A Little Pieces Of Heart - Wa...

By Sean_XZ

87.5K 10.4K 1.3K

[END] Wei WuXian tidak pernah menyangka akan diutus menjadi dewa penjaga untuk putri kecilnya. Namun tidak ad... More

Prolog: Once Upon A Time
I. Moonlight Drawn by Cloud
II. A Substitute For The Heart
III. The Tale of Yunmeng
IV. Shadow That Remain
VI. Being A Real Mother
VII. The Return Of The Owner's Heart
VIII. The Feeling That Missing
IX. A Plan To Unite Hearts
X. The Story Of Candy And Snowflake
XI. Our Wedding Story
XII. Words That Were Never Spoken
XIII. Go, Missing And Forgotten
XIV. Lotus Gift
XV. A Wish From Heart
Epilog: A Little Pieces Of Heart
Year By Year: Side Story

V. Lessons For A Little Princess

4.2K 642 33
By Sean_XZ

Setelah menghabiskan 2 malam di Yunmeng, keluarga kecil Wei WuXian akhirnya pulang ke Gusu. Ia juga telah berada di Jingshi sebelum orang-orang itu datang. Terduduk di atas dipan dengan wujud kelincinya dan tidak butuh waktu lama untuk si kelinci bisa mendengar teriakan keras dari tuannya.

Lan WeiLian sudah mendorong pintu kamar sang ayah dan langsung berlari masuk memeluk tubuh kelincinya erat tanpa perlawanan dari si kelinci. Buntalan berbulu itu hanya diam seolah menikmati dekapan hangat si bocah. Sementara Lan WangJi menyusul masuk ke dalam Jingshi kemudian.

Rombongan itu sampai di Yun Shen BuZhi Chu saat petang bersambut karena memang setengah perjalanan kemari Lan WeiLian tidak mau naik pedang. Jadilah HanGuang-Jun, kedua anaknya, dan Zewu Jun berjalan kaki untuk sampai.

"Taruh dulu, kau harus mandi." Lan Wangji berucap membuat Lan WeiLian yang sedang berguling-guling di atas dipan dengan kelincinya berhenti.

"Tidak mau, dingin Diē ...."

Lan WangJi mengusap lembut puncak kepala putrinya. "Kau tidak pernah mandi air dingin."

Alasan Lan WeiLian untuk tidak mandi sepertinya tidak tepat kali ini. Tentu saja bocah itu tidak pernah mandi air dingin.

Jadinya Lan WangJi tetap berlalu mengambil ember mandi dan air hangat untuk Lan WeiLian walaupun bocah itu kembali merengek padanya. Lalu dalam beberapa menit, lelaki itu kembali dengan ember yang sudah terisi air. Ember itu cukup besar untuk menampung tubuh Lan WeiLian masuk ke dalamnya. Setelah melucuti pakaian yang dibantu sang ayah, bocah itu langsung berendam masuk ke dalam air.

"Ayah akan menemui kakek sebentar, kalau sudah selesai panggil ayah, mengerti?"

Lan WeiLian hanya mengangguk kecil lalu kembali bermain dengan buih-buih air mandinya.

Sang ayah bergegas pergi setelah menutup daun pintu Jingshi. Meninggalkan Lan WeiLian yang kini menatap ke arah dipan sambil tersenyum lebar. Tampak Wei WuXian sudah berganti wujud dengan tangan memangku dagu sembari masih menatap anak perempuannya itu mandi.

"Gēgē Cantik tidak mandi?" tanya Lan WeiLian. Bocah itu kini beralih mencebikkan air mandinya cukup keras hingga beberapa menciprat ke arah Wei WuXian.

"Aiyooo~ tidak. Kau saja yang mandi—Eh A-Lian nanti pakaianku basah aku tidak punya ganti, Heiii! Kau ingin bermain hmm?"

Lelaki itu bangkit mendekat ke arah Lan WeiLian. Hanfu merah yang ia kenakan saat pertama kali menginjakan kaki di Yun Shen dan kembali Wei WuXian kenakan itu sudah setengah basah karena ulah putrinya.

