Limerence

By DyahUtami

562K 44.7K 3.4K

A wattpad dark romance story DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPECT FOR SOMEONE WHO COPY MY WORK! Book 3... More

Copyright
Author Note
Basic Information
The Characters 1
The Characters 2
Prologue
BAB 1. Lucifer Club
BAB 2. Pertemuan Tak Terduga
BAB 3. Tangisan dan Trauma
BAB 4. The Deadly Don
BAB 5. Forced Marriage
BAB 6. Welcome to Italy
BAB 7. L'oscurità
BAB 8. Puttana
BAB 9. Queen & Slave
Bab 10. Private Island
Bab 11. The Calm Lion
BAB 12. Gambino Family Donna
BAB 13. The Light Punishment
BAB 14. Tears of despair
BAB 15. Running Away
BAB 16. Airport
BAB 17. The Real Punishment
BAB 18. Pilihan
BAB 19. Kekalahan
BAB 20. Guilt and Sadness
BAB 22. Porcelain Doll
BAB 23. The Mafia Elite Ball
BAB 24. The Jealousy
BAB 25. The Psychopath
BAB 26. Love and Obsession
BAB 27. My Bambolina...
BAB 28. Dying
BAB 29. Light in Darkness
BAB 30. Freedom
EPILOGUE
Extra Chapter - Choice
SEQUEL
New Journey

Bab 21. The Great Black Dane

10.3K 1K 99
By DyahUtami

UPDATE!!!

Akhirnya ya, bisa update juga, berhubung udh malem, jadi cuma bisa satu kali update wkwk

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Jangan lupa follow akun instagramku : @dyah_utaami25

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Luciano membaringkan tubuh Danielle dengan begitu lembut dan hati-hati ke atas ranjang. Jantungnya berdegup cepat melihat darah mengalir tiada henti keluar dari luka Danielle, bahkan saat melihat ke bagian bawah tubuh wanita itu, wajah Luciano semakin memucat karena darah yang mengalir dengan begitu deras. Segera setelah Luciano menjauhkan diri, tim dokter pribadi keluarga Costello---yang dipimpin dokter Lucien---langsung sigap menangani wanita yang terbaring tidak sadarkan diri. Luciano sama sekali tidak memperhatikan para dokter yang bekerja, karena Ia masih terfokus pada darah yang mengalir deras dari bagian bawah tubuh Danielle.

Seumur hidupnya menjadi Capo dari organisasi Mafia, baru kali ini Luciano merasakan perasaan kalut saat melihat darah. Ia takut dan khawatir melihat darah yang begitu banyak---hingga membasahi kasur. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa sampai sebanyak itu? Luciano merasakan jantungnya berdegup cepat dan kedua tangannya mulai berkeringat dingin. Ia terus fokus pada area bawah tubuh Danielle hingga tidak menyadari dokter Lucien berjalan mendekatinya. "Capo, maafkan saya tapi anda harus keluar sekarang juga."

Seketika Luciano menatap sang dokter dengan tatapan membunuh. "Apa kau mengusirku? Kenapa? Dia istriku."

"Capo, jika anda berada disini, maka anda akan mengganggu pekerjaan kami." Luciano menggertakkan giginya marah mendengar kalimat sang dokter. Tentu saja dokter Lucien merasa takut setelah mengatakan hal tersebut, namun apa yang dirinya katakan memang benar adanya. Kehadiran sang Capo di ruangan yang sama dengan sang istri akan menghambat pekerjaan mereka. Dengan pemikiran itu, dokter Lucien menambahkan, "jika anda ingin kami menangani Donna semaksimal mungkin dan menyelamatkannya, maka anda tidak keberatan untuk meninggalkan ruangan." Luciano membuka mulut untuk membantah, namun tidak jadi saat melihat mesin denyut jantung yang sudah terpasang pada Danielle. Ia kembali menatap dokter Lucien sebelum berjalan meninggalkan ruangan.

