A Little Pieces Of Heart - Wa...

By Sean_XZ

87.6K 10.4K 1.3K

[END] Wei WuXian tidak pernah menyangka akan diutus menjadi dewa penjaga untuk putri kecilnya. Namun tidak ad... More

Prolog: Once Upon A Time
I. Moonlight Drawn by Cloud
II. A Substitute For The Heart
III. The Tale of Yunmeng
IV. Shadow That Remain
V. Lessons For A Little Princess
VI. Being A Real Mother
VII. The Return Of The Owner's Heart
VIII. The Feeling That Missing
IX. A Plan To Unite Hearts
X. The Story Of Candy And Snowflake
XI. Our Wedding Story
XII. Words That Were Never Spoken
XIII. Go, Missing And Forgotten
XV. A Wish From Heart
Epilog: A Little Pieces Of Heart
Year By Year: Side Story

XIV. Lotus Gift

3.9K 546 60
By Sean_XZ

Musim dingin berlanjut membuat akhir tahun ini lengkap seperti biasanya. Yun Shen BuZhi Chu juga terselimuti salju, membuat hawa dingin ceruk awan di atas gunung itu semakin menjadi. Pohon-pohon hanya menampakkan rantingnya. Gunung belakang Yun Shen berubah menjadi seperti gunung es kutub. Semuanya membeku kecuali mata air di kolam air dingin. Beberapa hewan sudah hibernasi termasuk semua kelinci HanGuang-Jun yang sudah kembali ke sarang mereka di dalam tanah.

Waktu berlalu begitu cepat. Satu hari sekarang terlewat seperti angin lalu yang berhembus hanya menyapa. Satu tahun seperti satu bulan dan satu bulan seperti satu minggu. Banyak waktu yang terbuang tapu sedikit kenangan yang tercipta.

2 minggu Wei WuXian telah berlalu begitu saja tanpa dirinya di Yun Shen atau pun LianHua Wu.

Tidak.

Tidak di dunia.

Wei WuXian tidak pernah kembali setelahnya.

Entah apa pengecualian yang harus dibuat untuk membuat lelaki itu tetap tinggal. Tapi pada akhirnya, semuanya tetap sama. Semua orang akhirnya perlahan lupa. Ingatan tentangnya perlahan memudar.

Namun, semua itu tidak berlaku bagi Lan WangJi, Lan SiZhui dan Lan WeiLian. Ketiganya masih percaya bahwa mungkin suatu saat nanti sang ibu akan benar-benar kembali dan muncul tiba-tiba di hadapan mereka dengan senyum manisnya.

Siapa yang tahu.

Bahkan jika langit dan bumi tidak menyetujuinya, tapi seorang Wei WuXian tidak termasuk dalam kelompok kata yang tidak mungkin itu.

•••

10 tahun kemudian ....

Seorang gadis cantik dengan hanfu putih bercorak awan berwarna biru yang mengelilingi kain bawahnya tampak memasuki halaman depan Yun Shen BuZhi Chu. Pita merah mengikat indah rambut panjang gadis itu dan tampak melambai sesekali saat dirinya berlari dengan melompat-lompat riang hingga depan Jingshi dengan ember berisikan ikan hidup yang ia tangkap dari sungai di gunung belakang.

Sebuah senyum manis terulas indah di wajah cantik seputih giok yang mirip sang ayah itu.

Lan Weilian menaruh embernya di samping pintu Jingshi lalu berlari setelahnya ke arah sang ayah yang sedang terduduk di mejanya dengan sebuah kuas pena dan lembar kertas yang masih kosong setengah.

Melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba itu membuat Lan WangJi sudah meletakkan kuas penanya cepat karena jika tidak maka pena itu sudah tercoret sembarang akibat ulah sang putri yang langsung memeluk tubuh Lan WangJi dan mengecupi pipi putih sang ayah gemas.