"Hentikan. Daripada membuat pakaianku basah lebih baik kau mandi dengan benar. Kemari, aku akan memandikan mu."

Lan WeiLian mendekatkan wajahnya ke arah Wei WuXian lalu dengan sigap, tangan lembutnya menyapu wajah mungil itu, membersihkan sisa kotoran yang menempel di sana. Ia juga menggosok punggung Lan WeiLian, membuatnya menggelinjang kegelian saat Wei WuXian sesekali dengan sengaja menggelitik bagian samping pinggang bocah itu.

"Iyappp—selesai. Kita keringkan dulu badanmu setelah itu ibu—"

Lan WeiLian sontak menoleh menatap bingung, "I—bu?"

"Eh maksudku—Gēgē akan menyisir rambutmu. Nah kemari."

Hampir saja mulut Wei WuXian berkata semaunya sendiri tanpa berpikir terlebih dahulu. Aiyaaa Wei Wuxianmulutmu!

"Gēgē A-Lian ingin bertanya, boleh?"

Wei Wuxian yang tengah menyisir rambut sang anak itu kemudian menghentikan kegiatannya.

"Kau ingin tanya apa, hmm?"

Lan WeiLian membalikkan tubuhnya persih menghadap ke orang dibelakang.  "Kenapa Gēgē Cantik bisa jadi seekor kelinci? Apa Gēgē Cantik tidak punya rumah?"

"Aaa ... itu—"

Sebelum hampir hendak menjawab pertanyaan sang anak, tiba-tiba suara daun pintu terbuka membuat Lan WeiLian menoleh cepat. Lan WangJi kembali dengan membawa nampan berisikan makanan. Sang ayah menatap si anak yang sudah berpakaian lengkap dan rambut tersisir rapi.

"Kenapa tidak panggil ayah?" Lan WangJi menaruh nampannya di atas meja lalu beralih pada putrinya.

Lan WeiLian yang tampak kaget hanya bisa mengerjap lalu menoleh ke arah depannya. Hanya seekor kelinci yang ia temukan. Bocah itu tersenyum kecil lalu kembali menatap sang ayah.

"A-Lian sudah besar untuk bisa memakai pakaian sendiri ayah~!"

"Apa kau yang menyisir rambutmu sendiri juga, mn?"

Lan WeiLian mengangguk ringan. Walaupun Lan WangJi tahu putrinya itu sedang berbohong karena Lan WeiLian tidak pernah bisa menyisir rambutnya sendiri. Sudah pasti ada seseorang yang menyisir rambut putrinya hingga se-rapih itu. Dan sekarang, manik mata Lan WangJi tengah memandang kelinci abu-abu yang masih diam menonton. Sesaat kemudian pria itu tersenyum tipis.

Lan WangJi meraih pita merah di atas meja yang menghimpit dipan dan mengikat rambut Lan WeiLian yang setengah kering. Putri kecilnya kini sudah berubah menjadi tuan putri sungguhan, Tuan Putri Lan dari Gusu. Hanfu putih bersih kebanggaan Sekte Lan yang HanGuang-Jun jahit sendiri itu terlihat indah. Ia menambah pola teratai di bagian bawah pakaian Lan WeiLian tepat di atas pola awan milik sektenya. Hanfu itu nampak serasi dan pas di tubuh si kecil dengan pita rambut merah peninggalan sang ibu, membuat Lan WangJi mengingat WeiYing-nya dalam wujud anak kecil.

"Terima kasih!" Lan WeiLian beranjak turun.

"Makanlah yang banyak."

Lan WeiLian mengangguk semangat sembari menyuap nasi dari mangkuknya. Sementara Lan WangJi sudah mengambil beberapa wortel dari keranjang di bawah dipan. Lelaki itu beralih pada buntalan berbulu-nya yang sudah menatap gembira ke arah wortel di tangan Lan WangJi. "Terima kasih sudah membantu. Hadiah untukmu," lirihnya menyodorkan beberapa buah wortel sambil sesekali mengelus bulu-bulu lembut itu.

"Ayah tidak makan?" tanya Lan WeiLian dengan mulut yang masih penuh nasi.

"Mn. Nanti."

