu beralih menatap sang suami, "Kemari." Wei WuXiaan menarik lengan Lan WangJi yang terasa dingin itu lalu mendudukkan tubuhnya di atas dipan. Dengan perlahan ia meraih ujung pita dahi milik suaminya itu lalu beralih ke bagian simpulnya untuk di lepas dengan ditarik perlahan. Wei WuXian juga melepas ikat rambut Lan WangJi membuat rambutnya yang basah sempurna itu kini tergerai dan dapat dengan mudah ia keringkan.

Satu usapan lembut kain handuk di tangan Wei WuXian menyapu helaian rambut yang basah itu.Ia dengan telaten mengeringkan rambut Lan WangJi hingga setengah kering.

Sebuah senyuman terulas di bibirnya karena merasa puas dengan pekerjaannya saat ini.

Setelahnya, Wei WuXian beralih mengusap lembut wajah Lan WangJi. Ia berniat mengganti pakaian sang suami juga tapi saat matanya terjatuh pada bibir suaminya itu, Wei Wuxian mendadak terhenti. Dengan tanpa aba-aba ia menangkup wajah Lan WangJi dan melumat bibir itu lembut.

Betapa merindunya ia pada Lan WangJi hingga tidak sadar sebuah bulir air mata sudah meluncur turun.

Sedari tadi Lan WangJi belum mengatakan apapun sampai saat sang istri menciumnya barulah wajah seputih giok itu bereaksi. Semburat pilu rindu tampak pada wajahnya sama seperti sang istri.

Bertahun-tahun ia berharap keajaiban itu datang dan hari ini harapannya itu terkabul hingga hati Lan WangJi tidak menginginkan apapun lagi. Semua momen yang tercipta dari rasa sakit itu kini berbuah manis. Kenangan bersama Wei WuXian tidak akan pernah berhenti berputar di pikiran Lan WangJi.

Semua luka di tubuhnya dulu, bahkan tidak ada apa-apanya dengan luka hatinya beberapa tahun ini. Rasa sakitnya sungguh bisa benar-benar membunuh Lan WangJi jika lelaki itu tidak mempercayai rasanya sendiri pada Wei WuXian.

Dan sekarang, walaupun ia tidak memiliki keinginan apapun lagi setelah mengucapkan harapannya untuk membuat Wei WuXian kembali, ia tidak akan pernah berhenti berdoa dan memohon pada Dewa untuk Wei WuXian dan keluarga kecilnya.

Ya, hanya untuk mereka Lan WangJi bisa bertahan sampai saat ini. Hanya karena mereka ada bersamanya, hati Lan WangJi bisa utuh kembali saat sebelumnya terkikis semesta dalam perjalanan mengejamkan hidupnya dan Wei WuXian.

Tanpa sadar, Lan WangJi menekan ciuman mereka yang masih berlangsung itu, menyesap bibir sang istri kuat. Ciumannya mulai berubah ke arah menuntut membuat pasokan oksigen di antara keduanya semakin menipis.

"Eunghhh ...." Lenguhan kecil itu lolos begitu saja membuat Lan WangJi mengerti lalu melepas tautannya cepat dan mendapati wajah sang istri yang memerah padam karenanya.

Napas Wei WuXian masih memburu tapi setelah menghirup udara beberapa kali wajah itu kembali berseri.

Lan WangJi dengan cepat mendorong tubuh istrinya itu hingga terbaring dan membentur keras dipan.

Dengan pakaiannya yang masih setengah basah Lan WangJi mulai bergerak melepas hanfu hitam yang di kenakan sang istri hingga terpampang dada putihnya.

Wei Wuxian yang sudah tidak berdaya di bawah sana itu hanya bisa mengelus lembut pipi Lan WangJi, membuat sang suami menangkup tangannya dan menciumnya lembut.

"Kau merindukanku?"

"Jangan tanya."

"Kau pasti membenciku 'kan?"

"Tidak pernah."

"Lalu kenapa tidak mengatakan apapun?"

Tiba-tiba Lan WangJi terdiam. Hening sesaat hingga lelaki itu mengecup pelan bibir Wei WuXian dan menjawab, "Semuanya sudah dikatakan. Semuanya. Tapi akan kukatakan lagi jika kau memintanya ...."

Lan WangJi benar, semuanya telah ia katakan untuk Wei WuxlXian tidak ada yang terlewat.

Lelaki itu kemudian tersenyum pada Lan WangJi. "Kalau begitu biar aku yang mengatakannya. Lan Zhan, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Wei Ying."

Wei WuXian tertawa ringan lalu dengan senyum mengembang indah di wajah cantiknya, lelaki itu melanjutkan, "Dengan seluruh hidupku ...."

Mutiara hitam Lan WangJi terkunci pada milik sang istri.

Dengan perasaan bahagianya, kemudian lelaki itu tersenyum dan berdeham pelan. "Mn. Dengan seluruh hidupku."

Keduanya memeluk satu sama lain setelahnya, menyalurkan kahangatan hingga membuat luka keduanya tertutup rasa untuk satu sama lain. Semesta saat ini memilih untuk tidak mengganggu keduanya.

Ya. Hanya untuk saat ini, karena parjalanan keduanya masih sangat panjang.

Romansa keduanya tidak akan terhenti sampai di sini. Kebahagian cerita mereka akan terus berlanjut. Tapi satu hal yang pasti, sepasang mutiara keemasan milik Lan WangJi itu tidak akan pernah berpaling sekalipun sang istri harus menghilang lagi, dan lagi. Keduanya meyakini perasaan mereka terhadap masing-masing. Bahwa sanya, perasaan keduanya tidak bisa berubah hanya karena sebuah kematian. Setidaknya tidak untuk mereka. Karena itu, tidak berlaku untuk Lan WangJi dan Wei WuXian.

2 nama yang harus diletakkan berjejer bersama itu akan menjadi cerita panjang bagi Lan WeiLian dan anak cucunya di hidup gadis itu—suatu saat nanti.

Continue Reading

You'll Also Like

286K 34.4K 53
True Love S2💕 Kisah perjuangan menaklukan Jiang Cheng dan Wei Wuxian yang penuh drama berakhir. Kisah ini akan terus berlanjut.. Bagaimana perjuanga...
11.5K 1.6K 12
(name) adalah seorang wibu nolep yang suka konser dadakan di kamar mandi, (maklum lah soalnya gak punya tiket buat konser). suatu hari ia habis membe...
449K 45.5K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
4.1K 484 6
Cerita tentang seorang beta bernama Nunew yang bekerja sebagai Butler untuk sebuah keluarga terpandang angkatan udara. ia ditugaskan untuk melayani d...