Saat Luciano sudah berada di luar, Ia mendengar pintu kembali tertutup dan terkunci. Kedua tangannya mengepal kuat dan amarahnya begitu besar hingga secara refleks Luciano meninju dinding dengan kepalan tangannya, hingga menyebabkan buku jari serta tangannya terluka dan meneteskan darah. "Capo!" Seru seseorang dari kejauhan.

Luciano menolehkan kepala dan melihat Stephano berlari menghampiri bersama Luciana. Ia menghela keras. Luciano sedang tidak mau berhadapan dengan kedua adiknya, tidak disaat emosinya sedang tidak stabil. "Bagaimana keadaan Donna?" Tanya Stephano dengan wajah yang khawatir.

"Sedang ditangani oleh para dokter," gerutu Luciano pelan. Ia mendudukkan diri di lantai dan membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya yang terkena darah Danielle dan juga darahnya sendiri. Rahangnya semakin mengeras dan matanya terasa panas. Entah emosi apa yang dirasakannya saat ini, namun Luciano tidak mau merasakannya lagi. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan bahkan hingga Luciano merasakan sesak nafas. "Apa kau sudah menyelidiki apa yang terjadi?" Tanya Luciano datar. Ia sama sekali tidak mau menatap Luciana, karena bagi Luciano adiknya juga turut andil dalam kecelakaan ini. Jika saja aidk perempuannya itu tidak mengajak dirinya berdebat, maka Luciano bisa menjaga Danielle dan menghindarkan wanita itu dari hal-hal seperti ini.

"Masih diselidiki Capo, kejadian yang tertangkap cctv menunjukkan bahwa ada orang yang sengaja melakukan ini pada Donna."

Luciano langsung menegakkan punggungnya dan menatap Stephano dengan tatapan membunuh. "Apa maksudmu?"

Stephano melirik sekilas ke arah Luciana dan melanjutkan, "sepasang tangan mendorong Donna dari atas tangga. Kami tidak bisa melihat jelas siapa pelakunya karena orang itu pintar dalam menyembunyikan identitasnya dari kamera cctv."

"Seolah dia tahu letak cctv berada," tambah Luciana dengan pelan. Stephano mengangguk singkat dan menatap sang kakak yang merangkap sebagai Bossnya. Ia bisa melihat kobaran api amarah telah mengisi manik abu yang selama ini sarat akan emosi. Stephano tidak tahu apa yang akan dilakukan Luciano jika sampai pelakunya tertangkap, tapi siapapun itu bagi Stephano orang tersebut sedang mencari mati karena mengusik Ratu dari sang Capo.

Luciano menoleh ke arah pintu yang tertutup dan berkata tajam, "temukan siapapun dia, dan seret orang itu ke ruang penyiksaan. Aku ingin dia hidup, aku tidak peduli bagaimana cara kalian menangkapnya. Dia harus mati di tanganku."

Stephano mengangguk dan memberikan tanda pada Luciana untuk meninggalkan sang kakak sendiri.

Luciano menghela keras dan menyenderkan punggungnya kembali ke dinding. Matanya terpejam dan bau anyir masih melingkupi tubuhnya, tapi Ia sama sekali tidak berniat untuk beranjak membersihkan diri karena sesuatu bisa saja terjadi pada bambolinanya jika Ia pergi walaupun hanya untuk mencuci tangan.

Selama menunggu, Luciano lebih memilih menatap kosong ke dinding. Ia tidak menghiraukan siapapun, bahkan ketika ayahnya datang untuk menceramahi dirinya yang absen dari sarapan. Luciano sudah tidak menghadiri acara yang diadakan associate dari Gambino Mafia karena Ia tidak bisa meninggalkan Danielle sendiri di Dungeon. Mengingat itu Luciano mau tidak mau menarik sudut bibirnya membentuk senyum kecil, walaupun hanya untuk beberapa saat. Berdiri selama berjam-jam di depan dungeon memang sukses membuat kakinya pegal, tapi Luciano sama sekali tidak peduli karena Ia tidak bisa jauh dari Danielle.