"Ayah! Kenapa diam saja!!!" pekik Lan WeiLian saat melihat sang ayah yang bahkan tidak menarik ujung bibirnya atau hanya sekedar mengerutkan dahinya. Wajah itu persis seperti mati rasa.

"WeiLian, kau menangkap ikan lagi?"

"Hehe, tapi aku sudah ganti pakaian ayah~ apa masih amis?"

Lan Wangji hanya bisa memejamkan matanya menahan pening di kepala yang menghantam tiba-tiba dan berdeham lirih.

Lan WeiLian terkikik pelan kemudian remaja yang hampir genap 17 tahun itu terduduk di pangkuan sang ayah. Di umurnya yang beranjak dewasa itu, Lan WeiLian malah semakin bersikap manja pada Lan WangJi dan membuat lelaki itu terkadang tidak bisa benar-benar marah pada putrinya. Walaupun kadang kelakuan gadis itu terlihat sangat tidak sopan pada sang ayah.

Sejak hari itu, Lan WeiLian sama sekali tidak bisa lepas dari Lan WangJi. Kemanapun lelaki itu melangkah, Lan WeiLian akan ada di gendongannya atau terkadang berjalan di belakangnya. Kemana saja. Hingga berburu malam pun anak itu tidak bisa ditinggal.

Lan WangJi tidak pernah meninggalkannya juga karena jika ia tetap melakukannya, Lan WeiLian bukan hanya akan menangis tapi anak itu akan berakhir demam dan susah untuk di sembuhkan. Kadang butuh satu minggu lebih untuk membuat anak itu bisa kembali berlari bebas.

Mungkin semua itu adalah respon tubuhnya yang menjadi pertahanan karena trauma masa kecil saat ditinggal sang ibu untuk kedua kali. Lan WeiLian hanya akan menangis di setiap malam saat kelinci abu-abu yang dulunya adalah Wei WuXian itu selalu datang setiap malam ke kamarnya. Tapi gadis itu sadar kelinci abu-abu itu tak sama lagi dengan kelinci yang dulu bisa berubah menjadi gēgē cantik yang selalu menemaninya. Kelinci abu-abu itu hanya kelinci biasa.

Hingga saat ini, Lan WeiLian sama sekali tidak pernah membahas sang ibu secara terang-terangan di hadapan sang ayah atau sang kakak.

Gadis itu hanya akan menampilkan senyum manisnya setiap hari kepada semua orang, seakan pandai bermain peran dan membuat beberapa orang yang baru melihatnya akan percaya kalau gadis itu baik-baik saja.

Namun, walaupun senyum ibunya selalu terukir di wajah cantik Lan Weilian, semua orang yang telah mengenalnya sejak lama tahu kalau sebenarnya hati rapuh gadis itu sangat merindukan sang ibu.

"Ayah masak ikannya, ya?" tanya Lan WeiLian yang masih setia mengalungkan lengannya pada leher sang ayah. Membuat Lan WangJi melirik sedikit pada putrinya yang terlihat sayu mengantuk.

"Kau ingin ayah yang masak tapi tidak ingin melepaskan pelukanmu, begitu?"

Lan WeiLian sudah tidak bisa mendengar dengan jelas kalimat sang ayah. Gadis itu malah semakin terpejam. "Ayah ... masak saja ya ... A-Lian ... akan tidur sebentar—eunghh ... nanti bangunkan," gumamnya lirih lalu beberapa detik kemudian hanya suara napas kecil yang terdengar dari bawah sana. Gadis itu benar-benar tertidur di pangkuan Lan WangJi saat ini.

HanGuang-Jun itu akhirnya bangkit dengan Lan WeiLian yang di gendong di depan tubuh kekarnya tanpa terlihat akan terlepas atau jatuh dari sana sama sekali. Ia berjalan keluar Jingshi dengan seember ikan ke arah dapur dengan Lan Weilian di gendongannya.

Situasi seperti itu sudah sangat sering terjadi membuat semua orang di Yun Shen yang melihatnya bahkan sudah tidak kaget lagi.