Lan WeiLian menatap bingung sang ayah yang masih mengelus gēgē cantik-nya dalam wujud kelinci sembari tersenyum. Melihat sang ayah yang biasanya hanya tersenyum padanya dan sekarang tersenyum lembut pada seekor kelinci, membuat Lan WeiLian merasa—sangat senang! Karena ayahnya sangat tampan saat tersenyum, batin bocah itu.

•••

Lan WangJi telah terduduk cukup lama di atas alas duduk belakang meja kayu miliknya, berkutat dengan ratusan lembar jawaban milik para murid. Ujian akhir telah usai, membuat lelaki itu akan jarang keluar menemani putranya berburu malam. Lelaki itu melirik Lan WeiLian yang sudah terlelap di atas dipan. Putrinya itu bersikeras ingin tidur di Jingshi bersama kelincinya, mengingat sang ayah juga tidak akan pergi meninggalkannya malam ini, jadilah bocah itu tidak mau beranjak ke kamar Lan SiZhui.

"Biarkan saja di sini. Kau pergilah tidur," ujar Lan WangJi pada putranya di ambang pintu.

"Baik, kalau begitu saya permisi. Selamat malam HanGuang-Jun, selamat malam A-Lian." Lan SiZhui menutup kembali kedua daun pintu Jingshi dan bergegas berlalu.

Lan WangJi kembali ke mejanya, berniat membereskan lembar kertas yang masih berserakan di atas meja. Namun, manik matanya menemukan buntalan berbulu-nya sudah berpindah tempat ke atas alas duduk lelaki itu. Ia kemudian mengangkat si kelinci dan menaruh tubuh abu-abu itu ke pangkuannya. Sementara dirinya kembali sibuk dengan lembaran kertas di hadapannya.

Setelah semua kertas tertata dan tersimpan rapih di dalam laci, Lan WangJi beralih memindahkan si kelinci ke samping Lan WeiLian. Sedangkan ia memposisikan tubuhnya di pinggir dipan. Jadilah mereka bertiga terbaring di satu dipan. Lan WeiLian di pinggir dinding bawah jendela dan si kelinci di tengah. Ketiganya berakhir terpejam dan berkelana ke alam mimpi.

•••

Tidak terasa sudah seminggu terlewat begitu saja. Wei WuXian sudah banyak mengajarkan Lan WeiLian beberapa hal dari mulai menyisir rambut, merapihkan pakaian, menangkap ikan, memanjat pohon, membedakan polong biji teratai yang manis dan yang pahit, menanam lobak, memperlihatkan cara membuat sup ayam pegar, memberi makan apel kecil, dan banyak lagi.

Semuanya terlihat tidak penting memang, tapi Wei WuXian bukanlah orang yang bertugas untuk mengajarkan hal seperti memanah, berlatih pedang, dan semua hal yang berkaitan dengan kultivasi. Karena sebenarnya, lelaki itu tahu kalau Lan WeiLian tidak akan pernah bisa berkultivasi, atau bahkan mempelajarinya. Putrinya itu tidak memiliki Jindan. Entah bagaimana bisa. Tapi kenyataannya, Lan WeiLian memang tak punya. Ia hanya seorang anak perempuan biasa.

Sejak Lan WeiLian dilahirkan pun semua orang dibuat bingung olehnya. Itulah kenapa, Lan WeiLian sangat dijaga dan disayangi oleh semua orang. Bahkan sekesal-kesalnya Lan QiRen pada Lan WeiLian, kakeknya itu tidak pernah memarahi putrinya atau barang membentak sedikit pun, sama sekali tidak pernah. Lagi pula Lan WeiLian jarang membuat kakeknya itu kesal. Dia hanya bocah kecil menggemaskan di mata semua orang, walau kadang rengekannya sedikit membuat yang mendengarnya pening.

Seperti pagi hari ini saja, Lan WeiLian sudah merengek pada sang kakak meminta ikut ke gunung belakang bersama Lan JingYi, Jin Ling, dan beberapa murid dari sekte lain yang mengikuti kelas pendisiplinan Sekte Lan. Karena mereka semua sudah menyelesaikan ujian akhir, para murid itu pun diberi waktu libur dari kelas pembelajaran yang biasa mereka ikuti dan saat ini, mereka semua berniat pergi ke gunung belakang untuk berlatih panahan, pedang, meditasi, atau hanya sekedar duduk dan bermain dengan kelinci HanGuang-Jun.

