04th floor . treasure [✓]

By jaevevo

848K 196K 82.1K

ada pembunuh berantai di sana. © 030620, jaevevo More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
epilog
penjelasan
bonchap; yoon saera

24

19.9K 5.3K 3.5K
By jaevevo



















04th floor

















Asahi tidak bermain-main soal perkataannya saat itu. Kalau ia akan pindah ke apartemen lain, apartemen Treasure namanya. Buktinya, ia sudah meminta izin kepada orangtuanya. Jadi, sekarang Asahi sedang tidak berada di apartemen trejo, tapi di apartemen Treasure bersama orangtuanya.


Jihoon lapar. Namun sayangnya tidak ada makanan apapun di dalam kulkasnya. Kulkasnya benar-benar kosong melompong. Padahal Jihoon ingat jelas kalau kemarin masih ada sebungkus ramen instan tersisa di dalam kulkasnya. Rasanya Jihoon mau ngamuk.


Namun rupanya bukan hanya kulkas di kamar Jihoon yang kosong. Karena nyatanya kulkas di kamar 401 sampai 406 semuanya kosong. Seperti settingan.


Jadi, Jihoon beranjak keluar kamarnya. Tadinya sih Jihoon mau beli makanan di luar, tapi dia liat Jaehyuk yang baru bangun sambil jalan keluar dari kamarnya.


Kesempatan enggak selalu datang dua kali kan?


Jihoon mengangkat tangannya, "hoi!" ia memanggil Jaehyuk.


Yang dipanggil menoleh. "Ha. Apa?" katanya, masih dengan muka bantalnya.


"Beliin ayam. Pakai uang lo aja dulu. Entar Doyoung bayar." titah Jihoon, memakai nama Doyoung yang bahkan tidak tahu kalau kulkas di kamarnya kosong.


Jaehyuk mengangguk lemas, memasang tudung hoodie nya. Lalu melangkah gontai menuju lift.


"Kita makan pake ayam nih?" tanya Yedam, tiba-tiba muncul setelah sedari tadi hanya mendengarkan dari kamarnya.


Jihoon mengangguk. "Iya. Entar minta Doyoung bayarin. Kalo dia enggak mau bayarin, ya terpaksa kita mesti patungan." jawabnya santai. Yedam membulatkan mulutnya.


"Eh iya, tau enggak?" Jihoon membuka percakapan. Yedam mengernyit sambil menatap Jihoon meminta penjelasan.


"Doyoung nangis dari kemarin. Gue denger tangisannya gara-gara kamar kita seberang seberangan. Dia nangisin Junghwan." jelas Jihoon.


"Jadi─" tadinya Yedam mau beropini, namun Jihoon menyela.


"Iya. Bukan Doyoung pelakunya." sela Jihoon dengan tatapan serius.


Yedam tersenyum miris. "Lo ngebelain Doyoung ya?"


Jihoon mengangguk, lalu menatap Yedam penuh tanya. "Iya. Kenapa emangnya?"


Yedam tersenyum miring. "Bego. Lo tau enggak, kalo Doyoung benci sama lo?" tanya Yedam, masih mempertahankan senyumnya. Jihoon membulatkan matanya kaget.


Suasana hening seketika. Jihoon dan Yedam bertukar pandangan dengan sorot mata yang berbeda. Beruntung, Kim Junkyu datang dari kamarnya dan berhasil mengalihkan perhatian Jihoon dan Yedam.


"Kulkas kosong. Gue mau beli mie. Kalian mau nitip enggak?" tanya Junkyu pada dua laki-laki di depannya.


"Tapi tadi kak Jaehyuk udah berangkat beli ayam. Lo juga dibeliin." kata Yedam.


Junkyu tersenyum miring. "Gue tau. Tapi, gue bakal beli mie anyway." katanya, lalu tanpa menghilangkan senyumnya, Junkyu berlalu meninggalkan Yedam dan Jihoon dalam suasana dingin itu lagi.





























































































"Sahi," seseorang memanggil Asahi yang baru saja kembali dari apartemen Treasure. Asahi sebenarnya sudah kembali sejak beberapa menit lalu, namun ia tidak mau pergi ke lantai empat karena sedang menghindari beberapa orang. Asahi kini berada di lantai di rooftop, namun sialnya ia malah bertemu dengan salah satu orang yang sedang ia hindari itu.


Asahi mengangguk lemah. "Iya. Apa?"


