GULFI - MEWGULF

By olivexre

30.7K 3.8K 270

[TAMAT] ✓ WARNING! BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW AKUNKU DULU BARU BISA BACA LENGKAP! APA JADINYA JIKA SEORA... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Epilog

Chapter 3

1.4K 190 30
By olivexre


Meninggalkan Mew dengan keadaan seperti itu membuat Gulf senang. Dia tidak peduli apakah perbuatannya barusan akan menambah poin catatan kriminalnya atau tidak. Dia tidak akan keluar dari sekolah ini, meskipun poin kriminal dirinya sudah mencapai batasnya. Setidaknya itulah yang dia pikirkan.

"Huhh... Aku butuh istirahat sekarang juga. Sekolah di sini sudah cukup melelahkan dan kali ini aku bertemu orang aneh."

Gulf merebahkan tubuhnya saat ia sudah sampai di kamar asramanya. Gulf memandangi atap kamarnya dengan tatapan kosong.

Gulf sekamar dengan seorang teman yang sudah ia kenal sejak baru pindah ke sekolah ini. Namanya Sean. Si laki-laki berambut pirang dan terlihat modis. Sean adalah sahabat Gulf saat ini karena mereka memang dekat satu sama lain.

"Lebih baik aku tidur sekarang," ucapnya mengambil posisi. Gulf menidurkan dirinya tanpa melepaskan seragam maupun kaos kaki yang tengah ia pakai. Gulf tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini adalah tidur dan tidak memikirkan apa-apa.

Tak terasa waktu sudah berjalan selama berjam-jam. Sang empu masih nyenyak dalam tidurnya tanpa berniat bangun. Sudah saatnya makan malam, namun ia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Lampu yang menerangi kamar Gulf dan Sean tiba-tiba hidup dan hal itu membuat Gulf menutup wajahnya dengan bantal agar cahaya lampu tersebut tidak mengganggu tidurnya.

"Bolos lagi? Bangun pemalas. Saatnya makan malam. Memangnya kau tidak lapar, huh?" Sean meletakkan tas miliknya ke atas ranjang. Sean membuka seragam yang ia pakai lalu berganti pakaian bebas. Warna tubuh Sean yang kecoklatan membuat siapa saja yang melihat akan takjub dengan tubuh atletisnya.

"Berisik," gumam Gulf setengah sadar. Gulf mengambil bantal miliknya lalu ia lemparkan pada Sean.

"Terserah kau saja lah. Tidurlah sepuasmu dan jangan lupa untuk bangun. Aku pikir kau sedang latihan jadi mayat." Sean meraih gitar bertuliskan SeanTorrie yang Gulf tau adalah pemberian pacarnya.

Sean sudah siap dengan setelan kaos beserta kalung yang melingkar di lehernya, tak lupa ia memakai jam pemberian pacarnya dan siap untuk berangkat.

Sean memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai musisi di salah satu bar dekat asramanya. Sean memang pandai dalam urusan musik, namun bodoh saat di dalam kelas. Berbeda dengan Gulf, Gulf sangat pandai di kelas dan karena itulah ia bisa mendapatkan beasiswa tersebut.

"Aku pergi bekerja dulu, Gulf! Kuharap kau tidak merindukanku. Oh iya, aku tidak membeli makanan untukmu. Jadi kau beli saja sendiri. Aku sibuk," titah Sean pada Gulf.

Gulf yang tadinya bermalas-malasan kini membangkitkan tubuhnya tepat setelah Sean berkata hal itu.

Biasanya, mereka berdua bergantian untuk membeli makanan setiap harinya. Dan hari ini adalah jadwalnya Sean untuk membeli makanan.

"Oi Sean. Belikan aku makan! Aku malas," teriak Gulf saat Sean sudah di ambang pintu. Namun sayang, Sean sudah berlari sebelum mendapat caci maki dari temannya itu.

"Huhhhh." Gulf mengacak-acak rambutnya kesal. Dia sangat malas untuk keluar asrama sekarang, apalagi hanya untuk membeli makanan. Dia terlalu malas.