"Bawa saja dia, biar nanti Nona Muda kita yang menjaganya," sindir salah satu murid dari Sekte LanlingJin—Jin Chan.

Jin Ling hanya melirik sekilas, kali ini pemuda itu sedang tidak ingin berkelahi. Apalagi Peri juga tidak boleh ada di Yun Shen. Jadinya, pemuda itu memilih diam.

"Apa tidak apa Jin Gongzii? Aku tidak ingin merepotkan—"

Jin Ling sudah menggeleng pelan sebelum Lan SiZhui selesai bicara, "Tidak apa-apa, aku akan menjaganya. Ayo A-Lian, kita pergi memancing."

"Gēgē ini bukan LianHua Wu! Kau tidak bisa memancing ikan di sini. Kau harus menangkapnya dengan tanganmu sendiri, ikannya tidak akan mau makan kail pan—cing!!"

Pipi Lan WeiLian menggembung sempurna membuat semua murid yang melihatnya tersenyum gemas.

"Baiklah baik, terserah kau saja—ayo!"

•••

Satu setengah jam berlalu dan Jin Ling masih belum mendapatkan ikan satu pun. Padahal kalau di Yunmeng ia bisa membawa seember penuh ikan untuk dibakar. Tapi ini? Satupun tidak ada yang bisa ia tangkap. Padahal ikan di sungai gunung belakang ini sangat melimpah karena tidak pernah ada yang menangkapnya kecuali, mereka berdua dan tentu saja ibu dari bocah itu. Itu juga karena pamannya—Wei WuXian—yang mengajak Jin Ling kemari sewaktu pamannya itu masih hidup.

Sementara Lan WeiLian, gadis itu sudah dapat 2 ember penuh ikan air tawar. Oh ayolah! Jin Ling tidak percaya ia kalah dengan anak kecil.

"Auh! Aku menyerah! Aku tidak mau menangkap ikan lagi, A-Lian ayo kita kembali saja."

Lan WeiLian menatap sinis ke arah Jin Ling. "Masa begitu saja tidak bisa?! Jin Gēgē payah!!" pekiknya lalu berjalan pergi meninggalkan Jin Ling yang sudah mengambang di air, menikmati aliran air sungai yang dingin mengalir menyapu tubuhnya.

Jin Ling lalu menoleh ke arah tepian dan menyadari  Lan WeiLian sudah tidak ada di sana dan hanya tersisa beberapa ember yang berisi ikan-ikan hasil tangkapan bocah itu.

"A-Lian?! Kau pergi kemana?! Aduh! Pergi kemana bocah itu—A-Lian!!!"

Dengan baju basah, Jin Ling bangkit dan bergegas mencari kemana perginya Lan WeiLian. Sedangkan yang dicari sekarang sudah sampai ke area gunung belakang tempat puluhan buntalan berbulu milik sang ayah berada.

Lan WeiLian langsung menghambur ke arah buntalan bak gunung kapas putih itu dengan tangan merentang memeluk bulu-bulu putih bersih itu gemas. Kelinci-Kelinci HanGuang-Jun juga dengan cepat mengerubungi tubuh Lan WeiLian dan membuat tubuh itu seolah termakan buntalan gunung kapas.

Suara tawa keluar dari mulut Lan WeiLian saat bulu-bulu halus kelinci menyentuh kulit muka, tangan, hingga kakinya—geli.

Lalu tak lama, bocah itu tiba-tiba bangkit dan membuat kelincinya berjatuhan dari atas badannya. Lan WeiLian menoleh ke arah samping dan menemukan buntalan lain yang berwarna abu-abu dan sebuah senyum lebar mengembang di wajahnya yang berseri riang.

Itu gēgē cantik!

Dengan langkah sedikit berlari, Lam WeiLian mendekat ke arah Wei WuXian. Namun tanpa di sadari, sebuah anak panah sudah melesat ke arah tubuh kelincinya. Lalu bersamaan dengan itu, seorang pemuda berteriak keras, "AWAS!!"