Penampakan HanGuang-Jun yang berjalan di Yun Shen dengan Lan WeiLian yang menemplok di depan atau terkadang di punggung Lan WangJi setiap saat itu memang bukan hal yang mengejutkan dahulu. Namun, berbeda dengan seiring berjalannya waktu. Pasalnya gadis itu sudah bertumbuh dan pemandangan yang diciptakan tidak akan menggemaskan lagi atau apa. Malah akan terlihat canggung bagi mereka yang baru melihatnya.

Seperti saat murid muda yang baru masuk untuk belajar di Yun Shen BuZhi Chu itu. Sekarang mereka sudah menatap ke arah luar kelas penasaran, membuat Lan SiZhui berdeham pelan.

"Siapapun yang menengok ke luar tadi, salinlah peraturan sekte 3 kali dengan porsi hand stand setelah ujian selesai," ucap Lan Shizhui tegas membuat beberapa murid melenguh kesal pada sang guru.

Lan Jingyi yang duduk di sebelah Lan SiZhui hanya bisa menggeleng pelan melihat sahabatnya itu sangat menjiwai perannya. Maklum saja, karena sebentar lagi Tuan muda Lan itu akan menggantikan pamannya menjadi pemimpin sekte.

"Kau masih tidak akan mendisiplinkan adikmu yang sudah jelas-jelas salah itu dan malah menghukum murid yang memandanginya? Aiyooo lihatlah Calon Ketua Lan yang sangat protektif ini," sindir Lan JingYi.

Lan SiZhui hanya tersenyum tanpa menghiraukan kalimat sahabat yang sekaligus teman seperguruannya itu.

"Awasi saja mereka, jangan sampai ada yang berbagi jawaban atau HanGuang-Jun akan menghukummu lagi seperti kemarin."

"HanGuang-Jun tidak akan menghukumku kali ini," sombong Lan JingYi.

Lan SiZhui sontak menoleh saat mendapati nada bicara JingYi yang terlampau percaya diri.

"Ada apa?" tanya Lan SiZhui penasaran.

Lan JingYi langsung tersenyum sungging saat ia berhasil membuat sahabatnya itu mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang ia mulai.

"Besok kan ulang tahun A-Lian, apa kau lupa? Astaga aku tidak percaya Gēgē nomor satunya ini akan melupakan hari penting sang adik."

Ngomong-ngomong tentang gēgē nomor satu— jadi, Lan WeiLian dulu pernah memberikan peringkat pada ketiga gēgē-nya itu. Lan SiZhui di urutan pertama setelahnya Jin Ling barulah Lan JingYi. Dan itu sempat membuat Lan JingYi kesal. Ia memang tidak akan pernah jadi yang pertama untuk Lan WeiLian, tapi menjadi ketiga itu terdengar sangat buruk di telinganya.

"Aku tidak lupa," jawab Lan SiZhui cepat. Tentu saja lelaki itu tidak akan pernah melupakan hari penting seperti itu.

"Baguslah. Aku tidak tahu bagaimana raut wajahnya kalau kau sampai melupakan hari esok," ujar Lan JingYi kembali beralih pada lembar jawab di depannya yang sedang ia koreksi.

"Lalu apa hubungannya denganmu yang tidak akan mendapatkan hukuman?"

Lan JingYi menaruh kuas penanya lalu kembali menatap Lan SiZhui malas. "HanGuang-Jun menyuruhku menyiapkan pesta minum teh di paviliun belakang. Jin Zongzhu dan Jiang Zongzhu juga akan datang besok. ZeWu-Jun yang mengundang mereka—"

"Kenapa aku tidak tahu apapun?"

"ZeWu-Jun bilang kau harus fokus pada murid yang akan lulus dan murid muda yang akan masuk tahun depan. Jadinya mereka menyuruhku. Bukankah itu bagus? Bebanmu berkurang satu jadi berterima kasihlah padaku."