Ia menarik nafas panjang. Ayahnya sudah tidak suka pada Danielle karena Luciano banyak mengabaikan tugasnya sebagai Capo, sekarang ditambah dengan ini pasti sudah membuat kekecewaan sang ayah semakin bertambah besar begitupun ketidaksukaannya pada Danielle, tapi tentunya Luciano tidak peduli. Ia tidak berniat untuk menyenangkan hati sang ayah dan sampai kapanpun akan begitu.

Luciano membuang napasnya lelah. Tubuhnya yang penuh akan ketakutan membuatnya tidak nyaman. Ia tidak tahu akan nasib bambolinanya dan itu membuatnya takut serta frustasi. Jadi ketika pintu keluar dan Dokter Lucien keluar diikuti seorang asistennya, Luciano segera berdiri dan berjalan menghampiri. "Bagaimana dokter? Aku ingin berita baik mengenai istriku."

Sang dokter tentu saja ragu, karena yang akan Ia beritahukan adalah berita buruk, namun tentu saja Ia harus tetap memberitahukan keadaan Donna pada sang Capo. Dokter Lucien menarik napas dan mulai menjelaskan keadaan dari sang Donna. "Capo mengenai keadaan Donna Danielle, dia mengalami benturan yang cukup keras di kepala dan beberapa luka di tubuh. Saya sudah melakukan CT scan dan beruntung lukanya tidak mengakibatkan hal yang fatal. Untuk luka di tubuh, juga sudah saya dan tim saya tangani dengan baik." Luciano menaikkan sebelah alis matanya, karena Ia tahu kalau dokter yang sudah mengabdi padanya bertahun-tahun lamanya, belum sepenuhnya menjelaskan perihal keadaan bambolinanya. "Namun ada satu hal yang harus saya beritahukan dan ini adalah berita buruk."

Luciano menegakkan tubuhnya dan menatap sang dokter tajam. "Katakan padaku."

Dokter Lucien menarik napas panjang, tubuhnya mulai gemetar karena mendapat tatapan tajam nan mematikan dari sang Capo. "Donna, dia mengalami pendarahan yang cukup hebat."

Luciano merasakan jantungnya berhenti berdetak saat itu juga, "jadi maksudmu..."

Dokter Lucien mengangguk pelan. "Donna sedang mengandung, namun akibat kecelakaan yang terjadi, dia mengalami pendarahan dan keguguran. Saya minta maaf karena tidak bisa menyelamatkan kandungannya Capo."

Luciano tidak mengatakan apapun. Ia menatap dokter Lucien dengan tatapan datar dan hal selanjutnya yang Ia lakukan adalah mengeluarkan pistol dari balik jasnya yang berlumuran darah dan menembak sang dokter di bahu. Setelah itu Ia berjalan melangkahi sang dokter yang sedang mengerang kesakitan di lantai menuju kamar dimana Danielle berada.

Luciano melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Hal pertama yang Ia lihat adalah mesin denyut jantung yang terlihat stabil, kemudian pandangannya teralihkan ke arah wanita yang sedang terbaring tak sadarkan diri di tengah ranjang. Wajahnya begitu pucat dan terlihat tidak memiliki nyawa, jika saja bukan karena bunyi mesin maka Luciano akan berpikir kalau Danielle telah tiada.

Ia melangkah mendekati ranjang. Seluruh tim dokter dan beberapa suster yang mengelilingi Danielle langsung menyingkir dan pergi meninggalkan ruangan. Luciano melirik kantong darah yang terhubung dengan selang. Luciano merasakan tenggorokannya tercekat dan tangannya dengan otomatis mengusap perut Danielle dengan pelan.