"A-Lian!!!"

Saat Lan WeiLian menoleh ke sumber suara, anak panah itu meluncur tepat ke depan wajah Lan WeiLian.

Ssyutt!!!

Anak panah itu meleset.

Lan WeiLian sudah ada di dekapan Wei WuXian, terdiam seolah bingung dengan situasi yang baru saja menimpanya.

Jika saja Wei WuXian tidak cepat berubah wujud dan menarik tubuh putrinya itu menjauh, mungkin kepala A Lian sudah terbelah menjadi dua.

Beberapa saat kemudian, barulah tubuh mungil itu bergetar hebat. Air mata menggenang di pelupuk mata Lan WeiLian.

"Gēgē d-darah—Gēgē Cantik berdarah hiks~ Gēgē!!! D-Darahnya banyak sekali—," paniknya.

Lan WeiLian memandang tangannya yang mencengkram lengan Wei WuXian. Telapak tangan itu sudah berubah merah. Darah segar mengalir dari lengan atas lelaki itu yang sekarang menganga terbuka akibat anak panah.

"Tidak apa, tidak sakit—heiii, jangan menangis. Sebaiknya kita kembali ke Jingshi dan main di sana ya?" ajak Wei WuXian. Namun, si kecil tidak bisa melepaskan pandangan dari lengannya yang terkoyak itu.

"T-tapi nanti ayah—"

"Nah, bagaimana nanti suruh ayahmu saja yang mengobati ini, ya?" ujarnya membujuk.

Lan WeiLian yang masih terisak itu akhirnya setuju dan langsung mengangguk cepat. Wei WuXian akhirnya kembali ke wujud kelincinya dan bulu abu-abu itu, sudah berubah warna. Si kelinci seperti berubah menjadi kelinci berwarna merah sekarang.

Dengan hati-hati, Lam WeiLian menggendong tubuh kelinci itu dan berlari begitu saja meninggalkan 2 orang pemuda yang saling tatap tak percaya.

"Jin Ling—"

"Diam dulu!"

Jin Chan masih gemetaran, takut akan di marahi orang satu Yun Shen BuZhi Chu karena tidak sengaja hampir melukai tuan putri kesayangan HanGuang-Jun dan yang lainnya. Padahal, ia hanya berniat memanah kelinci abu-abu tadi walaupun sebenarnya tidak ada yang akan mengetahuinya. Tetapi tetap saja, dilarang membunuh di Yun Shen BuZhi Chu. Apalagi, itu kelinci milik HanGuang-Jun.

Berbeda dengan temen seperguruan Jin Ling yang gemetaran, pemuda itu sekarang malah tengah terdiam, masih mencoba mencerna kejadian yang barusan terjadi.

Jin Ling sebenarnya sudah tahu kalau Lan WeiLian punya kelinci yang bisa berubah menjadi manusia, atau bisa dikatakan siluman karena bocah itu sendiri yang memberitahunya. Namun, yang membuat Jin Ling kaget adalah 'gēgē cantik' yang dibicarakan bocah itu ternyata seseorang yang ia kenal.

Plak!!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Jin Ling. Pemuda itu menampar pipinya sendiri. Tidak mungkin, aku pasti salah liat! Batin Jin Ling.

Continue Reading

You'll Also Like

121K 13.7K 15
Setelah memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Wei Wuxian murid sekte Yunmeng, Lan Wangji semakin menikmati moment-moment yang ia lalui bersama sa...
94.7K 11.5K 15
Ini kisah tentang Lan Wangji dan sahabat kesayangannya yang memilih untuk mengasingkan diri bersama rahasia mereka selama bertahun-tahun.
6.4K 468 35
Menceritakan tentang seorang pria berbadan besar berkulit tan bernama Theo Pesereus, seorang alpha dominan, dan memiliki status seorang Duke. Memang...
4.2K 484 6
Cerita tentang seorang beta bernama Nunew yang bekerja sebagai Butler untuk sebuah keluarga terpandang angkatan udara. ia ditugaskan untuk melayani d...