Tampaknya Lan Sizhui tidak terlalu senang mendengarnya karena ia tidak diberitahu apapun tentang rencana merayakan ulang tahun adiknya padahal dia kakaknya. Namun, dengan cepat Lan SiZhui menepis perasaan mengganjal itu dan kembali tersenyum ringan pada Lan JingYi.

"Terima kasih. Tapi kau tetap harus memberikannya hadiah. Jangan hanya membantu persiapan dan muncul dengan tangan kosong. Atau peringkatmu tidak akan pernah bisa satu langkah di atas Jin Ling—"

"Hadiah? Lagi? Kau pikir setiap tahun aku tidak memberikannya apapun? Astaga Lan SiZhui bahkan saat tidak ulang tahun saja adikmu itu selalu memerasku kalau kami turun gunung untuk beli keperluan sehari-hari. Dari bedak, perona pipi dan bibir, lalu pakaian indah itu siapa yang bayar? Apa HanGuang-Jun pernah bertanya darimana anaknya bisa dapat barang-barang sebanyak itu saat pulang dari pasar? Bahkan dia tidak diberi uang oleh ayahmu sama sekali."

Lan SiZhui tidak bisa lagi menahan tawanya saat JingYi dengan lancarnya mengeluarkan semua unek-unek yang ia punya. Alhasil tawa kecil terdengar membuat beberapa murid yang menyaksikan kedua gurunya berdebat saat sedang mengawasi ujian mereka itu ikut tersenyum. Beberapa malah ada yang dengan susah payah menahan tawanya.

"Itu karena A-Lian tidak bisa tahan untuk tidak membelanjakan uangnya jadi ayah tidak pernah memperbolehkan dia memegang uang sendiri. Lalu kenapa kau sendiri mau saja dibodohi anak itu?"

Lan JingYi terdiam.

Benar juga apa yang Lan SiZhui katakan. Kenapa ia mau saja membayar semua yang Lan WeiLian pegang saat di pasar. Sebenarnya ia bodoh atau bagaimana?

"Itu ... karena ... karen—aishh! Kenapa aku bodoh!"

Lan SiZhui menepuk pelan pundak Lan JingYi yang terlihat frustasi.

"Itu karena kau menyayanginya lebih dari apa yang kau tahu. Sama seperti kami menyayangi A-Lian, Jingyi. Hanya saja, mungkin cara kau mengekspresikan rasa sayangmu padanya adalah dengan membelanjakannya banyak barang. Tapi tidak selamanya memanjakannya dengan cara seperti itu adalah hal yang benar. Itu hanya akan membuat A-Lian memanfaatkanmu atas keinginannya suatu saat nanti."

"Lalu aku harus bagaimana? Masa iya aku harus meninggalkannya yang merengek di tengah pasar dengan wajah hampir menangis seperti itu. Bisa-bisa aku dipukuli orang satu pasar karena dianggap laki-laki yang tidak bertanggungjawab dan malah membuat seorang gadis menangis."

Lan SiZhui hanya bisa menghela napas panjang. Lelaki itu akhirnya kembali menatap para muridnya yang sudah dengan cepat menunduk saat sebelumnya masih asik menonton.

"Waktunya habis. Kumpulkan lembar jawaban dan kalian boleh istirahat."

•••

Keesokan harinya kelas diliburkan hanya untuk menyambut hari kelahiran Lan WeiLian. Gadis itu kini genap berusia 17 tahun. Sudah cukup dewasa untuk menjadi seorang perempuan yang cukup tangguh melewati 17 tahunnya hidup di dunia. Berbagai hal di lewatinya dari jatuh hingga bangun lagi, membuat hati rapuhnya seharusnya bisa terbentuk dan mengeras karena kejamnya semesta. Tapi hati Lan WeiLian tidak akan pernah utuh hingga saat potongan kecil miliknya itu ditemukan dan bisa kembali membawa hatinya yang utuh itu ke tempat yang seharusnya—yakni, pangkuan sang ibu.

