ruang hampa ✓

By WoonJS

18.4K 3.1K 1K

⎯ lee heeseung; bahkan aku yang dilahirkan sebagai seorang manusia tidak pernah diperlakukan selayaknya manus... More

lukisan dan toko bunga
memberi dari kekurangan
dia ditengah salju
salah orang
persahabatan itu hancur
bercerita tentang dia
kami kembali menjadi yang dulu
awal bertemu kembali
mana yang lampau?
masalah lagi
heeseung dan kesakitannya
keadaan yang semakin kacau
bahkan masalah kecil bisa menjadi...
masalah masa lalu
perlahan mulai terjawab
bagian yang mulai lengkap
kita hanya perlu bicara
siasat untuk menjaga nama baik
hubungan dengan kepalsuan
sedikit rasa risau
hampir menemukan jawabannya
untuk yang belum sempat terungkap
akhirnya harus diungkap
ia sudah kembali
belum bisa menerimanya
bisakah kita kembali?
beberapa hal yang harus dijelaskan
untuk kita sebelum menutup cerita
ujung dari segala cerita

lee heeseung dan ruang hatinya

3.7K 310 107
By WoonJS

Bagaimana, Lee Heeseung? kamu sudah siap untuk menciptakan sebuah ruang di hatimu?

Heeseung mengangguk. Kondisi diam kembali menemaninya, bertatap muka dengan seorang ciptaan Tuhan yang menjadi penyebabnya selalu merasa terakiti.

Satu yang harus kita ubah dalam dirimu. Ikhlas atau tidaknya manusia tergantung bagaimana caranya mereka melupakan. Bukan kenangan indah – bukan kenagan pahit – bukan kenangan biasa. Semuanya sudah tercampur kepada insan yang satu dalam hari dan raga Heeseung yang sulit dilupakan.

Dan kamu... bukan orang yang mudah melupakan seseorang

Heeseung kembali menatap sebuah gelangvberwarna hitam dengan pick gitar di bagian tengahnya, kemudian kembali menatap lawan bicaranya

Apa kamu bisa melupakannya?

"Iya. Aku bersedia melupakannya."

Peringkatku turun lagi. Untuk kesekian kalinya aku harus mengambil khursus, entah berapa banyak khursus yang aku ambil untuk memperbaiki prestasiku

Heeseung mendaratkan kakinya kedalam rumah, dengan bajunya yang sudah basah terguyur hujan. Cuaca sedang tidak bersahabat hari ini. Begitu pula dengan kondisi hatinya

"Heeseung? Kamu sudah pulang?"

Heeseung tidak memberi jawaban dan hanya mematung selembari memegang hasil nilai di tangannya

"Nilaimu membaikkan? Pastinya semakin bagus, aku sudah menyekolahkanmu ke sekolah yang jauh lebih bagus dibanding sebelumnya."

Heeseung memberikan selembaran itu kepadanya sambil berkata,


"Aku mohon jangan pukuli aku setelah kamu melihatnya..."

"Heeseung. Kamu dipanggil menghadap kepala sekolah."

"Ada masalah apa lagi?"

"Aku tidak mengerti, tapi kamu diminta kesana. Mungkin itu tentang nilaimu."

Tanpa membalas apapun Heeseung pergi dari kelas dan segera pergi menuju ke ruangan kepala sekolah

Entah sudah kali ke berapa dia mendatangi ruangan itu. Mungkin ini sudah ke sepuluh kalinya? Ah... mungkin lebih dari itu

"Selamat pagi, Heeseung. Ayo kita bicara sebentar." Perintahnya agar Heeseung masuk dan duduk berhadapan dengannya.

"Ekhem. Saya mau bicara mengenai nilai yang sudah kamu dapatkan kemarin saya ak-"

"Maaf pak, kalau kita hanya bicara tentang nilai saya akan segera keluar."

"Bukan. Bukan begitu Heeseung, ada sesuatu yang jauh lebih penting dari pada itu."

Heeseung duduk kembali dan siap untuk mendengarkan perkataan yang berasal dari beliau,

"Disekolahmu yang dulu, kamu punya prestasi yang sangat bagus. Kamu ketua OSIS, pemenang olimpiade dan kejuaraan menari. Apa mungkin kamu punya kendala selama berada di sekolah ini? Kenapa prestasimu tidak sebagus yang dulu?"

Heeseung tidak menjawab, kepala sekolahpun tidak terkejut karena dia tau Heeseung tipe orang yang sangat minim bicara

"Kamu tidak perlu merasa tertekan. Saya hanya bertanya kalau kamu benar-benar butuh bantuan. Kamu tidak terlihat semangat sekolah. Wajahmu selalu pucat, kamu murung dan kamu hampir tidak punya teman. Apa ada yang terjadi?"

Lagi-lagi dia tidak menjawab dan memilih untuk menunduk

"Heeseung. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam hidup kamu? Ada sesuatu yang membuat sikapmu seperti ini?"

Heeseung merasa risih dengan pertanyaan - pertanyaan itu, dia menganggapnya sangat tidak penting. Padahal dia bisa mengurus hidupnya sendiri.

"Saya tidak apa-apa. Memang sikap saya seperti ini. Saya permisi." Heeseung sudah bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu- Heeseung." Beliau memberikannya sebuah kotak bekal, Heesungpun terdiam untuk sebentar

"Saya tahu kamu belum sarapan. Terimalah."

Heeseung mengambilnya "Terima kasih, pak." Kemudian dia pergi darisana.

Dia menatap kotak makan yang diberikan tadi. Dia memang sudah harus makan. Sudah terhitung dua hari semenjak dia tidak makan lagi.

Janneth
sebelum lanjut membaca, saya mau mengikatkan para pembaca bahwa cerita ini hanyalah sebuah khayalan dan tidak dianjurkan untuk mengaitkannya ke tokoh yang berada disini. terima kasih, selamat membaca

peringatan! cerita ini mengandung konten sensitif seperti darah, pembulian dan kekerasan.

lanjut atau tidak?

Continue Reading

You'll Also Like

152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
39.2K 7.5K 72
Tentang mereka yang ingin mengungkap kebenaran dari kematian teman nya, berakhir mereka yang terperangkap dalam pikiran masing masing. Yaitu, ke egoi...
458K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
24.8K 3.8K 12
__________________ Walau rumah kita sudah hancur dan tidak sehangat dulu. Gue bakal berusaha jadi rumah terbaik buat lo. Sebuah kisah tentang sepasan...