Luciano menarik napas dan membenamkan wajahnya tepat di atas perut Danielle. Ia memilih untuk mendengar mesin denyut jantung untuk menenangkan monster yang ada di dalam tubuhnya, namun momen itu terusik ketika Luciano mendengar suara pintu terbuka di susul langkah kaki. Dengan malas Luciano membuka matanya dan menipiskan bibir ketika melihat seorang wanita berdiri di tengah ruangan.

Luciana.

"Ini semua adalah salahmu Luc! Semua yang kau lakukan padanya hanya msnyiksa dan memberikannya kesedihan! Sudah kukatakan berulang kali untuk memperlakukannya dengan benar sebagai istri! Dia tidak melakukan kesalahan apapun namun yang kau lakukan hanyalah memaksakan kehendak dan menyiksanya!" Luciana terus menerus berbicara, mengungkapkan rasa frustasinya mengenai kelakuan sang kakak yang baginya sama seperti ayah mereka yang merupakan seorang monster.

Luciana menghela keras dan menundukkan kepalanya dalam, nada kekecewaan begitu kentara ketika Ia berkata, "kau bahkan tidak terlibat dalam hal itu, itu adalah urusan ayah dengan mendiang kakeknya, bagaimana bisa kau melibatkan dia di dalam rencana licik ayah, huh? Lalu menghancurkan hidupnya seolah itu bukanlah hal yang menyakitkan? Sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau sudah menghancurkan hidupnya, kemudian dia kehilangan bayi yang dikandungnya, apa lagi yang akan kau lakukan? Dia masih memiliki masa depan Luc! Masa depan yang sudah kau hancurkan!"

"Diam Ana!" Bentak Luciano marah. Ia sudah muak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut adik perempuannya. Rasanya Luciano ingin sekali menutup mulut sang adik selamanya agar Ia tidak perlu lagi mendengar kalimat tidak penting yang selalu saja adiknya katakan. Namun tentu saja, seberapun Luciano mengelak Ia tahu semua yang dikatakan sang adik adalah benar. Luciano seharusnya tidak membawa Danielle ke dalam masalah yang sebenarnya tidak memiliki keterkaitan dengan wanita itu. Tidak seharusnya Luciano memberikan ide itu pada ayahnya, tapi Tuhan, Danielle membuatnya gila! Melihat wanita itu pertama kali, berdiri di depannya dengan wajah ketakutan dengan penampilan yang menawan, membuat Luciano tertarik dan meliriknya. Luciano tidak bisa melepaskan Danielle sekarang, bahkan nanti atau selamanya, karena Ia sudah terlanjur terobsesi pada kecantikan dan kepolosan bambolinanya.

Luciano menyugar rambutnya frustasi. Ia menatap Luciana yang sedang memberikannya tatapan membunuu sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Danielle yang masih terbaring dengan mata terpejam di atas ranjang. A fucking miscarriage. Luciano tahu cepat atau lambat bambolinanya akan hamil, memgandung darah daging sekaligus penerusnya, tapi Ia sama sekali tidak memperhatikan untuk berpikir kalau hal itu akan terjadi begitu cepat.

Luciano begitu marah pada dirinya sendiri dan Ia pun tahu kalau dirinya akan melampiaskan kemarahan tersebut pada Danielle jika Ia berada di dalam satu ruangan dengan wanita itu, sehingga Ia memutuskan untuk keluar ruangan dan pergi menuju tempat yang bisa menenangkan emosinya.

"Aku ingin semuanya sudah selesai sebelum istriku bangun. Paham?" Semua orang yang hadir di dalam ruangan langsung menganggukkan kepala dan berjalan keluar ruangan. Luciano mendecak sebal dan meraih dokumen yang sudah siap di atas meja kerjanya. Namun Ia tidak dapat berkonsentrasi, karena bagaimanapun tidak ada bambolinanya yang akan menyambutnya ketika Ia kembali ke kamar. Luciano tidak mau melihat wajah pucat wanita yang menyandang status sebagai istrinya, karena itu membuat dirinya merasakan perasaan sesak.