"Selamat ulang tahun A-Lian! Untukmu," ucap Jin Ling memberikan selamat dan sebuah kotak berbalut kain emas pada gadis itu. Entah apa isinya tapi sudah bisa dilihat dari bungkusnya kalau itu sepertinya adalah barang mahal. Tentu saja, bukankah sekte LanlingJin salah satu yang terkaya?

Lan WeiLian dengan cepat memeluk Jin gēgē-nya itu erat. Membuat beberapa orang di dalam paviliun itu tertawa karena melihat ekspresi Jin Ling yang berubah merona. Sungguh demi apapun Jin Ling sangat tidak bisa dipeluk oleh siapa pun. Jin Ling juga membencinya. Tapi setiap kali adik sepupunya itu bertemu dengannya pasti ia akan langsung sengaja dipeluk seperti sekarang dan terkadang hal itu membuat Jin Ling kesal.

Padahal waktu kecil, Jin Ling sangat suka memeluk, menggendong, bahkan melempar Lan WeiLian ke udara. Tapi saat sudah sebesar itu Lan WeiLian malah jadi menyebalkan menurut Jin Ling dan jangan lupakan manjanya Lan WeiLian melebihi dirinya saat umurnya sama dengan anak itu sekarang.

"A-Lian lepaskan! Aishh"

Belum selesai memberontak pada sepupunya itu, Lan WeiLian malah mengecup pipi Jin Ling singkat. Membuat lelaki itu tambah memerah sempurna.

"Jin Gēgē kau keterlaluan makanya jangan memberontak! Ini hari ulang tahunku jadi aku tuannya haha!" Gadis itu sudah tertawa terpingkal saat melihat Jin Ling mematung di tempat.

"Ei bocah! Kau tidak boleh asal mencium sembarang lelaki seperti itu! Bagaimana kalau ada orang jahat yang memanfaatkannya dan menculikmu—astaga A-Lian, kau sudah besar bukan bocah lagi." Jiang Cheng yang terduduk di samping Jin Ling hanya bisa menatap putus asa keponakan lelaki dan perempuannya itu.

Lan WeiLian sekarang malah sudah beralih pada Jiang Cheng dan terduduk manis di hadapan sang paman. Kalau pada paman galaknya itu Lan WeiLian tidak berani asal menghambur, menemplok, dan mencium sembarangan. Karena bisa-bisa ayahnya akan melayangkan tatapan maut padanya. Padahal paman baiknya, Lan XiChen biasa saja saat istri tercintanya itu mau diapakan oleh gadis itu.

"Paman Galak mana hadiah untuk A-Lian? Jangan bilang paman tidak bawa apapun?"

Jiang Cheng menoleh sinis. Tentu saja dia bawa hadiah. Ia tidak mau datang dengan tangan kosong. "Itu di meja," ucapnya dingin sambil menunjuk ke arah meja kecil di pinggir undakan dengan dagunya.

Lan WeiLian sontak menoleh dan memicingkan matanya ke arah meja yang terletak beberapa langkah cukup jauh dari bagian dalam paviliun yang mereka gunakan.

"Hah? Toples apa itu paman?" Lan WeiLian bangkit mengambil toples kaca bening dari atas meja lalu tiba-tiba gadis itu menjerit. "Paman!!! Kenapa kau memberiku ikan koi?!!!"

Lan JingYi dan Jin Ling sudah terbahak di tempatnya. Lan XiChen dan Lan WangJi hanya menggeleng pelan bersama Lan SiZhui.

Kemudian gadis itu kembali ke hadapan Jiang Cheng.

"Paman jangan bercanda! Untuk apa ikan koi!!!"

Jian Cheng tersenyum puas melihat keponakannya itu kesal. Sang paman malah bahagia saat bisa menjahili gadis itu. "Bukannya kau suka ikan?"

"Paman!!! Ishhh!" Lan Weilian mendengus kesal.