"Dasar brengsek," umpatnya pada Sean. Gulf adalah seorang yang bermulut kotor, ia selalu mengumpat saat suasana hatinya sedang kacau. Dan Gulf bukan tipe orang yang dapat mengontrol mood nya sendiri.

"Kalau seperti ini, terpaksa aku harus pergi untuk mengisi perutku."

Gulf membangkitkan tubuhnya tanpa merapikan ranjang yang baru saja ia tiduri. Ia melepaskan pakaian yang semula menutupi seluruh bagian tubuhya lalu mengambil pakaian bebas pada walk in closet di sana. Gulf memiliki tubuh kurus serta berkulit putih. Tingginya yang mencapai 170cm dengan bobot 56kg membuat tubuhnya terlihat proposional.

Setelah siap dengan setelan kaos, Gulf membuka pintu asramanya dan segera keluar dari sana. Hal pertama dilihatnya adalah David yang tengah membawa buku catatan. David adalah ketua osis.

"Kau mau ke mana?" David berjalan mendekati Gulf dengan tatapan datar.

"Memangnya aku harus lapor padamu, huh?"

"Aku bertanya padamu dan kau harus menjawabku!"

Gulf mengeratkan kedua telapak tangannya menjadi sebuah kepalan tangan. Kedua alis Gulf bahkan hampir bertemu satu sama lain, sorot matanya tajam menatap David.

"Minggir kau orang gila!" Gulf mendorong bahu David agar tidak menghalangi jalannya.

David tersentak dan segera membenarkan posisi tubuhnya seperti semula.

"Hey, mau ke mana kau. Jangan membuat masalah lagi atau ku adukan hal ini pada Miss Brenda. Kau dengar aku?"

Gulf merasa terpojokkan di sekolahnya sendiri. Bahkan saat ia ingin keluar membeli makan pun, ia merasa seperti tahanan. Ia benar-benar muak. Muak semuak-muaknya.

Gulf telah sampai di tempat ia ingin mengisi perutnya dengan makanan. Jarak tempat ia makan tidak jauh dari asramanya sehingga ia tidak perlu capai-capai untuk kembali ke asrama.

"Hey, what's up, buddy? Kau terlihat tegang," seorang pria yang bernama Russel masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai pramusaji.

Dia melihat ekspresi wajah yang tak biasa dari pelanggannya itu. Ekspresi penuh amarah. Biasanya ia tidak semarah ini sebelumnya, namun kali ia sangat kesal. Russel bingung

"Tidak," jawab Gulf cepat. Dan Russel mengiyakan ucapan Gulf walau ia tau bahwa Gulf sedang berbohong.

"Ah, baiklah kalau seperti itu. Seperti biasa, boy?" tanya Russel memastikan apa yang akan dipesan Gulf untuk makan malam.

"Tidak. Aku ingin yang lebih kuat dari sebelumnya," titah Gulf cepat. Dan lagi-lagi Russel mengiyakan ucapan Gulf.

"Tidak biasanya kau seperti ini, Gulf, tapi terserahlah. Asalkan kau membayar."

Russel segera menyiapkan nasi babi goreng dan minuman beralkhohol untuk Gulf. Itu adalah menu kesukaan Gulf selama makan di sana.

Gulf segera mencari tempat untuk ia duduki. Gulf mendudukkan bokong indahnya pada salah satu tempat di sana dan menunggu datangnya makanan yang ia pesan tadi.

Sambil menunggu pesanannya tiba, Gulf mengetuk-ngetuk meja tempat ia duduk dan bergumam sendiri. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

"Oh, si kasar. Suatu kebetulan kita bisa bertemu lagi di sini." Samar-samar Gulf mendengar seseorang berbicara padanya.

Ia menolehkan kepalanya dan mendapati seorang laki-laki yang ia temui di kantin sekolah sore tadi.

"Kau?" ucap Gulf tak percaya.

Mew tidak datang sendirian. Dia ditemani seseorang Gulf kenal, yakni Sean dan beberapa teman lainnya.

"Sean?"

"Gulfi?" ucap mereka secara bergantian.