Luciano menatap tangannya yang sudah bersih. Walaupun Ia sudah membersihkan diri dan berganti pakaian, tapi Ia masih merasa darah Danielle menempel di tubuhnya dan membuat jantungnya berdegup cepat. Luciano langsung menarik napas dan membuangnya untuk menenangkan emosi serta pikirannya sebelum kembali memfokuskan diri pada dokumen yang ada di tangannya.

Ketika Ia sibuk membolak balikkan berkas dokumen, terdengar suara pintu ruangannya terbuka. Luciano mengerutkan kening dan mendongakkan kepala, ingin tahu siapa yang telah berani masuk ke dalam ruang kerja pribadinya tanpa izin darinya. Luciano mendengus saat melihat seorang wanita dengan rambut pirang yang Ia ingat bernama Vicky. Luciano tahu wanita itu merupakan salah satu wanita yang menghangatkan ranjangnya sebelum dirinya bertemu Danielle, tapi sekarang Luciano sama sekali tidak tertarik dengan wanita manapun selain Danielle.

Luciano memperhatikan dalam diam ketika wanita itu berjalan menghampirinya. "Apa maumu?"

"Aku dengar dari Tuan Gianni kalau kau sedang frustasi. Luci, biarkan aku menghilangkan rasa frustasimu," gumam wanita itu seraya menunjukkan tubuh indah bak model pada Luciano.

"Keluar!" Luciano menggeram pelan, tapi wanita itu sama sekali tidak mendengarkannya, dan justru duduk di atas pangkuannya. Wanita itu mulai memberikan Luciano ciuman seringan bulu nan menggoda di seputar leher Luciano sambil membuka kancing kemeja yang dipakai oleh Luciano.

"Play with me, baby... please... i miss you..." bisiknya sensual di telinga Luciano. Vicky mengganti posisinya menjadi posisi mengangkang dan mulai menggerakkan tubuhnya, menggesekkan area kewanitaannya yang tidak tertutup celana dalam ke area kejantanan Luciano.

"Vicky hentikan," desis Luciano pelan. Luciano mulai merasa frustasi dengan wanita yang ada di atas pangkuannya ini. Ia tidak menginginkan wanita itu, yang Ia inginkan hanya Danielle, Istrinya. Luciano ingin bersama dengan Danielle, menyentuh wanita itu lalu menghukum wanita itu karena meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Danielle meninggalkan dirinya dalam keadaan frustasi serta putus asa, dan Ia membenci hal itu.

"Pleaseeee..." bisik Vicky di telinga Luciano. Tangannya mulai bergerak menggerayang tubuh Luciano dengan usapan menggoda. Ia menggigit bibir bawahnya dan kembali berbisik, "i can be your bitch tonight..." Vicky mencium rahang Luciano pelan. "Aku rasa istrimu tidak akan keberatan." Tangannya bergerak turun dari dada kekar Luciano untuk membuka gesper celana pria itu. Luciano menyembunyikan kemarahannya dengan seringai kecil.

"Baiklah," gumam Luciano pelan. Ia menahan tangan Vicky untuk tidak melakukan hal yang tidak disukainya. Selama beberapa saat Ia menatap wajah Vicky yang ditutupi make up tebal, begitu kontras dengan wajah Danielle yang begitu natural tanpa ada bahan kimia bernama make up disana. Luciano memberikan senyum menggoda pada Vicky sebelum menekan tombol intercom. "Persiapkan dia dalam lima menit." Setelah itu Luciano bangkit berdiri, tidak mempedulikan Vicky yang masih duduk di atas pangkuannya, karena gerakan Luciano yang tiba-tiba, Vicky jatuh terjerembap ke lantai disertai suara pekikan sakit. Luciano menyeringai semakin lebar sambil merapikan penampilannya dan itu sukses membuat Vicky merasa bingung.  Tanpa berkata apapun, Luciano mencengkram lengan Vicky dan menyeret wanita itu keluar. Vicky, yang mengenakan heels tinggi langsung  kesusahan untuk berjalan karena tarikan Luciano yang kuat serta langkah kaki pris itu yang begitu lebar dan cepat. Hingga beberapa kali Vicky tersandung dan jatuh, namun tentu saja Luciano tidak berhenti berjalan.