Jin Ling, "Tadinya paman ingin memberikan anak peri untukmu sebagai hadiah, karena anjing-anjing itu sudah besar dan kau tidak akan sulit merawatnya. Hanya saja paman tidak jadi. Mengingat takut kau tidak bisa merawatnya dengan baik jadi tidak jadi, haha!"

Lan WeiLian melongo mendengar kalimat Jin Ling. Bisa-bisanya sudah berencana seperti itu tapi tidak jadi. Tapi sebenarnya dia sendiri memang tidak terlalu menginginkan anjing spiritual, apalagi itu anak anjing dari peri, anjing kesayangan Jin Ling-. Lan WeiLian pastinya akan meminta hadiah lain saja.

"Aku tidak mau tahu Paman! Aku ingin satu gunung bunga dan polong teratai! Bawakan besok atau aku akan mengambilnya sendiri!"

Jiang Cheng langsung menggeleng cepat. Ia tidak mungkin membiarkan gadis itu mengambil bunga dan polong teratainya sendiri. Bisa-bisa tanaman air itu terancam punah di Yunmeng karena gadis itu tidak akan menyisakannya sedikitpun. Kalau Lan WeiLian bilang harus segunung ya segunung.

"Ehh! Baiklah, baik! Besok paman bawakan segunung, iya segunung. Kau senang 'kan? Tch!"

"Hehe terima kasih paman galak. Kau sangat baik!"

Jiang Cheng sebenarnya sudah pusing dengan kalimat gadis itu. Paman galak tapi baik itu berarti apa? Hanya Lan WeiLian yang tahu.

Lan WeiLian sekarang sudah beralih pada JingYi-nya yang sudah memegang sebuah kotak kayu di tangan.

"Selamat ulang tahun A-Lian. Ini hadiahmu ...."

"Wah terima kasih Jingyi-! Seperti yang kuminta 'kan?" tanya Lan Weilian memastikan.

"Tentu saja tuan putri. Apa saja untukmu ...."

Lan SiZhui hanya bisa tersenyum sambil menggeleng pelan. Lalu kemudian, ia menyodorkan sebuah benda besar tertutup kain putih yang ia simpan di belakangnya.

"Selamat ulang tahun A-Lian. Gēgē hanya bisa memberimu ini ...."

Lan WeiLian meraih benda besar itu lalu menaruhnya di samping. Sementara dirinya sudah memeluk sang kakak erat.

"A-Lian menyukai apapun pemberian Gēgē. Terima kasih sudah menjadi Gēgē A Lian"

Suara Lan Weilian mendadak berubah kembali menjadi seperti seorang bocah 6 tahun yang dulu sering di gendong Lan SiZhui, membuat sang kakak merasa ingatannya kembali ke masa lalu.

"Sama-sama," ujar Lan SiZhui lirih.

Lan WeiLian melepaskan pelukannya lalu beralih ke barang pemberian sang kakak.

Lan SiZhui, "Bukalah ...."

Lan WeiLian mengangguk kecil lalu membuka kain putih pembungkus hadiah sang kakak dan menampakkan sebuah guqin bersenar tujuh berwarna putih. Bentuknya mungkin sama seperti guqin pada umumnya. Namun, yang membuatnya berbeda adalah ada ukiran teratai di pinggirannya serta sebuah gantungan giok hitam dengan rumbai merah menjuntai terpasang indah di pinggirnya.

Lan WeiLian tampak tertarik dengan gantungan itu dan menyentuhnya sekilas.

Sementara Lan WangJi sudah menatap putranya penuh tanya.

"SiZhui."

Lan SiZhui yang terpanggil menoleh ke arah sang ayah yang duduk berjauhan di samping Lan XiChen dengannya. Kemudian, ia mengangguk pelan seolah tahu apa yang ada dipikiran sang ayah.

Semua orang di sana tidak ada yang tidak tahu dengan gantungan itu. Gantungan itu adalah gantungan yang sama yang diletakkan Wei Wuxian di serulingnya, Cheng Qing.