"Lo udah tau ya?" laki-laki di depannya memiringkan kepala.


Asahi menggeleng, sambil berjalan mundur beberapa langkah. "Lo ngomong apaan sih?" tanyanya.


Laki-laki di depan Asahi berjalan maju, mengikis jarak. Sementara Asahi tetap berjalan mundur sampai akhirnya punggungnya mengenai dinding. Asahi menoleh ke belakang. Asahi tahu, kalau ia mundur lagi, ia akan terjun bebas dari atap.


"Jawab gue. Lo udah tau ya?" laki-laki itu kembali bertanya, menatap kedua hazel Asahi intens.


Asahi menggeleng. "Apa sih? Gak jelas." katanya judes, lalu mengalihkan pandangan, mencoba memberanikan diri.


"Asahi," laki-laki itu kembali memanggil sambil menyeringai lebar, membuat Asahi bergidik ngeri. Namun Asahi memberanikan diri untuk menatap lurus mata laki-laki itu dengan mata bulatnya. "CCTV itu udah gue tutupin. Tau gak?" laki-laki itu menunjuk salah satu CCTV yang berkemungkinan untuk merekam mereka. Asahi membelalakkan mata begitu menyadari kalau CCTV itu sudah dicat dengan cat berwarna hitam.


"Lo mau apaan?!" tanya Asahi panik.


Laki-laki di depannya menatap Asahi teduh. "Kalo lo enggak mati, gue yang bakal mati." ia menatap Asahi intens, "gue tau lo bakal laporin, kan?" tanyanya. Asahi terdiam.


"Maaf, Sahi. Gue enggak mau mati sekarang." laki-laki itu lalu mendorong pemuda Hamada di depannya itu. Asahi terjun bebas dari atap ke jalanan. Selanjutnya terdengar suara bruk besar. Tulang punggung Asahi semuanya retak, serta darah segar merembes dari badannya.





























































































Bruk!


Jihoon yang sedang pulang dari Koreamart membulatkan mata begitu melihat sebuah tubuh yang cukup familiar terjatuh dari atas. Darah merembes dari tubuh laki-laki itu, membuat Jihoon makin panik. Jihoon berjalan beberapa langkah menghampiri badan itu.


Itu Asahi. Kepalanya sudah pecah, namun Jihoon tau betul itu Asahi. Tangan Jihoon bergemetar. Tidak pernah sekalipun Jihoon melihat seseorang meninggal secara mengenaskan dengan matanya sendiri.


Mata Asahi yang terbuka masih utuh. Ia meneteskan air mata sekaligus darah dari hazelnya itu. Asahi menangis. Pertama kalinya dalam seumur hidup, Jihoon melihat Asahi menangis.


Asahi jelas belum siap pergi.


Jihoon menoleh ke atas. Haruto terlihat sedang ada di rooftop, sedang menatap keduanya yang berada di bawah dengan tatapan tajam.


Jihoon dan Haruto sempat bertukar tatapan beberapa detik, sampai akhirnya Haruto membalik tubuhnya dan berlalu begitu saja.





























































































Apartemen trejo resmi ditutup.


The end.



























Tapi bohong.


Apartemen trejo resmi ditutup oleh kepolisian. Sudah tidak aman lagi untuk tinggal di sana. Orangtua Jihoon, Junkyu, Jaehyuk, Yedam, Doyoung dan Haruto sepakat untuk memindahkan mereka ke apartemen Treasure yang cukup jauh dari apartemen trejo.


Kali ini, mereka tidak diperbolehkan untuk memiliki teman sekamar. Tentu saja orangtua mereka khawatir akan keselamatan anaknya─sudah ada enam orang yang terbunuh.


Namun takdir adalah takdir. Meskipun berbeda apartemen, mereka kembali tinggal di lantai empat.

















Panjang banget ya? Ini aslinya gabungan dua chapter sih hehe, habis aku liat-liat, kira-kira 04th floor selesainya 6 chapter lagi.

:')

Continue Reading

You'll Also Like

378K 25.7K 36
Berisi tentang kekejaman pria bernama Valter D'onofrio, dia dikenal sebagai Senor V. Darah, kasino, dan kegelapan adalah dunianya. Tak ada yang dapat...
480K 110K 21
❝Semua ini sama sekali gak lucu.❞
905K 238K 35
❝ Kayaknya kita kena sial deh, makanya main game ini. ❞
973K 199K 29
❝This whisper has lost many lives.❞