Mereka mengarah ke arah basement, tempat yang sangat berbeda dari tempat dimana Luciano mengurung Danielle. Di tempat ini semua kegiatan kotor seperti penyiksaan, pembunuhan, hal-hal mengerikan lainnya dilakukan. Saat mereka sampai di depan pintu basement, Luciano menoleh dan menatap Vicky yang sedang menampilkan wajah penuh ketakutan.

Luciano membuka pintu basement dan melangkah masuk, diikuti oleh Vicky yang gemetar ketakutan. Mereka terus berjalan hingga tiba di sebuah pintu yang menyaru dengan dinding basement, ditambah dengan suasana gelap membuat pintu itu tidak dapat terlihat dengan jelas. "Lu...luciano... kenapa kita berada di bawah sini? Tempat apa ini? Bukankah kau akan membawaku ke kamarmu?" Vicky bertanya dengan takut, bagaimanapun juga Ia tahu akan rumor mengerikan mengenai basement dari mansion Costello.

Luciano mengabaikan wanita itu dan membuka pintu tersebut. Ia melangkah masuk dan menyeret wanita itu bersamanya. Di balik pintu tersebut adalah puluhan penjara tempat Ia memenjarakan musuhnya, orang-orang yang mengkhianatinya atau Gambino Mafia, mencoba membunuhnya atau orang yang pantas mendapatkan hukuman berat darinya, tapi penjara itu bukan tempat tujuannya.

Luciano terus berjalan, melewati para tahanan yang mendekam di dalam penjara hingga akhirnya Ia berhenti di depan sebuah pintu. Pintu tersebut dijaga oleh dua orang penjaga. Pintu yang begitu mengerikan dengan kunci gerendel begitu kuat. Kedua penjaga yang baru saja selesai mengerjakan perintah sang Capo langsung mengangguk singkat melihat kedatangan sang Capo. Vicky menatap Luciano dengan tubuh yang gemetar dan Ia berusaha melepaskan diri dari Luciano, namun tentu saja usahanya tidak berhasil. "Luci?"

Luciano memberikan tanda pada dua penjaga dengan mengedikkan dagu ke arah pintu. Mereka langsung menurut dan membuka pintu tersebuf, Luciano melirik Vicky sebelum mendorong wanita itu masuk dengan kasar.

Vicky menangis dan wajahnya memucat saat melihat sesuatu di sudut ruangan, karena di dalam ruangan itu, terdapat anjing buas, yaitu seekor great dane berwarna hitam yang sangat besar.

"Be his bitch for the night." Lalu berjalan meninggalkan ruangan. Vicky berteriak kencang ketika anjing itu mulai berjalan mendekatinya, mengendusnya dan Akhirnya turun ke area kewanitaannya yang tidak tertutup, tapi penjaga langsung menutup pintu rapat sebelum salah satu dari mereka dapat melihat hal lain.

Luciano menyeringai puas ketika Ia mendengar teriakan Vicky di kejauhan.


Continue Reading

You'll Also Like

4M 141K 49
#1 IN MINE (JULY, 2018) Gadis kecil itu menangis, berteriak, dan menjerit saat merasakan sakit yang begitu hebat di bagian vitalnya kala seorang pri...
1.3M 61.7K 68
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.4M 81.5K 44
"Can I quit now? Can I come home? I'm Trapped Now. Please Resque me" -oliv "I'm there. Waiting, watching keeping to the shadow. But when you need me...
1.7M 23.2K 25
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...