Dulu, sang ibu memberikannya pada Lan SiZhui saat pemuda itu ulang tahun tepat setahun sebelum kematian Wei WuXian.

Namun, Lan WeiLian tidak pernah tahu kalau benda itu adalah milik ibunya.

"Kenapa ini harus warna merah ? Bukankah lebih bagus kalau warnanya biru atau putih?"

Lan JingYi, "Katanya kau akan menyukai semua pemberian Gēgē mu tapi kenapa malah berkomentar sekarang?"

Lan WeiLian mendengus kesal, "Bukan urusan Jingyi-!" kemudian Lan Weilian menatap sang kakak, merasa bersalah. "Hehe, bukan begitu Yuan- ... A-Lian menyukainya kok, jangan dengarkan Jingyi- ya?"

Gadis itu beralih kembali pada guqin di hadapannya.

Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di kepalanyanya dengan beberapa nada tidak asing terdengar di telinga Lan WeiLian begitu saja. Tanpa sadar, jemari lentik gadis itu mulai menyentuh senar dan bergerak mengalun, memetik senar guqin pemberian sang kakak.

Alunan melodi yang tidak asing itu mulai mengisi paviliun.

Lan WeiLian memainkan guqin-nya dengan lembut sembari terpejam. Gadis itu sangat menghayati permainannya. Tidak sia-sia Lan SiZhui diam-diam mengajari adiknya itu tanpa sepengetahuan sang ayah.

Semua orang di sana terdiam mendengarkan alunan permainan Lan WeiLian yang menghanyutkan. Terlebih lagi lagu itu, membuat semua orang seperti terlempar jauh ke masa lalu.

WangXian mengalun begitu indahnya membuat Lan WangJi menatap putrinya lekat.

Sang ayah tidak sedang mengoreksi nada yang putrinya mainkan itu karena memang tidak ada yang salah sedikit pun. Lan WangJi juga sedikit terkejut karena putrinya bisa tahu keseluruhan nada yang biasanya hanya dirinya yang memainkan seluruh bagiannya.

Di buku partitur musik yang ia tulis pun, nadanya sudah ia ubah dan tidak sama dengan yang asli. Karena pada dasarnya, lagu itu sangat berarti di hidupnya. Bahkan putranya juga tidak pernah berani memainkan lagu itu dihadapannya.

Setelah menyelesaikan baris terakhir nadanya, Lan WeiLian berhenti. Gadis itu membuka matanya lalu menatap sekeliling. Aura semua orang tampak seketika berubah sendu dan itu membuatnya bingung tapi beberapa detik kemudian mereka tiba-tiba bertepuk tangan. Apalagi Lan Jingyi tampak sangat antusias sampai tepukannya sangat keras.

Lan WeiLian tertunduk malu. Tapi ia kemudian, tersenyum bangga setelahnya. "Terima kasih, terima kasih semuanya," ujarnya sembari membungkuk beberapa kali.

Saat Lan WeiLian hendak beralih menagih hadiah dari Lan XiChen saat tiba-tiba seorang murid muda berjalan masuk dengan tergesa. Semua orang di dalam paviliun itu menatap bingung.

Setelah memberi hormat pada para pemimpin sekte di sana, si murid kemudian berujar, "Lan Guniang, ada yang mencari anda tapi kami tidak mengijinkannya masuk jadinya Tuan Muda itu menunggu di gerbang depan."

Lan JingYi mengernyitkan dahinya lalu berujar, "Tuan Muda? Apa kau yakin?"

Murid itu mengangguk cepat. Tentu ia tidak akan berbohong.

Lan JingYi menatap Lan WeiLian yang juga sudah kebingungan, "Wahh lihatlah betapa beruntungnya Tuan Putri Lan ini. Baru tujuh belas tahun tapi sudah ada yang datang melamar. Bahkan para gēgē-nya ini masih melajang."