"Tapi bukannya kau manggung di bar lain dan bukan di sini?" tanya Gulf tak memperdulikan keberadaan Mew. Gulf terlalu sibuk dengan Sean.

"Ahh, itu. Di tempatku sebelumnya sudah cukup ramai. Jadi, mereka tidak perlu bandku untuk meramaikan bar mereka lagi," jelas Sean pada Gulf. Sedangkan Mew hanya berekspresi datar karena merasa diacuhkan.

"Cih. Kacang lupa kulitnya. Mereka benar-benar sialan kau tau?" umpat Gulf untuk kesekian kalinya.

Mew, Sean, Bill, dan Steven mengambil tempat di meja Gulf tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Karena setau mereka, Gulf adalah teman Sean.

"Ya itu sih terserah mereka mau melakukan apa. Aku hanya bisa menuruti perintahnya. Hanya itu kan yang bisa kulakukan?"

"Jika aku jadi kau, aku pasti akan menampar wajahnya bolak-balik sebelum meninggalkan bar itu."

"Kau selalu emosian, Gulf."

"Dan kau tau itu, kan?"

"Ah iya-iya. Lupakan soal itu, aku datang ke sini untuk mendapatkan kontrak dengan managernya. Lalu, kau sendiri?"

"Aku ke sini karena kau tidak membelikanku makan, bodoh! Hari ini kan jadwalmu untuk membeli makanan."

"Ah, soal itu aku minta maaf. Aku terlalu sibuk mengurusi bandku tadi. Tapi sebagai gantinya, aku yang akan mentraktirmu makan. Bagaimana?"

"Yaya terserah kau saja, Tuan Sok Sibuk!"

"Biar ku perkenalkan kau dengan teman-temanku. Laki-laki yang berambut pirang itu namanya Steven, dia adalah seorang drummer. Lalu orang yang berpakaian rapi itu namanya Bill, dia adalah bassis di band kami. Dan yang terakhir—" Sean menghentikan ucapannya saat Mew mengisyaratkan dia untuk diam.

"Biar aku sendiri yang memperkenalkan diri. Aku Mew. Kau bisa memanggilku apa saja yang kau mau, aku tidak keberatan. Dan aku adalah vokalis dalam band ini. Jadi, jika kau ingin aku bernyanyi untukmu katakan saja. Jangan malu-malu," ucap Mew dengan tingkat kepercayaan diri yang luar biasa.

Gulf memicingkan kedua matanya melihat pria yang bernama Mew sangat sombong terhadap dirinya.

"Cih. Mimpi. Bahkan aku tidak mau mendengarmu bernyanyi," jelas Gulf cepat dan kata-kata Gulf mampu merobohkan kepercayaan diri Mew.

"Kau jahat," gumam Mew.

"Aku tidak tau kalau kalian berdua saling kenal." Kali ini Bill yang berbicara karena semenjak tadi ia dan Steven hanya menyimak pembicaraan ini.

"Memang tidak."

"Ya," ucap Mew dan Gulf bersamaan. Dan hal itu membuat Sean merasa aneh.

"Jadi, iya atau tidak?"

"Tidak."

"Ya," ucap mereka secara bersamaan lagi.

"Terserah kalian saja lah. Ah, sudah waktunya. Come on, boys. Saatnya beraksi."  Sean melihat jam tangan yang melingkar di tangan sebelah kirinya dan dia sadar bahwa sudah saatnya untuk tampil.

"Semoga manager bar tersebut mau memberikan kontraknya pada Sean Band's," batin Sean dalam hati.

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 1.1K 5
ALWAYS MEWGULF ☀️🌻 {5 Oktober 2020} ______________________________________________ I WRITE THIS STORY FOR CELEBRATE MY BIRTHDAY WITH YOU GUYS:3
19.4K 2K 8
#lgbt #mewgulf "Asal phi tau, Gulf belum pernah sebegitu menginginkan sesuatu seperti Gulf menginginkan phi" Mew percaya itu. Karena ia yang menyaks...
5.5M 291K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.3M 64.9K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...