Lan Weilian, "Loh bukannya hanya Jingyi- yang masih belum punya pasangan? Hahah!" gadis itu sudah melirik ke arah Lan SiZhui dan Jin Ling yang berdiri berdekatan. Membuat kedua gēgē-nya itu langsung menatap ke arah lain salah tingkah.

Gadis itu melanjutkan, "Baiklah aku akan menemuinya, apa tidak ada yang mau ikut? Kalian tidak akan membiarkan aku tiba-tiba nanti mencium tuan muda itu dan berakhir diculik bukan?"

•••

Seorang lelaki dengan seikat besar bunga dan biji polong teratai yang disusun rapi itu tengah berdiri di depan gerbang Yun Shen BuZhi Chu, menunggu orang yang ia cari keluar menemuinya. Wajah cerah ditambah senyum yang mengembang lebar itu menampakkan dirinya yang sangat bahagia.

Sementara itu, tidak butuh waktu lama untuk Lan WeiLian bisa sampai ke gerbang depan Yun Shen. Dengan dikawal oleh 3 paman dan 3 gēgē-nya, gadis itu melenggang senang karena berharap pria yang ia temui adalah benar akan melamarnya seperti perkataan Lan Jingyi beberapa saat lalu.

Saat hampir sampai gerbang, sebuah tubuh lelaki ber-hanfu hitam sudah berdiri membelakangi gerbang. Lan WeiLian sedikit berlari membuat suara langkah kakinya terdengar jelas dan beberapa pengawalnya tertinggal di belakang, membuat pekikan Jiang Cheng samar terdengar di telinga gadis itu.

"Gongzi," Sapa Lan WeiLian saat sampai depan gerbang. Gadis itu langsung membungkuk memberi hormat.

"Apa itu kau?" Sebuah suara lembut terdengar membuat Lan WeiLian sontak bangkit setelah memberi salam dan menatap seseorang di depannya.

Yang pertama gadis itu lihat adalah kumpulan bunga merah muda dan polong biji di pelukan pria dihadapannya.

Kemudian iris matanya beralih menatap wajah yang sudah tersenyum lembut ke arahnya.

Lan WeiLian seketika membeku ditempat ketika menemukan wajah putih cantik di hadapannya itu menatap rindu ke arahnya.

Bibir gadis itu bergetar membuat kedua tangannya sontak bergerak ke depan wajahnya untuk menutup mulut yang setengah terbuka itu.

Mata Lan WeiLian memerah. Kemudian bulir demi bulir terjatuh begitu saja dari setiap sudut matanya.

Tubuhnya hampir terhuyung dan ambruk kebelakang, tapi Lan SiZhui yang tiba di depan gerbang lebih dulu itu langsung merengkuh tubuh sang adik.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Lan SiZhui yang belum sadar akan keadaan.

"Gēgē ... itu ibu," lirih Weilian membuat sang kakak langsung beralih ke seseorang di hadapannya.

Wei WuXian sudah tersenyum pilu dengan sudut mata yang berair di depan sana.

"Ibu?!"

"Wei Ying?!"

"Lan Zhan aku kembali ... A Yuan, A Lian ... ibu kembali."

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 703 10
Sebuah liontin membuat Nattan terlempar jauh ke abad 18 mempertemukannya dengan Duke muda yang angkuh, Duke of Klaains, Millan A. Barnard.
9.1K 1K 9
"Picture by Google" . Dunia telah berubah. Dunia bukan lagi tempat yang indah, nyaman dan aman. Dunia telah hancur. Manusia yang telah mati hidup kem...
48.1K 3.1K 7
Ff terinspirasi dari film China 'The Untamed' yang dibintangi sama pasangan sweet kita Lan Wangji sama Wei wuxian yang diperankan oleh aktor unyu kes...
25.9K 3K 18
Wangxian telah menikah dan menemukan cara untuk melahirkan keturunan mereka. A-Yuan kini menjadi kakak dari ketiga adik barunya. Moran, Xieyun, dan T...